Dikala menanti kepastian diri, berjalan tanpa arah yang berarti
Saat bercermin, hanya angan yang melagukan elegi
Sesaat merasakan bahwa diri tiada arti
Berusaha menepi, menentukan asa yang melambung tinggi
Bahwa diri memang sedang menanti
Ketika rasa terpatri, menjawab pasti keyakinan yang ada
Panas menerpa segala cuaca, sehingga raga entah melayangkan cita
Lambat laun, gurauan kata memaknai kehidupan ini
Membawa diri bahwa hidup harus berarti, bahwa jiwa harus terseleksi
Tiada perjuangan yang tanpa arti
Tuhan, hanya bisa diri ini memohon
Berharap hidup tanpa penonton, yang hanya bisa menilai
Tampak luar, tanpa mempercayai apa yang ada di lubuk terdalam
Bauran hawa menyemburkan kemurkaan, ketika tiada lagi cinta suci
Ketika diri terhina karena keegoisan abadi
Laa Tahzan...
Jangan bersedih, karena ada Tuhan sang Ilahi yang akan memaknai
Capaian yang sudah terpatri, keagungan yang sudah hakiki
Langkahkan terus cita-cita diri, guna memaknai sisa hati
Bahwa hidup harus tetap berarti
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H