Mohon tunggu...
Syasha Lusiana
Syasha Lusiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku parenting CAHAYA DUNIA, Konselor, Motivator, Teacher

Pembelajar sepanjang hayat agar selalu memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis untuk Mengatasi "Self Dolb"

10 Juni 2022   13:25 Diperbarui: 10 Juni 2022   13:30 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

" Saya tidak mau menulis lagi, setelah saya coba ternyata saya tidak punya kemampuan menulis yang lebih kompeten dibandingkan penulis-penulis lainnya"

" Saya tidak mungkin menjadi penulis hebat seperti dia, kemampuan saya sangat terbatas, saya malas baca, ya sudahlah sebisa-bisanya sajalah saya menulisnya"

Pernyataan-pernyataan tersebut kerap terlontar dari orang-orang yang merasa telah gagal dalam melakukan sesuatu yang dia inginkan dan menjadi cita-citanya, dalam hal ini salahsatunya menjadi "penulis".

Bukan hanya para penulis yang sering hilang muncul ketidak percayaan dirinya, ini juga bisa menimpa ke bidang-bidangn lain dalam kehidupan.

Suatu hal yang manusiawi apabila manusia acapkali dilanda ketidak percayaan diri, tinggal bagaimana kemampuan diri untuk mampu mengatasinya.    Sama halnya seperti sedih, kecewa, marah, galau yang datang mewarnai diri, ketidak percayaan diri juga terkadang menguasai.

Dalam istilah psikologi ketidak percayaan diri atas kemampuan yang dimiliki disebut dengan "Self Dolb".    Dalam salahsatu laman psikologi  dijelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang ragu dan kurang percaya pada kemampuannya sendiri.

Pertama, adanya Inner Voice Negatif atau suara-suara dalam diri.

Inner voice atau suara-suara dalam diri cenderung mengingatkan pada hal-hal negative yang bersifat dektruktif.   Kata-kata di masa lalu yang mengingatkan pada kegagalan dan kemudian mendatangkan kesedihan, penyesalan hingga kekecewaan pada diri sendiri.

Semakin sering kritikan-kritikan dari dalam diri ini muncul menyebabkan ketakutan berlebihan sehingga perlahan mengikis kepercayaan diri yang berakhir pada sikap meragukan diri sendiri. 

Tidak jarang inner voice ini pada akhirnya menimbulkan hal negative lainnya seperti iri atau dengki.  Iri yang justru melemahkan dirinya untuk berjuang malah semakin melemahkan dirinya sendiri. 

Pada bagian yang seharusnya dia berkompetisi, ketika dia merasa kalah, dia malah mundur dan melemahkan kemampuannya sendiri. Kegagalan tidak dijadikannya sebagai lecutan, namun hambatan diri untuk semakin maju.  Bukankah seharusnya semua tantangan dan kegagalan membuat manusia semakin gagah berjuang untuk keberhasilan dirinya sendiri.

Namun tidak demikian dengan orang yang termakan "Inner Voice", dia disibukkan dengan menyalahkan dirinya sendiri.    

Akibat bisikan-bisikan dalam diri yang terus menerus menghakimi.

Kedua, perasaan dan sikap "tidak cukup baik"

Seringkali orang merasa diri tidak cukup baik, tidak cukup pandai, tidak cukup beruntung, tidak cukup terampil dan berbagai hujatan pada diri sendiri melanda.  Sikap ini apabila dibiarkan akan menjadi lingkaran setan yang membelenggu yang berujung meragukan kemampuan dirinya sendiri.

Yang membahayakan adalah, ketika perasaan ini terpelihara maka akan membuat dirinya semakin terpuruk, bahkan sampai mempertanyakan kapasitas dan kemampuan diri.  Bila ini berlarut-larut dikhawatirkan akan menurunkan kemampuan kognitif.

Ketika hal ini menguasai diri, maka banyak orang menjadi tidak bersemangat dalam meperjuangkan rencana dan mimpinya.  Dia sibuk menyimbulkan diri, bahwa dia kurang berkompeten, dia tidak mampu dan dia tidak mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri.   Padahal, bukan karena tidak mampu atau tidak cukup baik, melainkan pikirannya dipaksa untuk terus menerus berpikir bahwa dia tidak cukup baik.

Orang yang seperti ini punya kecenderungan terkungkungn pada pikiran negative sehingga akhirnya perlahan-lahan membentuk diri "tidak cukup baik" dan tidak ada penerimaan diri seutuhnya.

Bila ini dibiarkan, maka akan menimbulkan depresi, kebiasaan buruk yang dipelihara seperti menunda-nunda waktu, kurang motivasi, gelisah, cemas dan khawatir berlebihan, ketidakstabilan emosi, sulit mengambil keputusan dalam hal masalah yang sederhana sekalipun, sampai pada titik kepercayaan diri yang perlahan semakin terkikis.

Memang didalam beberapa kondiri "Self Dolb" ini diperlukan untuk instropeksi diri, mengevaluasi kinerja yang kurang untuk kemudian diperbaiki kedepannya.

Ternyata, prilaku self dolb ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh di masa usia dini, termasuk masalah keharmonisan keluarga.   Bonding dengan orangtua sesungguhnya sangat berdampak positif pada prilaku anak dalam membangun relasi positif secara konsisten sehingga membentuk keterikatan yang menimbulkan rasa aman.    Anak percaya bahwa mereka dapat mengandalkan orangtua untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Rasa aman akan menjadi pondasi bagi hubungan yang baik di masa mendatang.  Orang-orang yang terbiasa mendapatkan rasa aman di masa kanak-kanak biasanya mereka akan merasa dicintai dan didukung.

Sebaliknya orang yang tidak pernah punya keterikatan yang menimbulkan rasa aman dari kedua orangtuanya, berpotensi besar mengalami kesulitan untuk terlibat dalam menjaga hubungan yang sehat di masa dewasanya kelak.

Tentu saja memang ini kembali kepada individu masing-masing dalam merespon dan mengatasi masa lalunya.  Bila dia mampu bangkit dan mengatasi tentu dia akan dengan cepat mengubah persepsi atas dirinya sendiri agar bermuatan positif.  Sedangkan apabila dia membiarkan masa lalu it uterus mewarnainya maka dia hanya akan terus menerus melabel dirinya " tidak cukup baik".

Apabila kondisi ini sangat mempengaruhi dan menghambat pada kinerja atau kegiatan sehari-hari, tentu berkonsultasi dengan ahli kesehatan dan mental sangat disarankan.

Para ahli biasanya menyarankan untuk membuat daftar apa saja yang membuat tidak percaya pada kemampuan diri sendiri, sekaligus kiat untuk mengatasinya.    Ini mengisyaratkan bahwa menulis bisa menjadi sarana untuk mentherapy problematika dalam diri sendiri.

Menulis sebetulnya bisa menjadi therapy untuk mengatasi "Self Dolb" ini, apa yang dirasakan tuangkan saja dalam tulisan.   Tuangkan dalam tulisan rasa tidak percaya diri, tuliskan juga penyebab dan cara mengatasinya, agar tidak hanya menjadi sebuah tempat curhatan hati namun juga mencuatkan kemampuan diri untuk mengatasi diri dan menjadi obat untuk kesembuhan "Self Dolb".

Kereta bangunkarta

Cikarang -- Yogyakarta

Selepas stasiun Cirebon, 6 Juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun