Detik menuju menit ketika hari pertemuan pertama kembali
Hari di mana ada bunga pengarapan tumbuh perlahan indah dalam bayang seorang putus asa
Apakah masih disebut perlahan ketika dia tumbuh mekar dalam kurun yang bukan seharusnya?
Entahlah dari mana hujan datang menyiramnya dan memandikannya di tengah terik
Awalnya selamat datang masih nyaring terekam dalam benak, sehari, dua hari
Hingga berminggu kemudian perlahan tersadar tidak dengan sendirinya, tetapi oleh nyata
Hatiku terus memaksa untuk mencoba menggapainya, sedikit saja katanya
Hatiku yang lain menampik dengan kerasnya, bagaimana kalau kamu ingin seutuhnya?
Jangan membaca akhirnya, jahitan akan kembali terbuka seperti dulu terbentuk atau lebih menyayat
Ketegasan hatiku atau sekedar mencari pengalihan dalam permainan ruang dan waktu, semua saling sikut membenarkan pikirku
Pertarungan emosi dan akal dalam arus pikiran seolah tanpa medan, hanya jaringan bermandikan bercak merah
Kau sudah tahu akhirnya, mengapa malah menerobosnya?
Aku haus untuk bercerita setelah luka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H