Mohon tunggu...
Lusi siahaan
Lusi siahaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya seorang mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Palangka Raya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Isu Terkini Kebanksentralan di Indonesia dan Dunia

7 Desember 2022   13:25 Diperbarui: 7 Desember 2022   13:34 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bank Dunia mengumumkan adanya risiko resesi global pada tahun 2023 yang akan datang. Kemudian Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan bahwa tahun 2023 Indonesia harus bersiap untuk menghadapi gelombang resesi ekonomi. Pada dasarnya resesi ekonomi adalah kondisi saat perekonomian negara tengah memburuk dan akan berdampak negatif ke berbagai aspek mulai dari berdampak pada aspek pemerintah, aspek sosial terutama pada aspek ekonomi.

Bank dunia mencatat resesi tahun 2023 terjadi karena keadaan bank sentral di dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai solusi untuk mengatasi inflasi. Dimana seperti yang kita ketahui bahwa inflasi adalah keadaan dimana meningkatnya harga secara umum dan terjadi secara terus menerus. Dimana inflasi apabila inflasi terjadi dalam waktu yang berkepanjangan maka menyebabkan nilai mata uang mata uang akan menjadi melemah atau turun sehingga merun pula kemampuan untuk membelanjakan uang.  Salah satu pemicu terjadinya inflasi pada situasi ini adalah Pandemi Covid-19 dan juga  terjadinya konflik antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada rantai pasokan komoditi yang diperlukan oleh berbagai negara.

Untuk mengatasi situasi tersebut maka Bank Sentral menaikkan suku bunga yang diharapkan dapat meredakan inflasi tersebut. Bank sentral menaikkan suku bunga hamper 4 persen hingga tahun 2023 yang melebihi 2 poin persentase rata-rata pada tahun 2021. Sementara itu Studi Bank Dunia mendapati bahwa kenaikan suku bunga tersebut dapat membuat tingkat inflasi inti global mencapai 5% pada tahun 2023 mendatang.

Untuk mengatasi inflasi secara global agar berada pada tingkat yang konsisten, maka Bank Sentral diperkirakan perlu untuk menaikkan suku bunga dengan tambahan persentase sebanyak 2 point presentasi. Namun jika menaikan suku bunga disertai tekanan pasar keuangan, kemudian Produk Domestik Bruto (PDB) global melambat 0,5 %. Artinya terdapat kontraksi sebesar 0,4 persen per kapita dimana kondisi inilah yang menjadi penyebab resesi global. Namun disamping naiknya suku bunga, krisis keuangan di pasar pada negara berkembang dan ekonomi berkembang disebut dapat memicu resesi pada tahun 2023 yang berkepanjangan.

 

BAGAIMANA BANK INDONESIA MENYIKAPI RESESI 2023?

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenang, bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak lain, kecuali dalam hal yang terdapat dalam undang undang. Bank Indonesia memiliki satu tujuan tunggal yaitu untuk mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah yang mencakup dua dimensi yaitu stabilitas nilai mata uang barang dan jasa domestic (inflasi) dan stabilitas mata uang asing (nilai tukar).

Dalam menjaga ketahanan perekonomian Indonesia pada situasi resesi maka sesuai arahan Presiden RI dan Gubernur Bank Indonesia menghimbau agar menekan sinergi dan inovasi sebagai kunci utama dalam menghadapinya. Optimis pada pemulihan ekonomi diperkuat dengan tetap mewaspadai ketidakpastian global.

Untuk menghadapi resesi Bank Indonesia menggunakan strategi bauran kebijakan dalam mengatasi permasalahan global dan mendukung pemulihan ekonomi. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan dalam mengatasi tantangan tersebut terdapat 3 langkah yang diperhatikan.

*        Tantangan global yang dihadapi tidak dapat direspon hanya dengan satu instrumen kebijakan.

*        Pentingnya pemengenbangan digitalisasi keuangan. Dimana Bank Indonesia telah menggambarkan digitalisasi sistem pembayaran.

*        Penguatan jaringan pengaman keuangan global merupakan hal penting meningkatkan kapasitas pembiayaan.

 

Bank Sentral Digital 4.0

Bank Sentral Digital 4.0 adalah salah satu strategi untuk mendorong inovasi dalam ekonomi dan keuangan digital oleh Bank Indonesia, yang bertujuan untuk memperkuat daya saing dan kepentingan nasional serta mengatasi dan mempersempit kesenjangan masyarakat.

Kebijakan Bank Indonesia pada 2023 diarahkan sebagai bagian dari kebijakan nasional untuk memperkuat ketahanan, pemulihan dan kebangkitan perekonomian Indonesia  pada kondisi ekonomi global yang melambat dan resesi di beberapa negara. Kebijakan BI difokuskan menjaga stabilitas dengan beberapa kebijakan sebagai berikut:

1)     Kebijakan Moneter

Dalam kebijakan ini BI pada 2023 fokus pada stabilitas nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi agar dapat stabil, serta dukungan terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. BI juga menjaga kebijakan suku bunga melalui kalibrasi secara terukur, perencanaan yang matang, dan transparansi.

2)     Kebijakan Makroprudensial

Kebijakan ini untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan pada sektor prioritas dan UMKM untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan stabilitas keuangan dan inklusi ekonomi dan keuangan.

3)     Kebijakan Sistem Pembayaran

Digitalisasi sistem pembayaran berdasarkan Blueprint terus didorong untuk mempercepat integrasi ekonomi dan keuangan digital, kerjasama sistem pembayaran kepada negara lain dan pengembangan Digital Rupiah.

4)     Kebijakan Pendalaman Pasar Uang

Pendalaman pasar uang ditempuh untuk memperkuat efektivitas operasi dan transmigrasi kebijakan, pembangunan pasar, uang digital yang berstandar internasional dan pemngembangan pembiayaan dan keuangan yang berkelanjutan

5)     Kebijakan Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau

Program pengembangan ekonomi inklusif pada UMKM dan ekonomi keuangan Syariah yang akan terus dikembangkan dengan digitalisasi serta akses pasar domestic dan ekspor.

Namun Menteri Badan usaha milik negara (BUMN) Erick thohir memastikan bahwa Indonesia tidak akan terkena resesi pada tahun 2023. Hal ini karena dari berbagai sektor data indikator ekonomi, ekonomi Indonesia akan tumbuh terus sampai tahun 2045 dan akan menjadi negara ekonomi terbesar dunia.

BI juga dalam 3 bulan terakhir telah menaikkan suku bunga acuan untuk menahan inflasi dari sisi permintaan, meski konsekuensinya pertumbuhan ekonomi berpotensi akan melambat. Namun kebijakan suku bunga acuan akan dilakukan secara teratur sehingga kebijakan tersebut dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian BI optimis bahwa Indonesia akan memiliki optimism ekonomi akan terus tumbuh di tengah negara-negara lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun