Mohon tunggu...
Abdillah Sanad
Abdillah Sanad Mohon Tunggu... -

Saya selalu berfikir bahwa hidup adalah sebuah seni yang dibuat oleh kita bersama Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gelar Haji Warisan Penjajah?

30 Agustus 2015   14:34 Diperbarui: 30 Agustus 2015   14:40 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pak Haji” atau “Bu Hajjah”, sering dengar panggilan itu? Entah siapa orang yang pertama kali mendapat gelar Haji di depan namanya, yang jelas gelar itu hanya ada di Indonesia dan Malaysia loh! Usut punya usut ternyata gelar tersebut adalah warisan penjajah. Silahkan mengernyitkan dahi sejenak...

Konon saat jaman penjajahan Belanda, banyak diantara pahlawan-pahlawan di Indonesia yang usai melaksanakan ibadah haji kemudian melakukan berbagai manuver yang meresahkan pemerintahan kolonial Belanda. Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara, dan banyak lagi para pahlawan kemerdekaan yang telah berhaji, tapi tidak menggunakan gelar haji di depan nama mereka. Sementara pergerakan mereka begitu kentara untuk kemajuan Indonesia. Akhirnya, Belanda merasa perlu untuk mengawasi orang-orang yang telah melaksanakan ibadah haji, sebab sangat mungkin orang-orang yang telah berhaji ini akan melakukan perubahan pula di Indonesia. Pemerintah kolonial kemudian mewajibkan setiap orang yang pergi berhaji untuk menggunakan gelar haji di depan nama mereka.

Tradisi tersebut terus berlangsung meskipun Belanda telah lama pergi meninggalkan Indonesia. Entah karena sikap latah Bangsa Indonesia, atau karena merasa bangga dengan gelar tersebut, maka hingga hari ini gelar tersebut terus tersemat bagi jama’ah haji asal Indonesia. Yang jelas, sudah sejak lama ummat ini menjadi korban propaganda dan seringkali tak menyadari hal tersebut. Akibat adanya gelar haji yang dianggap sebagai gelar kehormatan, pada akhirnya banyak pula calon pemimpin yang buru-buru melaksanakan haji agar dapat menyematkan gelar tersebut di depan nama mereka, apa lagi tujuannya jika bukan untuk mengambil simpati Ummat Islam? Biarlah itu menjadi urusan hati masing-masing orang.

Satu hal yang lucu sebetulnya, di Makkah, orang dipanggil “Haji” hanya sebagai sapaan bagi orang yang sedang melakukan ibadah Haji atau Umroh, satu contoh ketika mereka melanggar peraturan, maka para askar yang berbadan kekar akan memperingatkan mereka dengan berteriak, “Haji, Haji, Haji!” sambil mencoba memberikan penjelasan pelanggaran apa yang telah dilakukan oleh jama’ah haji. Jadi, sudah saatnya kita generasi kemudian mengubah mindset kita soal gelar haji, dan mengejar keutaman berhaji yang sesungguhnya. Dan semoga dengannya Allah memberi ganjaran yang besar atas ibadah haji yang kita lakukan.

Kontribusi oleh Isah Kambali dan diedit oleh Tim ruharamain.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun