Mohon tunggu...
Luqman Hasan, Dr.
Luqman Hasan, Dr. Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

General Practitioner - Writing lover

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Skizofrenia: Ketika Seseorang Hidup Dalam Realita dan Pikirannya Sendiri

22 April 2014   03:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana bila seseorang hidup dalam dua dunia? Dunia pertama adalah dunia realita tempat dia benar-benar berpijak, dan lainnya merupakan dunia yang dibuat atas dasar alam pikirannya. Kehidupan semacam itu dapat terjadi pada gangguan jiwa psikotik, dan dari berbagai gangguan psikotik yang ada, skizofrenia adalah yang terbanyak.

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi, dan gangguan psikomotor. Penderita skizofrenia tidak dapat membedakan dia hidup dalam realita atau dalam alam pikirannya sendiri (autistik). Penyakit ini bersifat kronis, sering kambuh, dan menyebabkan penurunan fungsi yang semakin lama semakin berat bila tidak mendapatkan pertolongan medis yang adekuat.

Pada awalnya skizofrenia disebut dengan “dementia precox” atau demensia dini, demensia sendiri merupakan suatu penyakit yang yang umumnya terjadi pada usia lanjut, karena penderita skizofrenia mengalami kemunduran fungsi kognisi seperti halnya demensia. Tidak hanya kognisi, pada penderita skizofrenia aspek emosi, persepsi dan tingkah laku pun ikut terganggu.

Secara statistik, skizofrenia dialami oleh 1 dari 100 populasi dunia, dan merupakan gangguan jiwa utama yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita pada angka kejadian gangguan ini, dan gejala dapat muncul pertama kali sebelum usia 25 tahun.

Sistem Dopamin dan Perubahan Struktur Otak

Genetik, infeksi saat kehamilan, ketidaksesuaian resus darah, dan tekanan sosial merupakan beberapa faktor risiko skizofrenia. Namun mekanisme penyakit dari beberapa faktor risiko tersebut hingga menjadi skizofrenia belum diketahui secara pasti.

Studi neurokimia yang mempelajari aktifitas kimia dalam otak mengungkap kelainan medis pada skizofrenia. Adalah dopamin, suatu neurotransmitter atau zat kima yang berfungsi sebagai komunikasi saraf di dalam otak, yang disudutkan pada penyakit skizofrenia. Dopamin sendiri memiliki suatu sistem yang terdiri dari jalur-jalur persyarafan untuk berkomunikasi antar area dalam otak (gambar 1).

Jalur yang berperan dalam skizofren adalah mesolimbik, yang menghubungkan badan sel dopamin di daerah batang otak ke suatu sistem yang berfungsi

Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi baik halusinasi dengar yang berkomentar secara terus menerus terhadap diri penderita, halusinasi visual berupa visualisasi sosok manusia atau sosok lain yang sebenarnya tidak ada, ataupun halusinasi penciuman. Penderita skizofrenia akan terlihat ketakutan, kesal, gaduh gelisah, agresif, dan terganggu aktivitas sehari-hari karena halusinasi ini. mengatur fungsi emosi dan motivasi manusia yaitu sistem limbik. Aktivitas dopamin yang berlebih pada jalur ini akan menyebabkan gejala-gejala positif

pada skizofrenia. Gejala positif merupakan gejala khusus pada skizofren, termasuk didalamnya halusinasi, waham (delusion), dan gangguan fikiran.

Penderita skizofrenia juga memiliki keyakinan terhadap dirinya yang tidak berdasarkan realitas atau disebut waham (delusion). Sebagai contoh, penderita skizofrenia dapat merasakan pikirannya dapat dibaca orang lain dan curiga berlebihan, merasa seseorang akan berbuat jahat kepadanya, merasa dikendalikan oleh kekuatan dari luar, bisa mengganggap dirinya sebagai agen rahasia, superhero, ataupun lainnya yan

g mengenai identitas keagamaan atau politik. Penderita skizofrenia dapat saja melukai diri sendiri atau bahkan bersifat agresif terhadap orang lain, seperti melukai ataupun membunuh atas dasar waham yang dianutnya.

Jalur dopamin lain yang bertanggung jawab terhadap gangguan skizofrenia adalah mesokortikal. Keadaan patologis berupa berkurangnya aktivitas dopamin pada jalur yang menuju area korteks (kulit) prefrontal otak mengakibatkan gejala negatif pada skizofrenia. Gejala negatif merefleksikan tidak adanya fungsi yang pada orang normal ada. Contoh dari gejala ini adalah gangguan bicara, raut muka yang datar, respon emosional menumpul, apatis, penarikan diri secara sosial, dan kurangnya inisiatif atau emosi.

Sulit untuk mendeskripsikan secara detail gejala-gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia karena bentuk, jalan, dan isi pikiran yang unik dan tidak realistik. Beberapa contoh kisah penderita skizofrenia telah diangkat ke layar lebar, seperti contohnya “Beautiful Mind”, “Shutter Island”, “The Soloist”, “The Black Swan”, dan lain sebagainya.

Selain studi neurokimia, secara anatomi terdapat beberapa perubahan struktur otak pada penderita skizofrenia. Secara umum struktur otak penderita skizofrenia mengalami penipisan atau pengurangan seperti yang digambarkan pada citra Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada gambar 2. Korteks otak penderita skizofrenia berkurang 2-5% setiap tahunnya. Berkurangnya area di thalamus dan lobus temporal otak (termasuk sistem limbik) bertanggungjawab terhadap gejala positif. Serta berkurangnya area korteks prefrontal otak akan memperparah gejala negatif dan fungsi kognisi.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Skizofrenia merupakan satu dari banyak ganguan mental. Gangguan ini sering dihubungkan dengan kondisi spiritual, metafisik serta dianggap tidak ada solusi medisnya. Pemaparan ini menjelaskan bahwa terdapat logika dan alasan medis pada skizofrenia, dan dapat diobati untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun