Mohon tunggu...
Syasha Lusiana
Syasha Lusiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku parenting CAHAYA DUNIA, Konselor, Motivator, Teacher

Pembelajar sepanjang hayat agar selalu memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahagia di Atas Penderitaan Corona

13 Januari 2021   09:32 Diperbarui: 13 Januari 2021   10:12 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan tak sedikit yang harus merelakan kepergian salahsatu anggota keluarga tanpa bisa menatapnya atau bahkan sekedar mentalqinkan di telinga untuk menghantar nyawa terakhir keluar dari tubuhnya.  Memilukan memang, tahun pandemic, tahun penuh kesedihan, penuh keprihatinan. 

Seluruh dunia sedang Allah uji, kesabran, ketabahan, keteguhan, komitmen atas keyakinan kepada sang pencipta tengah diuji sedemikian rupa.  

Apakah akan bertahan dan semakin meningkat keimannya, atau malah lari tungganglanggang mengingkariNya.   

"Tidaklahh akan Aku biarkan kalian mengatakan diri kalian beriman sebelum aku uji kalian"  (QS.Al-Ankabut ayat 2) 

Wabah memang tak mengenal tempat dan siapa, semua orang bisa terkena virus.   Seolah kita sedang menunggu giliran, kapan kita kebagian.  Bahkan seorang Ulama, ustad dan orang alim pun tak lepas dari intaian penyakit ini.  

Mereka yang selama ini selalu memberi tausyiah dan motivasi, merealisasikan antara teori dan prakteknya tetap juga jadi incaran virus yang dahsyat ini.   Rasulullah SAW mengatakan bahwa wabah penyakit merupakan azab yang Allah kirimkan bagi orang-orang yang Allah kehendaki.   

Namun Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang beriman.   Bila mereka tetap dalam negerinya kemudia bersabar dan tentu hanya berharap balasan dari  Allah SWT.    Kemudian meyakini bahwa tidak ada sesautupun yang terjadi di muka bumi ini kecuali atas kehendak Allah, maka dia akan mendapat balasan seperti mati syahid. 

Walau wabah ini dengan dahsyatnya telah mengacaukan seluruh system kehidupan manusia, bukan berarti kehidupan tanpa harapan.   Orang-orang beriman akan selalu mengambil hikmah dari setiap musibah yang menimpa.   Ketika seseorang dalam keluarga tertimpa sakit sesungguhnya itu juga adalah ujian untuk yang sehat.  

Pandemi ini mengajarkan kepada kita semua bagaimana yang sehat harus mampu meningkatkan sabarnya, meningkatkan keikhlasannya, meningktkan kerihoannya.  Bagaimana tidak, saat dia negative, dia tetap harus melakukan isolasi mandiri dikarenakan keluarga serumahnya ada yang terkonfirmasi positif.   

Seorang yang terkonfirmasi positif baik OTG maupun sakit pasti akan merasakan keterkejutan, mengaduk-ngaduk emosi dan perasaan.   Sehingga banyak yang ketika mendengar kabar ini mengalami masa transisi di awal karantina seperti mudah marah, sensitive dan mudah tersinggung.  

Atasi kondisi ini dengan beberapa langkah : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun