Mohon tunggu...
Luna Soraya Amanusa
Luna Soraya Amanusa Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

I love watching movies and reading books

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Penggunaan ChatGPT terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Para Pelajar

4 Desember 2024   21:29 Diperbarui: 4 Desember 2024   22:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi saat ini berkembang dengan sangat pesat dan telah berhasil memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas-aktivitas vital di hidupnya melalui inovasi-inovasi sebagai bentuk teknologi itu sendiri. Era industri teknologi 5.0 yang terus berkembang saat ini menghasilkan banyak inovasi pada bidang teknologi komunikasi, sosial, ekonomi (Kholil, 2011:240). Terdapat banyak bentuk teknologi yang masing-masing memiliki fungsi di berbagai aspek yang berbeda, namun tetap berperan sebagai alat bantu bagi manusia. 

Salah satu bentuk teknologi yang mendapatkan perhatian paling tinggi belakangan ini adalah Artificial Intelligence atau AI yang di dalamnya termasuk ChatGPT. Artificial Intelligence adalah kecerdasan buatan yang merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer yang menghasilkan sebuah mesin cerdas dan mampu melakukan tugas-tugas layaknya dan idealnya yang dilakukan oleh manusia (Kusumadewi, 2003). Sedangkan ChatGPT adalah chatbot atau sebuah mesin cerdas yang dapat menyediakan jawaban dari berbagai pertanyaan secara otomatis atau dalam hitungan detik, ChatGPT pertama kali diperkenalkan pada tahun 2022 oleh Laboratorium riset kecerdasan bernama OpenAI di Amerika Serikat. Akibat kecepatan dan ketepatan dalam menyediakan jawaban bagi para penggunanya, perkembangan ChatGPT menjadi sangat pesat dan sangat digemari oleh seluruh kalangan masyarakat di berbagai belah dunia, mulai dari pelajar hingga pekerja, dengan jumlah pengguna mencapai 100 juta orang sebagai pencari riset ilmiah setiap harinya. 

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ChatGPT telah diakses oleh berbagai kalangan masyarakat, salah satunya pelajar. Akses informasi yang luas, cepat, detail, dan tingkat keakuratan yang tinggi menjadikan ChatGPT sebagai salah satu pilihan alat bagi pelajar dalam mencari jawaban terkait pertanyaan atau tugas yang diajukan oleh pengajar. Hal ini membuktikan bahwa di era digital saat ini, peran teknologi di dalam aspek kehidupan manusia sangatlah penting, termasuk aspek pendidikan. ChatGPT telah menghadirkan banyak manfaat bagi para pelajar dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Kehadiran ChatGPT dapat membantu pelajar dalam memproses ide dan kreativitas yang kemudian bisa dikembangkan sehingga berguna untuk pemecahan masalah, khususnya di dalam ruang lingkup belajar mengajar. Selain itu, ChatGPT dapat membantu pelajar dalam menyusun materi pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran, mengoreksi tulisan ilmiah, mengelola tugas, menemukan jawaban, serta menemukan referensi-referensi untuk pengerjaan karya ilmiah. 

Efesiensi penggunaan ChatGPT dalam kegiatan menulis berada dalam tingkat yang cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan performanya yang hanya membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam saja untuk menyelesaikan tulisan dengan bantuan informasi yang akurat dan sistematis (X. Zhai, 2022 & L. Bishop, 2023). Selain itu, seperti contoh yang sudah dinyatakan sebelumnya, ChatGPT dapat mengoreksi tulisan ilmiah, hal ini berarti ChatGPT dapat membantu pelajar dalam mendeteksi penggunaan kata atau imbuhan yang tidak tepat sehingga hasil tulisan dapat lebih baik dan sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku. Selain dalam ranah penyelesaian tugas, ChatGPT juga dapat berguna bagi pelajar sebagai alat bantu pembelajaran mandiri. Sebagai contoh, ChatGPT mampu menerjemahkan bahasa asing dan berperan sebagai penutur asli bahasa tertentu, terutama Bahasa Inggris. Hal ini memungkinkan para penggunanya untuk melakukan pembelajaran bahasa asing secara mandiri yang lebih efektif dan efesien.

Meskipun terdapat banyak manfaat dan keuntungan yang ditawarkan oleh ChatGPT, perlu kita ingat bahwa teknologi dibaratkan sebagai pisau bermata dua. Dengan kata lain, dampak yang diberikan oleh teknologi tidak hanya bersifat positif, namun juga bisa bersifat negatif apabila tidak digunakan secara bijaksana. Terdapat beberapa kasus terkait penyalahgunaan ChatGPT di dunia pendidikan, salah satunya adalah kasus kecurangan dalam menjalani tes masuk perguruan tinggi yang beberapa bulan lalu ramai diperbincangkan dan masih menjadi kekhawatiran banyak orang hingga hari ini. Kasus tersebut bermula ketika salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia membuka jalur penerimaan mahasiswa mandiri yang prosesnya dilakukan secara daring atau online. Pengawasan yang kurang maksimal dan kemerosotan nilai moral di dalam diri seseorang membuatnya melalukan kecurangan dalam mengikuti tes tersebut, bentuk kecurangan yang terjadi adalah penggunaan AI dan ChatGPT dalam mejawab soal-soal yang diberikan. Hal tersebut memicu banyak kerugian dan kemarahan pihak-pihak tertentu akibat ketidakadilan yang terjadi, banyak masyarakat terutama dari kalangan pelajar yang turut menyampaikan pendapatnya terkait hal ini di media sosial, salah satunya mengenai dampak buruk kehadiran ChatGPT. 

Tidak hanya itu, kasus kecurangan di dunia pendidikan yang melibatkan ChatGPT juga terjadi di dunia perkuliahan, di mana mahasiswa seringkali diminta untuk membuat karya ilmiah berbentuk tulisan. Banyak mahasiswa yang terbukti menggunakan ChatGPT secara keseluruhan dalam membuat karya ilmiah tersebut hingga mengarah ke plagiarisme yang menggambarkan bagaimana nilai kejujuran tidak lagi diterapkan. Dari contoh-contoh kasus yang telah disebutkan, dapat kita simpulkan bahwa teknologi atau ChatGPT yang diciptakan dengan tujuan mempermudah hidup manusia, bisa saja memberikan dampak buruk yang berujung merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Dengan berbagai sisi positif dan negatif yang ada, muncul beberapa pertanyaan tentang pengaruh ChatGPT di dunia pendidikan, termasuk pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis para pelajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa segala kemudahan yang diberikan oleh ChatGPT telah membuat pelajar cenderung malas untuk berpikir dan menyelesaikan tugas secara mandiri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dan Karmina (2023), pelajar lebih tekun dalam mengerjakan tugas sebelum ada kehadiran ChatGPT, namun setelah ada penggunaan ChatGPT, pelajar lebih malas dalam mengerjakan tugas dan cenderung bergantung pada hasil kerja ChatGPT. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kehadiran ChatGPT telah memengaruhi performa kerja seseorang dan kemampuan seseorang dalam berpikir, terutama ketika seseorang telah bergantung pada ChatGPT tersebut. Hal tersebut dikarenakan kemampuan ChatGPT dalam memberikan jawaban secara instan yang menjadikan para pelajar enggan untuk mencari informasi dan pengetahuan dari sumber lainnya seperti buku. Dengan kata lain, ChatGPT telah menjadi salah satu faktor signifikan yang memengaruhi penurunan minat baca dan tingkat literasi di kalangan pelajar. 

Tingkat literasi sendiri memiliki korelasi yang tinggi terhadap kemampuan berpikir kritis. Menurut (Mertes, 1991) berpikir kritis adalah sebuah proses yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk menginterpretasi dan mengevaluasi informasi serta pengalaman dengan sikap yang reflektif dan berdasarkan akal pikiran. Seorang pelajar dengan tingkat literasi yang tinggi cenderung memiliki ilmu dan wawasan yang lebih luas akibat informasi dan pengetahuan yang didapatkan dari apa yang mereka baca. Wawasan yang luas akan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir, semakin luas pengetahuan dan wawasan yang dimiliki, maka akan semakin luas pula kemampuan berpikir kritisnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan ChatGPT yang berlebihan hingga mengarah pada ketergantungan dapat menurunkan kemampuan seorang pelajar dalam berpikir kritis dan menurunkan kemampuan seorang pelajar dalam menyelesaikan masalah.  

Terlepas dari dampak buruk dan pengaruh signifikan yang diberikan oleh ChatGPT terhadap kemampuan berpikir kritis para pelajar, penggunaan ChatGPT tidak bisa dihentikan begitu saja mengingat masih banyak segudang manfaatnya yang perlu dipertimbangkan. Seorang pelajar tetap bisa merasakan dampak positif dari ChatGPT dan terhindar dari dampak negatifnya selagi penggunaannya dilakukan secara bijaksana, secukupnya, dan sesuai dengan nilai moral yang dijunjung. Perlu adanya persiapan yang matang oleh pelajar dalam menerima teknologi baru agar teknologi tersebut dapat berkontribusi secara maksimal di ruang lingkup pendidikan. 

Kemampuan untuk berpikir kritis mampu didapatkan beriringan dengan penggunaan ChatGPT dengan cara menjadikannya sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan wawasan baru, bukan sebagai alat bantu instan untuk menyelesaikan tugas semata. Kesadaran untuk berpikir kritis juga dapat ditingkatkan dengan literasi teknologi dan minat baca tinggi. Dengan kata lain, penggunaan ChatGPT pada dasarnya bisa upayakan untuk tidak menghambat kemampuan dalam berpikir kritis dikarenakan masih banyak faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya kemampuan berpikir kritis, serta masih banyak langkah yang dapat diambil dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun