Mohon tunggu...
Puisi

Puisi, Linggis vs Pena

12 April 2016   05:38 Diperbarui: 12 April 2016   06:40 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: id.aliexpress.com"][/caption]Sungguh malang nasib Negri kita
Memiliki para koruptor yang telah merajalela
Bukankah kebanyakan dari mereka para pendiri bangsa?
Atau malah, pembawa derita untuk kita?

Uang, seolah remot negara kita
Suap, sudah menjadi tradisi negri kita
Jabatan dan keadilan sungguh membohongi kita
Mau jadi apa negri kita?

Maling berdasi maling yang lihai
Menggoyangkan pena di atas
Lembaran bermeterai
Sungguh pandai berteriak jadi maling

Para koruptor pun disebut maling
Tapi bukan maling kesiangan
Maling dibilang maling karena
Menggait harta negara tanpa pamit

Awan dilangit ikut menangis
Seakan tak terima dengan dunia
Dulu kau merampok pakai Linggis
Sekarang Pena jadi alatnya

Polisi tak lagi mengayomi
Jabatan tinggi hanya pamor masa kini
Rakyatpun tak ditangani
Hanya berfikir untuk sendiri
Agar istana kokoh berdiri

Kini tikuspun tegap berdiri
Sembari tertawa dan berkata
Akulah raksasa Negri ini hahaha....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun