Hidup adalah pilihan, dan pengalaman adalah guru yang terbaik. Experience is the best teacher... pengalaman merupakan bekal yang sangat penting dalam hidup. Setiap langkah kehidupan yang harus kita jalani dan harus dilalui, akan membekas dan menjadikan itu sebagai bagian dari hidup kita. Akan menjadi sebuah pengalaman yang menjadi sejarah dalam hidup kita.
Pengalaman tidak bisa kita hilangkan, sampai kapanpun akan menjadi bekal dalam hidup kita. Hal ini bertujuan agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam hidup kita dan jika itu merupakan hal yang buruk kita tidak perlu menyesalinya, namun cukup menjadikannya sebagai suatu pembelajaran agar kita menjadi lebih baik untuk ke depannya. Â
1973, saya lahir... kenangan yang sekarang sudah hampir setengah abad. Hmmmm... Kehidupan berjalan seperti tidak terasa, yang dirasa hanya pahit manisnya kehidupan, sementara usia tetap berjalan. Lahir dari keluarga sederhana, saya memiliki dua orang kakak, seorang adik, dengan ayah seorang dosen dan ibu hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Semua orang tidak bisa menebak jalan hidup bagaimana yang akan dijalani, kita hanya bisa berharap kehidupan yang baik-baik saja.Â
Tapi memang Allah SWT sayang terhadap kami, di usia sekolah dasar orang tua harus berpisah. Sang bapak lebih memilih hidup dengan pilihan hati berikutnya setelah ibu. Usia sekolah dasar bagi saya sudah berbeda dengan kehidupan teman-teman seusia lainnya. Mulai dirasakan tidak sepenuhnya kasih sayang ayah terhadap kami. Alhamdulillah, pengalaman menikmati keluarga broken home harus mulai kami jalani. Sedih? Kecewa? Marah? rasa yang sudah harus mulai bisa kami telan selain makanan pokok.Â
Hidup harus terus berjalan... semangat dan ikhlas harus tetap tertanam. Do'a adalah kekuatan dan keyakinan kami.
Alhamdulillah, ibu adalah sosok yang tidak mudah patah semangat. Pendidikan anak-anak adalah hal utama yang beliau perjuangkan. Upaya apapun beliau lakukan asal anak-anak tetap bisa mengenyam pendidikan yang baik. Tentu saja upaya-upaya positif yang beliau lakukan. Prinsip beliau adalah minimal anak-anak itu lulus sekolah menengah atas. Agar kami bisa mencari kerja dengan modal ijasah sekolah tersebut. Bukan maksud eksploitasi anak, tapi memang itu adalah tekad kami juga. Bisa membahagiakan orang tua terutama ibu jika kami sudah bisa bekerja.Â
Ibu adalah madrasah keluarga... itu benar dan saya akui keabsahannya. Ibulah yang mendidik dan mengajarkan kami tentang kehidupan sebenarnya. Tentang kesederhanaan, keikhlasan, keyakinan bahwa jika kita bersikap dan berbuat baik, Insyaallah orang-orang baik yang akan berada sekitar kita.Â
Masa sekolah dasar...
Masa dimana saya baru tahu dan menyadari bahwa ayah sudah bukan milik kami lagi sepenuhnya. Ayah sudah berbagi dengan keluarganya yang lain. Kami sudah tidak mendapatkan perhatian sepenuhnya lagi dari beliau, baik kasih sayang maupun materi. Sedih? tentunya... kelas 5 sekolah dasar saya baru menyadari itu. Yang lebih malu lagi, guru-guru saya juga mengetahui masalah keluarga kami ini. Pelajaran pertama saya dimulai dari sini, bahwa apapun yang terjadi harus mau menerimanya. Buang ego dengan sifat malu, minder, ataupun malah menjadi orang yang introvert. Saya harus tetap bisa hidup bersosialisasi, harus tetap bisa belajar fokus, dan harus tetap bisa tersenyum.
Allah SWT Maha Baik... kehidupan di masa sekolah dasar ini menjadikan saya mulai belajar ikhlas, sabar, dan bisa menyikapi keadaan sesuai usia saat itu. Ibulah yang bisa membuat kami menjalani hidup dengan sabar dari segala ujian ini, tanpa harus ada konflik atau pemberontakan seorang anak terhadap kehidupan yang dijalani. Kedua kakak dan adik saya juga bisa mengikuti ritme kehidupan saat itu.Â
Masa sekolah menengah pertama... next
Semoga Allah SWT selalu memberkahi kehidupan kita semua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H