Tidak terasa, hari ini, Jumat, 20 September 2013, adalah hari terakhir aku bersekolah di ASHS. Tetapi, setelah ini masih ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan bersama para siswa ASHS, khususnya para host dan siswa yang belajar bahasa Indonesia.
Di Australia, bahasa Indonesia sudah banyak dipelajari di banyak sekolah dan universitas. Bahasa Indonesia, bersama dengan bahasa-bahasa lainnya yang dituturkan oleh banyak orang di dunia dan potensial bagi kegiatan ekonomi serta perdagangan Australia, seperti bahasa Mandarin, Perancis, Jerman, dan lain-lain, disatukan dalam kelompok mata pelajaran yang bernama LOTE (Languages Other Than English).
Pelajaran pertama hari ini adalah Sains bersama Mr D Brothers di ruang 40. Beliau memutarkan sebuah film yang berisi tentang alam di sebuah televisi kecil. Suara naratornya tampak familiar di telinga. Bukankah ini suaranya Sir David Attenborough, ilmuwan di bidang biologi dan penyiar BBC? Entahlah, tidak ada seorang pun yang tahu.
Sir David Attenborough mengisi suara di berbagai program terkait alam sejak tahun 1950-an hingga sekarang. Bahkan, beliau adalah satu-satunya orang yang memenangkan penghargaan BAFTA (penghargaan film Inggris) lintas zaman, sejak televisi masih hitam dan putih, televisi berwarna, HD, dan tiga dimensi. Pelajaran berikutnya adalah Matematika di ruang 10. Gurunya bukan Mrs Poole seperti kemarin, melainkan Mrs Forte. Beliau cukup ramah, sehingga materi yang diajarkan mudah untuk dipahami.
Setelah itu, kami menuju ruang 13 dan ruang PAT untuk belajar Drama. Pelajaran tersebut diampu oleh Mr Elliott. Namun, tiba-tiba Miss Kate masuk untuk memberikan arahan. Kami disuruh berpindah ke ruang LOTE. Di ruang tersebut tertempel gambar dan kosa kata bahasa Indonesia untuk memudahkan para siswa belajar bahasa Indonesia. Kami juga didampingi oleh guru pembimbing kami, yaitu Miss Susar dan Miss Lucy. Kami diminta membuat naskah drama bersama para siswa yang belajar bahasa Indonesia yang akan dipentaskan pada saat camp nanti.
[caption caption="Ruang LOTE"][/caption]Sepulang sekolah, aku diajak jalan-jalan bersama host-ku. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Balai Kota Albany. Aku sempat selfie di sana, hehehe. Setelah itu, kami menuju Sports Power Albany di 288 York Street. Ryan tampaknya ingin membeli beberapa peralatan olahraga. Hal yang tidak biasa ditemukan di Indonesia adalah penjualan senjata api di toko tersebut. Iseng-iseng, aku membaca sebuah buku katalog senjata. Berbagai macam senjata api dijual di toko tersebut.
Di bagian suvenir, aku menemukan oleh-oleh yang tidak biasa: kantung yang terbuat dari (maaf) skrotum kanguru.
[caption caption="Oleh-oleh dari skrotum kanguru"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/19/20130920-162128-57165bf580afbda20b963380.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Oh ya, di sini aku juga membuktikan bahwa Indomie sudah tersebar di seluruh dunia. Ada stan khusus yang menjual Indomie di toko swalayan ini. Bahkan, di lemari penyimpanan makanan rumah host-ku pun ada Indomie. Aku bilang, “Indomie ini merek dari Indonesia, lo!” Mereka jawab, “Ya, rasanya memang enak sekali.” Di Australia aku tidak makan Indomie, kan di Indonesia sudah sering makan, hehehe.
[caption caption="Stand Indomie"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/19/20130920-165433-57165e0d7fafbd900aaa7afd.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Nat bertanya, “Kamu sudah pernah makan daging kanguru, belum?”
Hah? Tadi aku sudah melihat suvenir dari bagian alat vital kanguru, sekarang mereka mau makan daging kanguru? Bukankah kanguru adalah hewan yang dilindungi?
Nat membeli satu pak daging kanguru. Hmm, ya sudah, kita ikuti saja.
Lalu, Kim dan Nat mengajakku ke Liquorland, sebuah toko yang menjual minuman beralkohol, masih terletak di dalam Albany Plaza. Aku hanya melihat-lihat, sedangkan Kim dan Nat memilih anggur yang tepat sebagai teman untuk makan malam.
Uniknya, di toko swalayan ini, Coles yang terletak di Albany Plaza, 38-56 Albany Highway, kasir manusia sudah digantikan oleh mesin kasir. Jadi, kita tinggal memindai barcode layaknya kasir di toko swalayan biasa, kemudian membayar harga barang yang kita beli. Apabila kita mengalami kesulitan, selalu ada petugas yang siap membantu.
[caption caption="Mesin kasir"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/19/20130920-170341-57165e65957a61570b712e9d.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
[caption caption="Dog Rock"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/19/191-jpg-57165d44139373bc208d049d.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
[caption caption="Daging kanguru"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/19/20130920-200845-57165b9c957a61de0a712ebe.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Nat menjawab, ya, memang kanguru adalah hewan yang dilindungi, tetapi ada peternakan kanguru yang dikhususkan untuk kebutuhan konsumsi. Daging kanguru juga tinggi protein dan rendah lemak.
Pada kesempatan ini, aku memberikan oleh-oleh yang aku bawa dari Indonesia untuk keluarga host-ku. Aku membawakan gantungan kunci, kartu pos, stiker, dan buku tentang bahasa Indonesia. Aku juga mengajarkan mereka beberapa kosa kata bahasa Indonesia. Mereka sangat antusias saat aku mengajarkan bahasa Indonesia. Kami tertawa bersama apabila Kim dan Nat salah mengeja kata. Kim bilang, “It is difficult!” Ia kesulitan melafalkan huruf /c/, /j/, dan /ng/. Ini adalah salah satu quality time bersama keluarga host-ku yang paling mengesankan.
Kalau Anda berkunjung ke Australia, jangan lupa makan daging kanguru, ya!