Kerugian besar yang dialami petani ubi khususnya di sekitar daerah kampus IPB saat panen raya pada pertengahan tahun 2022 terbukti dengan harga jual yang sangat rendah, yaitu sekitar Rp300-Rp500 per kg. Jatuhnya harga ubi ini membuat petani tidak bisa mendapatkan keuntungan dan sebagian petani memutuskan untuk membiarkan hasil panennya membusuk di lahan atau tidak dijual karena biaya panen yang lebih besar. Wiramuda IPB bersama petani mitra mengadakan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh para petani ubi/mitra dampingan tersebut. Selain itu, pembekalan terkait peningkatan produktivitas ubi jalar disampaikan pula oleh salah satu dosen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Bibit segar didatangkan dari luar Bogor untuk memenuhi permintaan program Wiramuda IPB yang tersebar luas di Dramaga, Tenjolaya, Leuwiliang, hingga Jasinga. Dokumentasi di atas merupakan bibit yang didistribusikan ke Desa Tapos II, Kecamatan Tenjolaya. Sebelas karung bibit dapat ditanam di lahan seluas kurang lebih 3.000 meter persegi. Mahasiswa dan petani bersama-sama menanam bibit, memupuk, merawat, dan memanen tanaman ubi jalar madu hingga berumur 4 bulan.Â
Setelah cukup umur, ubi pun dapat dipanen, disortir, dan dipasarkan. Untuk lahan seluas 3.000 meter persegi di Desa Tapos II dapat menghasilkan lebih dari 2 ton ubi jalar madu. Selanjutnya, ubi tersebut disortir untuk pengkelasan nilai jual (grade). Pencarian pasar ubi jalar madu juga dilakukan oleh Wiramuda IPB demi melindungi petani dari harga jual yang rendah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H