Mohon tunggu...
Luqman Ammar
Luqman Ammar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

العلم قبل القول و العمل

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Santri PPM MBS Yogyakarta dalam Berbahasa Arab

17 November 2023   20:16 Diperbarui: 17 November 2023   20:39 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Problematika Santri PPM MBS Yogyakarta Dalam Berbahasa Arab"

 Erissa Adittya Pramaishella

2300028053@webmail.uad.ac.id

 2300028053

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Pertama kali pada tahun 1997, istilah "Disrupsi" dikenalkan oleh Clayton Christensen dalam bukunya yang berjudul "The Innovator's Dilemma". Dalam buku tersebut, terdapat istilah Disruptive Innovation, yaitu sebuah fenomena munculnya hal baru (inovasi) dan bersifat merubah pada nilai, tata kerja, fungsi, serta struktur. Hingga hari ini, istilah Disrupsi seringkali diangkat pada tema-tema utama dalam penyelenggaraan seminar dan diskursus bersama dikarenakan kemampuan masing-masing manusia perlu semakin ditingkatkan atas dasar penyebab pesatnya inovasi (pembaruan) dalam berbagai bidang. Misalnya, dalam isu Disrupsi Pendidikan dan Disrupsi Sosial, manusia modern dituntut untuk dapat semakin berdaya saing. Tidak hanya disadarkan bahwa ia adalah masyarakat lokal maupun nasional, namun juga masyarakat global.

Artinya, manusia pada zaman modern ini adalah individu dan kelompok yang dituntut semakin fleksibel dan luas wawasannya, sebagai modal untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan berjejaring secara luas tanpa sekat-sekat teritorial negara. Sebaliknya, manusia sebagai individu maupun kelompok yang tidak memiliki kesadaran untuk meningkatkan kualitas dan dayanya maka akan cepat tereduksi hingga habis kebermanfaatannya pada semesta.

Sebagai salah satu modal utama dalam menghadapi era disrupsi saat ini, manusia didesak perlu memiliki kecakapan dalam penuturan maupun pemahaman pada bahasa-bahasa asing. Hal tersebut diharapkan agar dapat menaikkan kualitas manusia tesebut menjadi manusia global. Sebagai bukti, salah satu survei yang diadakan oleh English First -- English Proficiency Index (EF EPI) menyampaikan bahwa Indonesia menjadi negara yang menempati urutan ke-28 dari 63 negara dalam hal indeks kemampuan berbahasa Inggris. Dari total responden sebanyak 750.000, sebanyak 52,74% penduduk Indonesia memiliki kemampuan bahasa Inggris dengan kategori rata-rata. Dari bukti survei tersebut, nampak bahwa semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya memperbaiki kualitas penguasaan bahasa asing.

Maka atas dasar tersebut Penulis bermaksud membuat sebuah artikel yang berkaitan dengan isu perbaikan kualitas penguasaan bahasa asing. Dalam kesempatan ini, Penulis mengangkat artikel yang berjudul "Problematika Santri PPM MBS Yogyakarta dalam Berbahasa Arab". Merujuk pada judul artikel yang Penulis buat, maka sudah nampak jelas batasan-batasan masalah dan pembahasan dalam artikel tersebut.

Hingga tahun 2023 ini, dilansir dari informasi resmi yang diberikan oleh tim Humas MBS tersampaikan bahwa total jumlah santri (siswa didik) di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta (PPM MBS Yogyakarta) berjumlah 2545 santri yang tersebar dari seluruh wilayah di Indonesia (dari Aceh hingga Papua). Sebagai lembaga pendidikan yang mengikhtiarkan terjadinya kematangan karakter dan baiknya kualitas santri sebagai pelajar, maka Santri di PPM MBS Yogyakarta diberikan kewajiban untuk menggunakan bahasa Arab secara fulltime selama berada di asrama. Kebijakan ini telah dirumuskan sejak awal berdirinya PPM MBS Yogyakarta pada tahun 2008.

Berjalannya waktu hingga hari ini di tahun kelima belas PPM MBS Yogyakarta berdiri, tentu muncul berbagai tantangan dalam mempraktikkan komunikasi santri dengan bahasa Arab. Sebagai informasi, Penulis adalah salah satu alumni dari Pondok tersebut (2013-2019) dan saat ini menjadi salah satu musyrifah (Pembina Santri Putri) sejak tahun 2023. Maka diharapkan artikel ini dibuat dengan se-objektif mungkin.

Selanjutnya, Penulis mencoba mengangkat beberapa permasalahan pada santri ketika menggunakan bahasa Arab ialah berdasarkan pengalaman pribadi dan akan ditambahkan sedikit dengan hasil wawancara pada salah satu santri.

