Mohon tunggu...
Syasha Lusiana
Syasha Lusiana Mohon Tunggu... Penulis buku parenting CAHAYA DUNIA, Konselor, Motivator, Teacher

Pembelajar sepanjang hayat agar selalu memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jejak-jejak yang Tertinggal di 2023

31 Desember 2023   09:12 Diperbarui: 31 Desember 2023   09:16 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa 2023 akan segera berakhir meninggalkan banyak catatan bersejarah yang tidak akan berulang. Apa yang terjadi akan menjadi Sejarah, yang akan dijalani akan menjadi catatan perencanaan dengan berbagai harapan.

Seperti halnya kehidupan terkadang akan yang berjalan sesuai perencanaan, kadang ada yang tidak sesuai bahkan kadang ada yang berjalan spontan tanpa perencanaan apapun.

Bahkan dalam kehidupan pribadi penulis tahun 2023, awal tahun dibuka dengan menikahkan anak ke tiga, sedangkan penutup akhir tahun menikahkan anak ke empat ditambah kehadiran cucu yang menambah semaraknya keluarga.

Kesibukan berkampanye adalah rutinitas yang mengisi hari-hari padat di tahun 2023, berjuang melalui parlemen adalah rutinitas yang diikuti setiap lima tahun sekali.

Semua keluarga tentu mempunyai catatan sendiri tentang perjalanan kehidupan dalam satu tahun ini.   Pasang surut, sedih gembira, duka Bahagia silih ganti datang dan pergi.   Semua kehidupan itu adalah anugrah yang diberikan oleh semesta untuk kita nikmati.  Namun terkadang manusia terjebak pada lara yang menerpa. 

Seperti kisah-kisah pilu yang mewarnai negara kita, dengan segala kesedihan, kedukaan, yang pada akhirnya berakhir tragis dengan aksi bunuh diri, atau bahkan pembunuhan masal terhadap darah daging sendiri.

Bunuh diri adalah hal yang patut disoroti, di Tengah budaya Masyarakat kita yang penuh dengan tata krama, budaya timur yang menjunjung tinggi rasa hormat dan kemuliaan, ternyata sudah ternodai oleh berbagai pengaruh luar yang menyebabkan mentalitas dan kejiwaan mudah tergoncang dan menurun.

Dalam mayoritas agama terbesar di negara kita disebutkan bahwa bunuh diri adalah perbuatan tercela yang seharusnya tidak dilakukan.  Menjemput takdir kematian sebelum waktunya, menentang takdir kematian yang telah ditentukan.  Karena seyogyanya hidup adalah perjuangan, dimulai dari terlahirnya kita dari buaian kandungan Rahim ibunda, menangis menyambut kerasnya dunia, saat itulah perjuangan di luar Rahim ibu telah dimulai.

Orangtua mengiringi dengan doa dan Latihan yang diberikan kepada anak sesuai usia, menghantarkan pada titik-titik tertentu saat anak harus dilepas sendiri menghadapi kerasnya dunia.

Agama dan nilai-nilai luhur budi pekerti adalah yang senantiasa mengiringi dari hari ke hari yang dilatih, dididik dan ditanamkan oleh orangtua tercinta, agar anak mampu menapaki dan memanaje hidupnya sendiri.

Apa yang telah ditanamkan keluarga adalah merupakan bekalan tersendiri bagi anak, kaluapun kemudian nilai itu menjadi luntur karena dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan, seharusnya dasar dari keluarga tetap menjadi pedoman.

semua keluarga pasti telah berusaha untuk menanamkan kebaikan kepada anak-anaknya, karena keluarga yang baik dia tidak akan pernah abai terhadap tumbuh kembangnya anak-anak yang ada dalam tanggungjawab mereka.   Adab, agama,  menjadi bekalan dalam pembentukan karakter anak saat dia harus menghadapi dunia.

Sekeras apapun lingkungan, sehebat apapun pergaulan, dia tidak akan mudah terkontaminasi karenanya, ibarat minyak dan air, mereka berbaur tapi tidak bersatu, masing-masing punya prinsip yang dijunjung tinggi.

Persoalannya sekarang ini, mentalitas itu seolah tak lagi dimiliki para generasi penerus.    Mereka mudah tersinggung karena persoalan sepele, mereka mudah emosi tanpa mencari Solusi, mereka mudah patah sebelum melangkah.

Sehingga kasus-kasus bunuh diri kian marak, atau luapan emosi dengan membunuh juga meledak.   Bangsa ini seperti kehilangan harga diri, kasus bunuh diri merebak, pembunuhan seolah jadi pembenaran, tontonan jadi tuntunan, orangtua tidak lagi jadi rujukan, guru tidak lagi jadi tauladan,

Mereka terperangkap dalam perasaan dirinya sendiri, meratapi Nasib yang terasa menghimpit, akhirnya tak mampu lagi mensyukuri yang telah semesta beri.  Atau bahkan terperangkap dalam kesombongan, prinsip hedonisme yang dianut membuat mereka merasa terinvententi, terintimidasi dengan berbagai aturan yang harus mereka ikuti.  Akhirnya mereka berusaha keluar dan mengingkari semua  aturan dengan prinsip " Mine is mine", sehingga hedonisme melekat liar.

Berapa banyak berita yang mengabarkan terjadinya pembunuhan ayah terhadap anak atau ibu, atau anak terhadap kedua orangtuanya, atau anak sesama anak.  Berita-berita mengerikan ini adalah cerminan sedang terjadi degredasi nilai kehidupan dan reseliensi berkeluarga atau bermasyarakat.

Semua kebaikan, kebahagiaan yang seharusnya bisa dinikmati, menjadi tidak tampak tertutupi oleh rasa sedih berkepanjangan yang seolah tak pernah sirna.  Berkubang dalam rasa putus asa, tak sanggup menjalani kemudian jalan pintas ditempuh seakan hanya itulah Solusi untuk mengakhiri penderitaan hidup di dunia.

Itu baru satu kasus yang mencuat, belum lagi permasalahan-permasalahan lain yang membuat kita cukup merenung untuk memperbaiki kualitas diri, yang akan berdampak pada kualitas-kualitas selanjutnya yang akan kitai bangun kedepannya.

Terkait bagaimana meningkatkan kualitas diri ini, Rasulullah SAW memberikan tuntunannya :

" Barangsiapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka mereka termasuk orang-orang yang celaka, barangsiapa hari ini sama saja dengan hari ini kemarin maka dia termasuk orang yang merugi dan barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung"

Ketaqwaan dan keimanan adalah hal pertama harus terus kita jaga, rawat dan tingkatkan.  Memang tidak mudah untuk menjaganya butuh perjuangan, butuh kesungguhan dan kemauan.  Rasulullah bahkan memberikan penjelasannya " Iman itu kadang naik kadang turun, apabila datang masa turunmu mendekatlah pada Allah dan bertemulah dengan orang-orang sholeh"  ini artinya interaksi dengan orang-orang beriman akan mengingatkan kepaada kita akan hal-hal negative yang tercetus dalam diri untuk tidak dilanjutkan dalam bentuk kenyataan (amaliah).

Kesehatan keimanan akan membentuk jiwa yang kuat, bermental baja, tak mudah rapuh karena sesuatu kondisi yang terjadi sekalipun duka lara terasa menerpa bertubi-tubi.

Ibadah sebagai realisasi keimanan ini pun bagian yang perlu ditingkatkan, berusaha untuk melaksanakan hal-hal yang wajib secara bersungguh-sungguh dan memenuhi pundi-pundi ibadah yang lainnya adalah dengan menjalankan ibadah-ibadah sunnah.  Kesungguhan dalam beribadah sebagai perwujudan kesungguhan dalam keimanan adalah hal yang perlu terus ditingkatkan kualitasnya.  Ibadah adalah wujud Syukur kepada Allah SWT yang senantiasa kita panjatkan dalam doa-doa kita "Allhumma bidzikra, Allhumma bi Syukrika wa Husnu Ibadatik"  (Ya Allah mudahkan Aku dalam berdzikr kepadaMU, mudahkan aku dalam bersyukur kepadaMu, dan berikanlah hamba kebaikan dalam Ibadah Hamba"

Selain iman dan ibadah seorang muslim perlu memiliki Ilmu dalam menanamkan keimanannya dan dalam menjalankan ibadahnya.  ilmu akan mampu meningkatkan kualitas keimanan dan kualitas ibadah. Imam Syafi'I mengatakan " Ilmu hanya akan  bercahaya kepada hati atau qolbu orang-orang yang bercahaya".    Jadikan qolbu bercahaya agar dalam menjalankan gerak Langkah keilmuan penuh dengan bekalan ilmu

Perwujudan dari keimanan, ibadah dan ilmu akan tercermin dalam Akhlaq, tampilkan kualitas dan akhlaq seorang muslim.   Ketika hati sudah diliputi keimanan, pikiran sudah dibekali keilmuan, gerak keimanan dinyatakan dalam bentuk ibadah, maka saat berinteraksi dengan dunia luar hendaknya akhlaq seorang muslin ditampilkan.   Akhlaq yang berkualitas dengan tatanan adab, karakter yang santun, tenang, adalah perwujudan muslim berkualitas.

Fisik yang qowiy atau kuat sangat disenangi oleh Rasulullah, maka Kesehatan fisik ini juga salahsatu yang harus dijaga.  Abai terhadap Kesehatan diri sendiri akan sangat berpengaruh pada kualitas kehidupan yang dijalani.  Menjaga Kesehatan adalah tanda bersyukur kepada Allah SWT atas fisik yang telah diberikan.

Pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari tahun ini adalah saat penutup tahun Allah berikan gambaran terjadinya genosida di belahan bumi palestina oleh kaum brutal yang tidak punya perasaan.  Namun,karena tempaan agama yang sedemikian kuat kepada penduduk palestina mereka tetap mampu menghadapi semua yang terjadi dengan keimanan kepada Rabbnya yang tidak pernah luntur.

Apa yang terjadi di tahun lalu harapan kita semua selalu sama bahwa negara kita menjadi lebih baik kedepannya.  Bangsa ramah Tamah, penuh kesantunan dan kasihsayang Kembali bersinar memperlihatkan jadi dirinya sebagai sebuah bangsa yang berkedaulatan.  Perlahan semua kasus-kasus yang terjadi sebelumnya, menguap, hilang dan bangsa ini bangkit Kembali menjadi bangsa yang bermartabat dan tidak mudah putus asa.

Juga di belahan bumi lain, khususnya Negara Palestina segera Merdeka, negara-negara lain yang sedang mengalami ganggguan segera Allah selesaikan masalahnya.  Karena kebaikan dan kebahagiaan mereka adalah kebaikan dan kebahagiaan kita juga.

Kulepas engkau dari dekapan, kusongsong engkau yang akan datang.....

Selamat menyongsong tahun 2024 lebih berkualitas.

Cikbar, 311223

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun