Mohon tunggu...
Lusiana Roamer
Lusiana Roamer Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hidup harus bermanfaat dan berguna untuk orang banyak. Berbuat ikhlas tanpa alasan..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Pandemi Menjadi Krisis di Dunia Pendidikan

18 Juni 2022   05:00 Diperbarui: 18 Juni 2022   05:06 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar. Sumber : Dok. Pribadi

Pendidikan adalah proses yang membawa manusia dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya dengan transformasi yang menggabungkan antara visi akademik dan visi perkembangan. Dalam proses pendidikan tersebut diharapkan terjadi pemahaman atas bimbingan dan arahan yang diberikan pada peserta didik untuk mendapatkan kedewasaan dalam melaksanakan peranannya dalam kehidupan secara mandiri serta tidak tergantung pada orang lain.

Pandemi yang melanda dunia dua tahun ini, tidak hanya berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, dan politik saja. Faktor pendidikan menjadi salah satu faktor utama yang terkena dampak dari pandemi saat ini. Dunia harus menghadapi kenyataan bahwa pandemi bukan hanya krisis kesehatan saja tapi juga krisis pendidikan. Himbauan pemerintah agar guru mengutamakan pengalaman belajar murid dan bukan menyelesaikan target kurikulum, bisa diterima sebagai bentuk manajemen krisis tapi tidak sebagai respon untuk masa new normal.

Menghadapi hal tersebut diatas, metode pembelajaran dan pengajaran pun berubah drastis. Proses kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan dengan tatap muka, harus dilaksanakan dengan sistem daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Otomatis semua sekolah serentak merubah pola pengajaran mereka. Guru dituntut untuk paham teknologi dan harus lebih kreatif lagi karena pembelajaran tetap harus menarik dan membuat minat anak belajar tidak padam.

Pendidikan berbasis teknologi sudah tidak bisa dielakkan lagi. Kekhawatiran guru dan orangtua akan pengaruh negatif dari penggunaan teknologi di ruang kelas menjadi tidak relevan. Yang menjadi tantangan bersama adalah apa strategi dan model pembelajaran berbasis teknologi terbaik yang dapat memberikan pengalaman belajar berharga bagi para siswa. Diharapkan dalam menghadapi masalah ini adalah tidak terjadinya Loss learning atau meminimalisir terjadinya hal tersebut. Loss learning menunjukkan bahwa siswa dianggap kehilangan pembelajaran atau tidak belajar apa-apa, sehingga berkurang ilmu pengetahuan dan keterampilannya.

Solusi yang diambil pada masa pandemi diantaranya dengan Learning space dan virtual learning guna memenuhi kebutuhan belajar siswa. Dengan learning space diharapkan ketersediaan kesempatan, infrastruktur, dan sumber daya manusia yang mendukung kegiatan belajar, berbagi pengetahuan, dan pendokumentasian pengetahuan. Hal-hal tersebut harus tersedia memadai di sekolah-sekolah. Komponen learning space yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran diantaranya penyediaan ruangan, peralatan, jaringan internet dan intranet, akses sumber belajar, kesempatan belajar, dan dukungan teknis

Sementara itu Virtual learning adalah salah satu sistem pendidikan jarak jauh yang bertujuan untuk mengefisiensikan dan mengefektifikan metode pembelajaran dengan menggunakan internet. Jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam proses pembelajaran dalam konsep virtual learning.

Ciri-ciri pembelajaran yang menerapkan konsep virtual learning adalah:

a. adanya keterpisahan antara pendidik dan peserta didik;

b. sistem belajar terbuka (akses yang terbuka dan kebebasan memilih ragam sumber belajar serta alur proses belajar)

c. berbasis jaringan

Konsep virtual learning dikembangkan bukan untuk menggantikan pembelajaan tatap muka. Penggabungan pembelajaran tatap muka dengan konsep virtual learning akan memungkinkan terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran, di samping peningkatan efektivitas dan efisiensi pendidikan.

