3) Menolong, Orang yang memiliki sikap prososial bisa dilihat gimana sikap seorang kala ada orang lain hadapi kesusahan. Orang yang memiliki sikap prososial yang baik apabila menemui orang yang hadapi kesusahan sehingga akan sigap membantu tanpa mengharap imbalan.
4) Kejujuran, Orang yang memiliki sikap prosoial yang baik hingga ia bakal berperan jujur, berperilaku apa adanya tanpa terselip sesuatu yang ditutupi. Dalam membantu orang lain tidak terselip motif tertentu.
5) suka memberi, Sikap prososial yang baik bisa dilihat dari seorang menolong orang lain yang lebih memerlukan tanpa mengharap imbalan, tidak mau dipuji oleh orang lain.
Kemampuan berempati serta kepribadian prososial seorang terus tumbuh bersamaan bertambahnya umur. Aspek lingkungan, dalam perihal ini dengan siapa serta gimana dia Bersosialisasi tiap hari, mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian prososial seorang. sangking berpengaruhnya, perihal tersebut sampai-sampai bisa menentukan wujud lintasan perkembangannya, apakah bertambah ataupun menyusut.
Masa sangat krusial buat membentuk kepribadian prososial seorang merupakan di fase anak-anak. Bila seorang sukses meningkatkan mutu prososial yang baik di masa ini, sangat mungkin pada saat dewasa dia pula hendak mempunyai mutu prososial yang baik. Kebalikannya bila seseorang anak mempunyai kepribadian prososial yang kurang baik, hingga perihal ini berbahaya menekan orang tersebut guna mengadopsi karakter yang bersifat antisosial di masa mendatang.
Supaya pertumbuhan kepribadian prososial bisa dimaksimalkan, orang tua perlu peka dalam mencermati tahapan pertumbuhan mutu sikap prososial anak. Di bawah ini terdapat 5 tahapan pertumbuhan kualitas sikap prososial yang dirumuskan oleh nancy eisenberg, seseorang pakar di bidang pertumbuhan prososial.
Tahap 1- berorientasi pada kepentingan individu. Kanak- kanak yang terletak di tahapan ini masih berorientasi pada keuntungan protektif yang bisa jadi didapatnya dari lingkungan sosial kalau dia berbuat baik kepada orang lain. Oleh sebab itu, pada tahap ini alibi anak buat berbuat baik tidak murni didasari rasa kepedulian, akan tetapi lebih kepada menjauhi konsekuensi negatif bila dia tidak berbuat baik.Â
Salah satu contohnya semacam anak yang menata kembali mainannya sehabis bermain sebab khawatir dimarahi oleh orang tuanya. Kualitas prososial semacam ini ditemui pada anak umur prasekolah serta sebagian kecil anak usia dini sekolah dasar.
Tahap 2- berorientasi pada kebutuhan. Kanak-kanak yang terletak di tahap ini mulai menampilkan keahlian dalam mengekspresikan kepeduliannya terhadap kebutuhan orang lain sekalipun kebutuhan tersebut tidak sejalan dengan kepentingan pribadinya. Walaupun demikian, bentuk kepedulian yang ditunjukkan masih bertabiat simpel serta tidak memiliki proses reflektif.Â
Maksudnya, anak cuma sebatas merespons sinyal kala orang lain memerlukan dorongan tanpa dapat mengatakan ekspresi simpati secara verbal maupun membayangkan bila dirinya terletak di posisi tersebut. Mutu prososial semacam ini ditemui pada kebanyakan anak umur prasekolah serta sebagian besar anak usia sekolah dasar.
Tahap 3- berorientasi pada penilaian orang lain serta stereotip selaku anak baik. Dalam menerapkan perbuatan baik, kanak- kanak yang terletak di tahap ini cenderung memaknainya sebagai upaya biar bisa diterima oleh orang-orang di sekelilingnya serta sekalian dipandang selaku orang yang baik.Â