Mendidik adalah upaya mengajak, mendukung, memotivasi, membantu, menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi orang lain.Â
Mendidik juga merupakan suatu usaha untuk mengantarkan anak-anak didik ke arah kedewasaan, baik secara jasmani maupun rohani. Jadi ungkapan mendidik sepenuh hati, pada praktiknya memang tidak seringan ketika dilisankan. Dalam perjalananannya akan ada banyak rintangan yang menghadang.
Perlu kita ketahui label "Anak Nakal" sangatlah berbahaya disandang oleh peserta didik kita. Label  "Anak Nakal" akan ditanggung selama bertahun-tahun selama peserta didik tersebut bersekolah. Cap atau stempel negatif itu akan terus melekat. Banyak yang kemudian menganggap rendah dan remeh mereka karena terkenal nakal di sekolah.Â
Hal yang kemudian mengejutkan adalah setelah tahun terus berganti, anak yang kita sebut nakal itu lalu menjadi orang sukses secara karir maupun finansial. Sudah pasti terbesit penyesalan karena label itu terus membekas dipikiran kita, dan terpatahkan karena mereka pun pada akhirnya mampu mencapai puncak kesuksesan mereka.
Jadi, langkah penting pertama ketika seorang guru menghadapi peserta didik nakal dan bandel adalah menahan diri untuk tidak mengeluarkan cap negatif kepada mereka. Mari kita mulai dari diri kita dulu sebelum melanjutkan pada upaya mendidik berikutnya.
Penyebab Anak Nakal
Penyebab anak menjadi nakal tentunya tidak terbentuk dengan sendirinya. Ada beberapa faktor yang berperan. Misalnya faktor lingkungan sekitar. Kita tidak bisa langsung memutuskan bahwa kebiasaan nakal murni kesalahan peserta didik. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi.Â
Sebagai guru kita wajib mengetahui hal ini agar saat menghadapi peserta didik kita yang bermasalah atau nakal, tidak ada sedikitpun rasa dendam kepada mereka. Terkadang karena terlalu marah dan kesal, kita sampai lupa bahwa yang kita hadapi adalah anak-anak yang sebenarnya sedang dalam tahap menemukan jati diri dan masih bisa berproses ke arah yang lebih baik.
Penyebab anak menjadi nakal dapat terjadi karena beberapa faktor. Pertama, mislanya karena kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua. perilaku negatif yang ia lakukan adalah bentuk untuk mencari dan mendapatkan perhatian. Berbuat ulah atau onar di kelas menurut mereka menjadi senjata ampuh untuk mendapatkan perhatian orang lain.
Kedua, mereka adalah korban perundungan (pembullyan). Ini yang kerap terjadi akhir-akhir ini. Anak yang pernah mendapat perlakuan buruk dalam kehidupannya, dibully, dan sebagainya ibarat pegas yang terus menerus mendapat tekanan. Ketika ingin lepas dari tekanan, pegas itu akan mengalami lonjakan yang tinggi dan tanpa arah.
Ketiga, karena kedua orang tua yang broken home. Anak yang mengetahui orang tuanya bermasalah sudah pasti merasa tak nyaman lagi dalam melakukan aktivitas. Merasakan tidak damai di rumah, tidak mendapat perhatian. Â Akibatnya ia kehilangan semangat dan fokus belajar di kelas dan melakukan perilaku negatif.