Lalu bagaimana dengan sekolah-sekolah yang keberadaannya di pelosok daerah? Yang memiliki keterbatasan infrastruktur dan daya dukung lainnya? Inilah saatnya para educator memutar otak dan menunjukkan kreativitas, produktivitas, dan loyalitasnya. Tantangan yang berharga bagi para guru yang bekerja tanpa tanda jasa.

Selama ini cara educator mengintegrasikan teknologi di ruang kelas berbeda-beda. Kebanyakan penggunaan teknologi adalah inisiatif guru yang memiliki latar belakang atau pengetahuan tentang teknologi tertentu, tapi belum menjadi kebijakan yang diatur berdasarkan transformasi pedagogi. Transformasi seperti ini tentu saja membutuhkan persiapan dan investasi yang sangat besar. Selain dari persiapan infrastruktur dan kurikulum, pengelola sekolah pun harus melatih kembali guru-guru agar menguasai educational technology yang perkembangannya sangat cepat.

Sistem pengajaran berbasis teknologi dengan pembelajaran jarak jauh, memang merupakan perubahan yang signifikan pada pola pembelajaran guru-guru pada masa pandemi. Tapi sistem ini juga menimbulkan pola-pola negatif pada siswa. Karena guru dan siswa bertemu dengan tempat yang berbeda, bukan satu ruang di kelas, terkadang aktivitas mereka tidak maksimal. Selain terkendala dengan sinyal, pola hidup mereka pun berubah. Terutama tentang kedisiplinan dan etika. 

Hidup mereka menjadi lebih santai, dan rasa hormat terhadap gurunya pada beberapa anak yang ditemui di lapangan, berkurang. Melihat hal tersebut, pada kenyataannya kekhawatiran tentang penggunaan teknologi yang tidak seharusnya banyak terjadi. Anak-anak seperti lebih leluasa lagi menggunakan teknologi dan tidak bisa dipungkiri bahwa hal-hal negatiflah yang terjadi. Seban dan akibat tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi orang tua dan guru saat ini.

Memasuki masa new normal pasca pandemi dimana kegiatan belajar mengajar akan kembali 100% dan  tatap muka di sekolah akan dilaksanakan kembali, berbagai persiapan sudah mulai dilakukan. Kegiatan tatap muka dilakukan secara bertahap sesuai dengan aturan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di daerah masing-masing. Tugas kita sebagai pendidik menjelang masa new normal ini adalah memulihkan kembali situasi dan kondisi pembelajaran di sekolah sehingga loss learning tidak terjadi lagi.

Sebagai garda terdepan dalam pemulihan pendidikan, guru memikul tanggung jawab untuk mengejar ketertinggalan capaian belajar akibat berbagai keterbatasan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan selama pandemi Covid-19. Namun demikian, pemulihan pendidikan pasca pandemi bukan hanya menjadi kewajiban guru. Di sisi lain, sudah selayaknya guru mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terkait, baik melalui penyediaan sarana dan prasarana, kebijakan yang tepat, peningkatan kapasitas, serta kesejahteraan dan pengembangan profesi guru secara berkelanjutan. Beberapa hal yang bisa dilakukan guru pasca pandemi diantaranya :

1. Guru harus terlibat dan perlu memiliki skill admin dan marketing. Oleh karena itu sekolah perlu memfasilitasi tenaga kependidikannya dengan perkembangan teknologi.

2. Merangkul orang tua karena di era saat ini, apalagi pasca pandemi, para orang tua kritis terhadap kondisi sekolah.

3. Memotivasi siswa akan pentingnya literasi. Dengan literasi siswa akan lebih banyak mendapatkan pengetahuan yang bisa bermanfaat dalam kehidupannya saat ini dan masa datang, baik literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya.

4. Memberikan pemahaman agama yang lebih jelas lagi sehingga siswa bisa memilah mana yang manfaat dan mudarat dalam penggunaan teknologi, agar tidak salah langkah dalam hidupnya. 

Semoga bermanfaat          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun