Kabupaten Jeneponto merupakan daerah berjarak 83 km di sebelah selatan kota Makassar, dengan jumlah penduduk sebanyak 359.787 orang. Dari total jumlah penduduk tersebut, masih terdapat penduduk miskin sebesar 55.320 orang atau sekitar 15,37 % dari total penduduk. Melihat tingginya jumlah penduduk miskin tersebut, maka diperlukan upaya -- upaya untuk menekan jumlah penduduk tersebut. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Apalagi mengingat Kabupaten Jeneponto yang secara geografis memiliki luas wilayah 749,79 km2, terdiri atas  atas 3 (tiga) cluster wilayah yakni daerah pesisir/dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan, yang tentu saja memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Untuk wilayah pegunungan, kopi merupakan salah satu produk unggulan yang dapat menunjang kehidupan masyarakat dimana pada tahun 2016, luas areal perkebunan kopi yang ada di Jeneponto yaitu : 2.467 Ha dengan produksi sekitar 674 ton untuk varietas kopi arabika.
H. Nasrum merupakan salah satu putra Jeneponto yang memiliki minat untuk mengembangkan usaha di bidang perkebunan kopi karena kopi rumbia memiliki cita rasa khas yang tidak dimiliki oleh kopi yang lain. Bahkan saat ini, dia sudah memiliki Galeri Kopi Arabika Rumbia yang dibangunnya sejak tahun 2016, Dalam memulai usahanya, dia menceritakan bahwa tahun 1980 kopi arabika mulai ditanam di Desa Jenetallasa yang terletak di Kecamatan Rumbia dengan proses penanaman, pemeliharaan dan pengolahan yang masih sangat sederhana.Â
Dan pada tahun 2002, masyarakat mulai membentuk Kelompok  Tani yang bernama AROMA dengan ketua H. Nehru. Dibawah kepemimpinan H. Nehru, para petani mulai mendapatkan perhatian Pemerintah dalam hal ini BBPP Batang Kaluku dengan mengikutsertakan anggotanya dalam berbagai pelatihan kepemimpinan wirausaha. Dan melalui pelatihan -- pelatihan tersebut, masyarakat mulai terbuka wawasannya untuk mengembangkan usaha dengan metode pemasaran kopi bubuk.
Pada tahun 2015, Kelompok Tani Aroma mendapatkan undangan Festival Kopi Tanah Air Kita yang diselenggarakan oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tangeran Banten. Selain itu, pada tahun yang sama, oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, juga menunjuk Kelompok Tani Aroma mengikuti Pameran BIMP EAGA BMEP ASEAN. Bahkan pada tahun 2017 mereka mengikuti Workshop For Smess On Exporting Coffee to Canada, disana mereka banyak memperoleh ilmu profil roasting kopi di Kanada yang mempunyai harga sangat fantastik  yaitu mencapai Rp. 800.000 per kg.
Berbagai usaha untuk memasarkan produk Kopi Rumbia telah dilakukan dan terakhir, pelaksanaan kegiatan Kampung Kopi Rumbia di Desa Jenetallasa yang dirangkaian dengan peringatan Hari Kopi Internasional. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 14 -- 16 Oktober 2018 tersebut, dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Asosiasi Kopi Spesial Indonesia Ibu Hj. Delima.
Dan melihat potensi pemasaran kopi semakin meningkat, maka mereka memandang perlu untuk mendirikan Galeri Kopi Rumbia (Coffee Shop). Dan ternyata respon masyarakat terhadap berdirinya Galeri tersebut sangat besar, bahkan untuk melayani pembeli kopi baik dalam bentuk minuman, kopi bubuk ataupun biji kopi mereka sering kewalahan. Untungnya mereka selalu mengantisipasi hal tersebut dengan persediaan kopi yang cukup banyak.
Selain melayani pembelian secara langsung, Galeri Kopi Rumbia juga melayani pesanan dari luar Kabupaten Jeneponto. Untuk memenuhi pesanan tersebut H. Nasrum sering menggunakan jasa JNE yang berlokasi di depan Pasar Karrisa Kabupaten Jeneponto dimana jarak kantornya hanya sekitar 400 meter dari Galeri tersebut. Kehadiran JNE sangat berperan besar dalam memenuhi pesanan pelanggan yang tidak dapat menjangkau Kabupaten Jeneponto secara langsung.
Saat ini Galeri Kopi Rumbia tetap menggunakan kopi yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Aroma yang saat ini tersebar di Kecamatan Rumbia. Usaha kopi memang menguntungkan dan banyak membuka lapangan kerja, mulai dari petani yang mencapai puluhan orang, hingga pelayan di Galeri Kopi.
Meskipun demikian, mereka masih mempunyai cita -- cita untuk membuka Gallery Kopi Sulawesi yang menyediakan berbagai varietas kopi yang ada di Sulawesi Selatan. Mereka bahkan sudah melakukan koordinasi dengan petani kopi dari Kabupaten lain seperti : Kabupaten Bantaeng, Enrekang, Sinjai, Bone dan Kabupaten Toraja.
Ancaman ketersediaan kopi juga menjadi kendala sehingga diperlukan peremajaan terhadap lahan perkebunan kopi yang telah ada, mengingat usia kopi yang dimiliki oleh petani sudah mulai tua. Dan diharapkan adanya perluasan areal perkebunan kopi juga menjadi tantangan bagi mereka untuk mengatasi ketersediaan kopi pada Galeri Kopi Rumbia dan selain itu, perluasan lahan juga diharapkan dapat menghasilkan produksi yang lebih banyak sehingga dapat menjadi produk ekspor ke Negara lain seperti Kanada.
Kendala ketersediaan dana tentu saja menjadi hal klasik dalam pengelolaan UMKM. Untuk mewujudkan mimpi -- mimpi tersebut diatas, H. Nasrum memperkirakan dibutuhkan investasi yang sangat besar mencapai Rp. 84. Milyar guna menyediakan lahan, pemeliharaan tanaman, pengolahan biji kopi, hingga  penjualan.Â
Untuk jangka pendek, H. Nasrum akan segera membentuk koperasi yang akan mewadahi kelompok tani kopi yang ada di Kabupaten Jeneponto. Diharapkan dengan koperasi ini, kesejahteraan petani dapat semakin meningkat karena hasil perkebunan akan dijual melalui koperasi yang akan dibentuk. Selain itu, untuk mendapatkan modal usaha juga akan lebih mudah, demikian pua dengan bantuan pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jeneponto akan lebih menjangkau petani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H