Berdasarkan pengalaman Penulis, setidaknya ada 3 (tiga) masalah utama yang dihadapi oleh Santri ketika menggunakan bahasa Arab sebagai "Bahasa Resmi Pondok" sebagai berikut:

  • Kurangnya Forum-forum Kompetitif untuk Mendongkrak Minat Santri dalam Berbahasa Arab
  • Pada permasalahan ini masih jarang didapati adanya forum-forum seperti seminar ataupun diskusi ilmiah yang mengangkat pembahasan tentang pentingnya memiliki penguasaan bahasa Arab. Kami memandang seyogyanya Pondok Pesantren terus meningkatkan iktikad dalam penyediaan forum-forum kompetitif bagi Santri. Misalnya dapat diadakan lomba berbahasa Arab dengan jumlah cabang dan peserta yang cukup banyak sehingga dapat menumbuhkan jiwa-jiwa kompetitif pada Santri.

  • Dari pengalaman maupun pengamatan Penulis, Santri masih kurang "melek" bahwa kemampuan berbahasa Arab adalah gerbang awal menuju negara-negara Arab, literaturnya, dan peradabannya. Pandangan yang seperti inilah yang masih jarang disadari oleh Santri sehingga muncul masalah kedua.

  • Adanya Pandangan Bahwa, "Berbahasa Arab Tidaklah Menyenangkan"
  • Masalah kedua ialah turunnya ketertarikan secara umum pada Santri dari tahun ke tahun dalam berbahasa Arab. Muncul fenomena bahwa Santri Baru relatif semangat dalam berbahasa, namun ketika sudah semakin naik kelas hingga kelas akhir maka semangat tersebut hanyalah dimiliki oleh beberapa Santri saja. Biasanya, Santri yang masih memiliki semangat dalam berbahasa Arab ialah Santri yang memiliki rencana kuliah di universitas yang ada di kawasan Timur Tengah. Setelah merencanakan bahwa Santri tidak melanjutkan rencana kuliah di universitas yang ada di kawasan Timur Tengah, maka ketertarikannya pada berbahasa Arab relatif akan menurun.

  • Pada jangka pendek, mungkin Pondok dapat merumuskan kebijakan yang "memaksa" Santri setidaknya untuk menjaga kualitas berbahasa Arabnya. Pada jangka menengah hingga panjang, maka perumusan pembuatan lingkungan berbahasa perlu dijadikan program kerja strategis Pondok Pesantren agar secara kolektif dapat dilaksanakan.
  • Padatnya Aktivitas Santri yang Berdampak pada Sedikitnya Jam Belajar Berbahasa Arab
  • PPM MBS Yogyakarta sebagai salah satu pondok yang memiliki karakter kuat pada rencana pembibitan kader-kader persyarikatan tentu memiliki corak kuat pada proses kaderisasinya selama nyantri 6 (enam) tahun di Pondok. Atas dasar tersebut, diadakan berbagai ekstrakurikuler wajib seperti Hizbul Wathan, Tapak Suci, dan KOKAM (Komando Kesiapsiagaaan Angkatan Muda Muhammadiyah) untuk seluruh Santri, dan program pendidikan wajib menjadi Anggota PR IPM yang melatih para Santri kelas XI untuk mengelola jalannya kegiatan keseharian seluruh santri.

  • Bersamaan dengan seluruh aktifitas wajib Santri diluar kelas, kegiatan Santri dalam proses KBM di kelas juga ndak kalah banyak. Sebagai testimoni, Penulis mencoba mewawancarai salah satu Santri.

  • "Di MBS ini njalaninnya gampang-gampang berat sebenarnya. Gampangnya karena sudah terbiasa hidup bersama kawan-kawan asrama. Tapi beratnya karena aktifitasnya padet banget. Total kegiatan KBM aja dalam seminggu ada empat puluh delapan jam pelajaran. Hehehee," ucap Aisyah, salah satu Santri kelas VII.

  • Tentu kegiatan yang padat didapati Santri akan berdampak pada "lelahnya" Santri untuk memperbaiki kualitas berbahasa Arabnya. Sebagai solusi, jika dirasa perlu maka diadakan rapat kerja untuk penyusunan dan penyesuaian kegiatan Santri bisa menjadi upaya mengurangi kepadatan kegiatan Santri yang dapat dialihkan untuk fokus memperbaiki beberapa hal, salah satunya ialah kualitas berbahasa Arab para Santri.

  • Harapan secara umum ketika artikel ini dibuat ialah sebagai bahan evaluasi bersama dalam memberikan solusi-solusi efektif dalam peningkatan minat dan kualitas berbahasa Arab khususnya untuk para Santri di Pondok Pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun