Apa itu disgust (jijik)? jijik merupakan salah satu berdasarkan tujuh emosi universal & timbul menjadi perasaan tidak senang terhadap sesuatu yang menyinggung. Kita sanggup merasa jijik menggunakan sesuatu yang kita nikmati menggunakan alat fisik kita (penglihatan, penciuman, sentuhan, suara, rasa), oleh tindakan atau penampilan orang & bahkan suatu ide. Jijik mengandung banyak sekali keadaan menggunakan intensitas yang bervariasi berdasarkan ke tidak sukaan ringan sampai kebencian yang intens. Semua keadaan jijik dipicu oleh perasaan bahwa terdapat sesuatu yang tidak menyenangkan, menjijikkan &atau beracun.
Pemicu rasa jijik yang generik:
- Produk tubuh yang dikeluarkan misalnya feses, muntahan, urine, lendir & darah
- Makanan eksklusif (sering kali berdasarkan budaya selain budaya kita sendiri)
- Sesuatu yang membusuk, sakit atau sekarat
- Cedera, operasi atau terkena bagian pada tubuh
- Seseorang, hewan, atau sesuatu yang dipercaya buruk secara fisik
- Penyimpangan yang dirasakan atau tindakan orang lain (misalnya kesamaan seksual tertentu, penyiksaan atau penghambatan)
Anak-anak & remaja tak jarang kali mempunyai ketertarikan menggunakan rasa jijik misalnya halnya beberapa orang dewasa (termasuk menemukan hal-hal menjijikkan yang lucu atau menggelitik). Namun, buat anak kecil, rasa jijik tidak mulai berkembang hingga suatu waktu antara usia empat & delapan tahun. Sebelum perkembangan emosi itu, anak mengalami ke tidak sukaan, penolakan terhadap hal-hal yang rasanya tidak enak, namun bukan rasa jijik.
Tanda jijik yang paling gampang dikenali & kentara merupakan kerutan dalam hidung. Ekspresi vokal yang generik merupakan mengeluarkan suara "yuck" atau "ew", choking, and gagging. Sensasi generik termasuk jijik pada mulut, tenggorokan, atau perut, mual, atau penolakan fisik (yaitu muntah). Rasa jijik tak jarang kali mengakibatkan secara fisik memalingkan kepala atau tubuh berdasarkan asal rasa jijik. Ketika rasa jijik mengakibatkan mual, reaksinya pula termasuk menutup hidung/mulut & membungkuk.
Fungsi universal berdasarkan rasa jijik merupakan buat menjauh dari, memblokir, atau menghilangkan sesuatu yang menyinggung, beracun atau mencemari. Salah satu manfaat evolusi berdasarkan rasa jijik merupakan menjauhkan kita berdasarkan atau menghilangkan hal-hal yang berpotensi berbahaya atau menghambat buat menjaga kita tetap aman & sehat (misalnya, tidak makan sesuatu yang busuk, menjauhi luka terbuka buat menghindari infeksi atau penyakit, menghindari interaksi dengan secara moral tercemar orang). Meskipun terdapat manfaat yang dicatat buat merasa jijik, itu pula sanggup berbahaya. Sayangnya, sebagian besar masyarakat mengajarkan penghindaran kelompok orang tertentu yang dipercaya menjijikkan secara fisik atau moral & dengan demikian, bisa sebagai kekuatan pendorong dalam merendahkan & merendahkan orang lain.
Shame adalah jenis rasa malu yang muncul karena terlihat buruk di mata orang lain dan merasa kehilangan harga diri sebagai manusia. Shame adalah emosi yang lebih serius daripada embarassment. Shame terjadi ketika kita bertanggung jawab atas suatu peristiwa besar, tetapi ketika kita memiliki tanggung jawab yang kurang dan insiden itu sepele (Crozier, 2014). Dalam perbandingan langsung, kita dapat membedakan antara shame dan embarassment berdasarkan intensitas, durasi, komitmen pribadi, dan dasar moralnya.
Anak pemalu sering menghindari orang lain dan biasanya mudah takut, curiga, berhati-hati, dan enggan melakukan sesuatu. Mereka biasanya menarik diri dari hubungan dengan orang lain. Mereka biasanya tidak mengambil inisiatif dalam situasi sosial, sering diam, bersuara rendah, dan menghindari kontak mata. Malu merupakan salah satu emosi negatif pada anak yang harus segera diantisipasi karena dapat berdampak negatif pada perkembangan anak. Jangan sampai anak kehilangan pengalaman membangun pengetahuan dengan belajar dan bermain bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H