Mohon tunggu...
LUQMANUL HAKIM
LUQMANUL HAKIM Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya memiliki hobi bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Jejak Sejarah Samudra Pasai Dan Kontribusi Sultas Malik Al-Saleh Dalam Peradaban Islam Di Nusantara

11 Desember 2024   08:46 Diperbarui: 11 Desember 2024   08:46 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Sultan Malik Al-Saleh dikenal dengan tulisan tahun 1297. Sejarah Samudera Pasai dimulai dari kerajaan bernama Samudera yang didirikan pada tahun 1270 M oleh Merah Silu. Kerajaan ini terbentuk melalui penyatuan beberapa kerajaan kecil di wilayah Peurelak (Perlak). Merah Silu kemudian memeluk agama Islam yang dibawa oleh nakhoda Ismail dan Fakir Muhammad dari Madinah dan Malabar, dan beliau pun berganti nama menjadi Malikussaleh atau Malik Al-Saleh. Kerajaan Samudera berubah menjadi Samudera Pasai pada tahun 1283 M dan berpusat di sekitar Lhoksemawe, Aceh bagian Utara (Shihabuddin dkk, 2023:175).

Menurut Hikayat Raja-Raja Pasai, nama Samudra Pasai berasal dari sebuah cerita di mana Meurah Silu (Malikussaleh) melihat seekor semut raksasa sebesar kucing. Pada awalnya, orang-orang yang belum memeluk Islam menangkap dan memakan semut tersebut, lalu memberi nama tempat itu dengan sebutan "laut" (samudra). Namun, ada yang meragukan cerita ini dan lebih mempercayai bahwa kata "Samudra" berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti laut. Kata "Pasai" sendiri diyakini berasal dari bahasa Persia, yaitu Parsee atau Pase, yang merujuk pada para pedagang Muslim dari Persia dan India, khususnya Gujarat, yang datang ke Nusantara pada waktu itu.

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam yang berada di Sumatera, yang berdiri antara abad ke-13 hingga ke-16. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu, yang setelah memeluk Islam diberi gelar Sultan Malik As-saleh (Malikussaleh). Lokasi kerajaan ini yang terletak di pantai utara Sumatera, sekitar kota Lhokseumawe di Aceh, sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional. Samudra Pasai memainkan peran penting dalam perkembangan Islam di Nusantara, bahkan sering dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di wilayah ini, berkat proses Islamisasi yang terjadi di wilayah pesisir setelah kedatangan para saudagar Muslim pada abad ke-7 M.

Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia

            Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi. Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai (Gustaman 2021:33).

Sultan Malik As-Saleh (Samudera Pasai)

            Menurut Gustaman (2021:34-35)Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Sebelumnya, beliau dikenal dengan gelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau adalah putra dari Merah Gajah. Dikisahkan bahwa Merah Selu melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, hingga akhirnya diangkat menjadi raja di wilayah Samudera Pasai. Merah Selu memeluk Islam setelah bertemu dengan Syekh Ismail, seorang Syarif dari Mekah. Setelah memeluk Islam, beliau bergelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.

Sultan Iskandar Muda adalah Sultan Aceh yang ke-12 dan memerintah dari tahun 1606 hingga 1637. Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai puncak kemakmuran dan kejayaan. Aceh berhasil memperluas wilayahnya ke selatan dan mengalami kemajuan ekonomi melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat hingga Indrapura. Sultan Iskandar Muda melanjutkan perlawanan terhadap Portugis dan Johor untuk menguasai Selat Malaka. Beliau juga sangat memperhatikan perkembangan agama Islam dengan mendirikan Masjid Baiturrahman yang megah dan pusat pendidikan Islam atau dayah. Pada masa pemerintahannya, Aceh dihuni oleh ulama terkenal seperti Hamzah Fansuri.

Sultan Iskandar Muda juga menyusun sistem perundang-undangan yang dikenal sebagai Adat Mahkota Alam dan menegakkan hukum Islam dengan tegas. Bahkan, beliau menghukum rajam terhadap puteranya sendiri. Ketika ada yang mencoba mencegahnya, beliau berkata, "Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan." Setelah wafatnya Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami kemunduran.

Kesimpulan

Sejarah Islamisasi di Nusantara menunjukkan perjalanan panjang penyebaran agama Islam di Indonesia, yang dimulai sejak kedatangan para pedagang Muslim di pelabuhan-pelabuhan strategis di Sumatera, Jawa, dan pesisir lainnya. Proses Islamisasi ini terjadi melalui interaksi sosial, perdagangan, serta peran aktif kerajaan-kerajaan Islam pertama seperti Samudra Pasai, Aceh, Demak, Banten, dan Cirebon. Kerajaan-kerajaan ini tidak hanya memperkenalkan agama Islam, tetapi juga memberikan warisan budaya yang masih terasa hingga kini, salah satunya dalam bentuk peninggalan seperti masjid dan kaligrafi, yang menjadi simbol kolaborasi budaya Hindu dan Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun