Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai, menyisakan dinamika politik yang akan mewarnai perjalanan bangsa Indonesia selama lima tahun ke depan. Hiruk pikuk pesta demokrasi terbesar di Asia Tenggara ini meninggalkan jejak yang mendalam bagi para kontestan, khususnya tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang telah berjuang keras memperebutkan kursi tertinggi di negeri ini. Di antara mereka, sosok Anies Baswedan menjadi sorotan utama pasca pemilihan, bukan karena kemenangannya, melainkan karena langkah mengejutkan yang ia ambil setelahnya.
Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta yang sempat menjadi salah satu kandidat terkuat dalam Pilpres 2024, kini mengambil keputusan yang mengejutkan banyak pihak. Setelah gagal meraih kursi kepresidenan, Anies menerima tawaran dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2024 mendatang. Keputusan ini sontak memicu berbagai spekulasi dan analisis dari berbagai kalangan, mulai dari pendukung setianya hingga para pengamat politik nasional.
Perjalanan politik Anies Baswedan sendiri telah melalui berbagai fase yang menarik. Dikenal sebagai akademisi dan tokoh pendidikan, Anies pertama kali menjabat posisi publik yang signifikan saat ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014 dalam kabinet Presiden Joko Widodo. Meski hanya menjabat selama dua tahun, kiprahnya di dunia pendidikan menjadi modal penting dalam karier politiknya selanjutnya.
Pada tahun 2017, Anies berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta, mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama dalam kontestasi yang sarat dengan tensi politik dan isu SARA. Selama masa kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies menerapkan berbagai kebijakan yang menuai pro dan kontra, mulai dari program rumah DP 0 rupiah hingga penanganan banjir ibu kota. Kinerjanya sebagai gubernur menjadi batu loncatan yang kuat untuk ambisinya dalam Pilpres 2024.
Namun, mimpi Anies untuk menduduki kursi kepresidenan harus pupus setelah kalah dari pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam Pilpres 2024. Meski demikian, perolehan suara yang cukup signifikan menunjukkan bahwa basis pendukung Anies tetap solid dan berpotensi untuk dipertahankan di masa mendatang.
Keputusan Anies untuk kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta memunculkan berbagai interpretasi. Sebagian melihatnya sebagai langkah mundur dalam karier politik, sementara yang lain menganggapnya sebagai strategi jangka panjang untuk mempertahankan relevansi politiknya. Pengamat politik Adi Prayitno, dari Parameter Politik Indonesia (PPI), dalam sebuah wawancara eksklusif di Dua Sisi Tv One mengatakan, "Langkah Anies ini bisa dilihat sebagai upaya untuk tetap berada dalam radar politik nasional. DKI Jakarta adalah etalase Indonesia, dan posisi gubernur di sini memiliki visibilitas yang sangat tinggi."
Tantangan yang dihadapi Anies dalam pencalonannya sebagai Gubernur DKI Jakarta tidaklah ringan. Ibu kota negara ini dikenal dengan kompleksitas masalahnya, mulai dari kemacetan, banjir, hingga kesenjangan sosial yang tinggi. Anies harus mampu meyakinkan pemilih bahwa ia memiliki solusi konkret untuk permasalahan tersebut, terutama mengingat ia pernah menjabat posisi ini sebelumnya.
Dari sisi koalisi partai, pencalonan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta juga memunculkan dinamika baru. Partai-partai yang sebelumnya mendukungnya dalam Pilpres 2024, seperti PKS dan Partai Nasdem, kini harus mempertimbangkan kembali strategi politik mereka di tingkat lokal. Sementara itu, partai-partai lain mulai mempersiapkan kandidat tandingan yang diprediksi akan membuat persaingan Pilkada DKI Jakarta 2024 menjadi sangat ketat.
Menariknya, keputusan Anies ini juga berdampak pada konstelasi politik nasional menjelang Pilpres 2029. Banyak yang memprediksi bahwa langkah ini adalah bagian dari strategi jangka panjang Anies untuk kembali mencalonkan diri sebagai presiden di masa depan. Dengan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies berpeluang untuk membangun track record yang lebih kuat dan memperluas basis pendukungnya.
Sementara itu, masyarakat Jakarta sendiri memiliki pandangan beragam terhadap pencalonan kembali Anies. Survei terbaru yang dilakukan oleh Lembaga Survei  Proximity Indonesia menunjukkan bahwa Anies  berada di posisi Pertama dengan elektabilitas 18,50 persen. Setelah Anies kemudian disusul oleh Ahok di posisi kedua dengan elektabilitas 14 persen dan Ridwan Kamil berada di posisi ketiga dengan 12,50 persen. Angka ini menunjukkan bahwa Anies masih memiliki basis dukungan yang kuat, namun juga menghadapi tantangan untuk meyakinkan pemilih yang masih skeptis.
Dalam konferensi pers yang diadakan pada 13 Juni 2024 di kantor DPW PKB DKI Jakarta (KOMPAS TV), Anies menyatakan komitmennya untuk membawa perubahan di ibu kota. "Saya kembali mencalonkan diri bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk melanjutkan perjuangan membangun Jakarta yang lebih baik. Kita telah memulai banyak program yang baik, dan saya ingin memastikan program-program tersebut bisa dilanjutkan dan disempurnakan," ujarnya.
Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, keputusan Anies Baswedan untuk kembali bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2024 telah mengubah lanskap politik nasional dan lokal. Langkah ini tidak hanya akan mempengaruhi masa depan politik Anies sendiri, tetapi juga akan berdampak signifikan pada dinamika politik di Indonesia secara keseluruhan.
Hanya waktu yang akan membuktikan apakah keputusan ini merupakan langkah mundur atau justru lompatan strategis bagi Anies Baswedan. Namun yang pasti, perjalanan politiknya akan terus menjadi sorotan publik dan para pengamat politik dalam waktu dekat ini, menjadikannya salah satu tokoh sentral dalam perkembangan demokrasi Indonesia di tahun-tahun mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H