Mohon tunggu...
Luqi Intalia
Luqi Intalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - (Twolisan)

|| menulislah, maka namamu akan abadi || Mahasiswi UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, Pendidikan Agama Islam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Frekuensi

11 Januari 2023   20:37 Diperbarui: 7 November 2023   21:14 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Tak menunggu waktu lama beliau datang dengan seorang yang wajahnya begitu teduh dan nampak penuh wibawa.

"Mungkin beliau guru PAI yang dimaksud"
Gumamku

"Ini mba, pak Faris" Beliau memperkenalkan pak Faris kepadaku

Kemudian pak Faris duduk disampingku dan kami memulai pembicaraan yang ternyata akan menjadi perbincangan panjang.

"Dari kampus mana mba"
"IAIN Surakarta pak"
"Wah sama, saya juga lulusan situ, saya lulusan tahun 2018"
"Wah saya masuk tahun 2019 pak"
"Tapi dulu saya kuliah 7 tahun mba"
Beliau menjelaskan dengan begitu panjangnya.

Entah berapa pertanyaan bahkan seberapa lama kami berbincang. Akupun tak begitu menghitung dan mengamati waktu.

Tapi beliau begitu sangat menghormati dan menghargai adanya keberadaanku. Meskipun aku lebih muda dari beliau. Perbincangan kami begitu nyambung dan bisa dikatakan satu frekuensi.

Ada satu kalimat yang begitu masih terngiang dalam perbincangan itu.
"Menjadi guru itu sebenarnya harus memperbaiki niat mba.  Jika orientasi kita pada urusan dunia atau gaji. Jika dihitung gaji guru pasti kurang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi jika orientasi kita ubah ke urusan ridho dan ikhlas. Kita ridho dan ikhlas menjadi guru. Kita niat ingin benar-benar mendidik. Pasti urusan dunia Allah mudahkan semuanya mba. Ibaratnya kalo kamu mengejar dunia pasti akan kewalahan. Tapi jika yang kamu kejar akhirat, dunia pasti akan ikut. Jadi perbaiki niat dari sekarang dan ubah orientasi kita, tujuan kita menjadi guru itu untuk apa"

MasyaAllah. Beliau luar biasa. Padahal beliau masih terbilang sangat muda. Tetapi beliau begitu bijaksana dewasa dan sangat menjaga wibawanya.

Setelah perbincangan itu, beliau mendampingiku membagikan angket di kelas 8B.

Setelah selesai kami membagikan angket. Kami berbincang lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun