Kemunculan gagasan Kuntowijoyo dengan Ilmu Sosial Profetik, yang terinspirasi diantaranya oleh Roger Garaudy dan Muhammad Iqbal, agaknya bisa menjadi salah satu usaha yang berkesinambungan untuk menyusun ilmu sosial Islam, sebagai hasil tadabbur Q.S. ali-Imron ayat 110 (amar ma'ruf, nahy munkar, tu'minuna billah), tapi juga sekaligus "proses" untuk melihat realitas empirik.
Ia selalu mewanti-wanti soal posisi Paradigma Islam di tengah ilmu-ilmu sekuler; jangan sampai hilang filter intelektualnya dan acuh terhadap "perangkat lokal".Â
Kuntowijoyo ingin menjadikan ini sebagai "senjata intelektual orang beriman" melawan materialisme, sekularisme, hedonisme, utilitarianisme, dan pragmatisme, meskipun hal ini bukan sebuah gerakan intelektual yang mudah.
"Aksi" inilah yang nampaknya beliau maksud dalam Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi. "Aksi" ini jugalah yang secara keras disuarakannya lewat karakter Ilmu Sosial Profetik, yaitu "keterlibatan umat dalam sejarah". Jadi, bukan hanya melulu menginterpretasi (gerakan sosial Islam) tanpa arah, dan mengkritik-nya keras tanpa solusi cerah. Apalagi digebyah-uyah.
Begitulah sekilas kita mengambil kebajikan agung dari tokoh yang wafat 22 Februari 2005 yang lalu. Semoga selalu menjadi inspirasi besar untuk generasi berikutnya yang haus ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H