Sedih yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Terutama apabila kita akan berpisah dengan keluarga kita.
Hari ini, Kamis, 26 September 2013, adalah hari terakhir kami berada di Albany. Setelah ini, kami akan kembali ke Perth.
Pagi itu, aku diantar oleh Kim, Nat, Ryan, Samantha, dan Tyler. Aku diantar ke Albany Visitor Centre, tempat kami pertama kali tiba di Albany dua minggu yang lalu. Kami bersama keluarga host masing-masing berfoto bersama sebelum akhirnya berpisah. Namun, Miss Kate, guru pendamping kami, tetap mengikuti rangkaian kegiatan di Perth sampai kami pulang ke Indonesia. Kemudian, aku mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga host-ku. Kim dan Nat pun beranjak pergi untuk mengantarkan Ryan, Samantha, dan Tyler ke sekolah.
Perjalanan kembali ke Perth pun dimulai. Menggunakan bus yang relatif sama dengan yang kali pertama kami gunakan, kami pun pergi ke ibukota Western Australia tersebut.
Enam jam kemudian, sampailah kami di sebuah stasiun kereta api di wilayah suburban (pinggiran) kota Perth. Kami melanjutkan perjalanan dengan kereta api menuju stasiun kereta api di pusat kota Perth, kira-kira berjarak tiga stasiun.
Akhirnya, kami sampai di stasiun pusat Perth. Dari sana, kami berjalan kaki menuju hostel tempat kami bermalam di Perth, yaitu The Old Swan Barracks. Dari informasi yang aku dapatkan di internet, hostel ini adalah satu hostel terbaik di Western Australia.
Setelah kami menaruh barang bawaan di hostel, kami bermain scavenger hunt lagi! Namun, kali ini ruang lingkupnya lebih luas, meliputi kawasan Perth CBD tempat kami pertama kali turun dari kereta api dengan tempat tujuan Perth tadi. Para siswa peserta sister school dibagi menjadi beberapa kelompok. Kegiatan berlangsung sampai sore hari dan kami pun kembali ke hotel untuk mengumpulkan foto yang harus dicari sepanjang permainan. Kelompokku berhasil mendapatkan cukup banyak foto yang diminta oleh Miss Kate.
Keesokan harinya, kami berjalan-jalan ke King’s Park! Kami diberikan berbagai buletin berisi informasi tentang King’s Park. Kami berangkat dengan menaiki bus yang bermotif harimau, sama dengan yang harus dicari pada scavenger hunt kemarin. Bus ini gratis dan melayani ke hampir seluruh penjuru Perth. Bus ini juga datang tepat waktu. Tidak perlu menunggu lama di halte untuk dapat naik ke bus berikutnya.
Tidak lama kemudian, kami sampai di King’s Park. Alhamdulillah, keinginanku sekarang tercapai. King’s Park adalah salah satu taman botani terbesar di dunia. Taman ini terletak di pinggir Swan River. Di sini banyak peninggalan sejarah. Beberapa patung dan peninggalan sejarah yang aku lihat adalah keran air minum model awal untuk memperingati satu abad suplai air bersih ke kota Perth.
Ada juga patung Ratu Victoria. Ratu Victoria adalah ratu terlama yang memerintah Inggris sebelum rekornya dikalahkan oleh Ratu Elizabeth II.
Salah satu monumen paling besar yang berada di King’s Park adalah monumen yang bertujuan untuk mengenang jasa-jasa para prajurit yang berperang dalam Perang Dunia I dan II. Ada sebuah obelisk dan api abadi yang dikelilingi oleh plakat untuk mengenang mereka yang telah berjasa dalam perang. Ada juga sebuah bangunan dari marmer yang berisi ribuan nama prajurit yang telah gugur dalam membela tanah air mereka. Melihat ini membuatku merinding dan aku merasa hormat kepada mereka yang telah mengerahkan apapun termasuk nyawa mereka untuk tanah air mereka tercinta. Ada satu kalimat yang banyak tertera di berbagai plakat di monumen ini, yaitu “Lest We Forget” yang berarti “Jangan Sampai Kita Lupa”.
Setelah selesai mengunjungi King’s Park, kami pergi ke Australia The Gift di kawasan Forrest Chase untuk membeli oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman yang ada di Indonesia. Setelah puas, kami pergi ke bandara untuk penerbangan ke Kuala Lumpur. Di sana pula kami berpisah dengan Miss Kate. Terima kasih atas bantuan yang telah Miss Kate berikan selama kami berada di Australia.
Selamat tinggal, Australia! Sebuah pengalaman yang tidak akan pernah kami lupakan.
Sebelum aku mengakhiri cerita hari ini, ada puisi untuk mengenang tentara ANZAC, yaitu tentara yang berasal dari Australia dan Selandia Baru. Puisi ini berkaiatan dengan Perth dan Albany. Puisi ini ditulis oleh Helen Bignell dan dimuat di website ABC Great Southern WA.
Poem: One hundred years
By Helen Bignell
One hundred years - what have we learned
Since troop ships first left King George Sound
To spill a generation's blood
And prove a fledgling nationhood
By Anzacs forged on foreign ground?
Our youthful, daring sacrifice
The Empire called - we paid the price
For peace. And freedom's lives a nation mourned
for those we left and those returned.
The hard fought Anzac legend born.
One hundred years - died we in vain?
Does Anzac spirit yet remain
where rules the rite of self and greed
no hand of help in time of need
and touched by hatred's evil stain?
We lie beneath the wind's caress
No gumtrees grace nor wattles dress
Our graves. And oh! how many country boys
Rest not below the Southern Cross
Of home.
One hundred years - we do not sleep
But restless ghostly vigil keep
among the crosses in their rows
Where myth and memory are met
We make those blood red poppies blow
Year by year - lest you forget.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H