Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bijak Berbelanja untuk Mengurangi Sampah Plastik

19 Januari 2024   08:52 Diperbarui: 20 Januari 2024   00:03 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
biasakan untuk bawa minum sendiri-sumber gambar: Julia Sakelli from pexels

Plastik telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Dari bahan plastik yang ada, kita mengenal plastik yang dapat dibentuk menjadi peralatan tertentu sehingga lebih tahan lama seperti gayung, ember, talenan plastik, wadah makan dan minum, pipa dan sebagainya. 

Namun, ada juga plastik sekali pakai seperti kemasan makanan ringan pabrikan atau barang-barang kebutuhan rumah tangga, yang begitu habis isinya biasanya langsung dibuang. 

Plastik sekali pakai inilah yang menjadi masalah bagi lingkungan karena sifatnya yang tidak mudah terurai. Ditambah lagi dengan gaya hidup manusia modern yang lebih mengedepankan kepraktisan, secara tidak langsung turut berkontribusi terhadap peningkatan sampah plastik.

Misalnya saja kegemaran masyarakat akan belanja daring, ternyata berpengaruh terhadap peningkatan produksi sampah plastik dan emisi karbon dari proses pengantaran barang. 

Sebuah survei dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 20 April sampai 5 Mei 2020 lalu di kawasan Jabodetabek mencatat adanya peningkatan tumpukan sampah plastik akibat peningkatan aktivitas belanja daring dan layanan pesan antar yang terjadi selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat pandemi Covid-19. Tumpukan sampah plastik tersebut disumbang oleh penggunaan bungkus plastik, selotip dan bubble wrap untuk pengemasan paket.

Masalah sampah plastik juga diungkapkan melalui pernyataan Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar, di mana timbunan sampah plastik di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak tahun 1995. Pada tahun 2022, dari total 69 juta ton sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia, sebanyak 18,2% atau 12,5 juta ton berupa sampah plastik.

Pernyataan Novrizal tersebut senada dengan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK yang menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2022, masyarakat Indonesia menghasilkan 35,93 juta ton timbulan sampah atau naik 22,04% year-on-year dari tahun 2021. Jenis sampah yang paling banyak berkontribusi menciptakan timbulan sampah nasional 2022 tersebut adalah sampah sisa makanan dengan persentase sebesar 40,5%. Disusul oleh sampah plastik dengan persentase sebesar 17,9% di posisi kedua.

Sebagai respon dan antisipasi dari potensi dampak yang lebih serius, kebijakan pun dibuat untuk mengurangi sampah plastik. Misalnya, melalui Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkugan yang mensyaratkan kantong belanja ramah lingkungan sebagai kantong belanja guna ulang yang bisa terbuat dari bahan apapun, baik daun kering, kertas, kain, polyester dan turunannya maupun materi daur ulang. 

Adapun untuk kemasan plastik sekali pakai boleh digunakan untuk membungkus dan menjaga sanitasi bahan pangan sampai ada pengganti yang ramah lingkungan. Peraturan Gubernur tersebut juga menganjurkan konsumen untuk membawa wadah sendiri ketika berbelanja bahan pangan basah.

Minimarket dan pusat perbelanjaan modern di berbagai kota berinisiatif menjalankan kebijakan, baik dengan tidak lagi menyediakan kantong kresek (menggantinya dengan tote bag) maupun menerapkan kantong kresek berbayar. Kini tak sedikit penjaga kasir di toko-toko yang menanyakan "mau dikantong plastik?" atau "bawa kantong belanja sendiri?" kepada konsumen yang berbelanja.

Beberapa toko ritel malah mengeluarkan kantong kresek biodegradable atau bioplastik yang diklaim lebih mudah hancur ketimbang kantong kresek biasa. Namun, apakah benar plastik ini lebih ramah lingkungan?

Dilansir dari laman Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), klaim tersebut tidak benar karena plastik jenis ini masih belum bisa menjadi solusi pengurangan sampah plastik sehingga tetap mencemari lingkungan. Hal itu didasarkan dari berbagai penelitian seperti penelitian Imogen Napper dan Richard Thompson di University of Plymouth, Inggris, yang mencatat bahwa bioplastik tidak terurai setelah tiga tahun dibiarkan di alam. 

Penelitian dilakukan dengan meletakkan empat jenis plastik (compostable, biodegradable, oxo-degradable dan plastik polyethylene konvensional) pada tiga kondisi, yaitu dikubur di tanah, dibiarkan di udara terbuka dan ditenggelamkan di laut. Hasilnya adalah seluruh plastik masih dalam kondisi utuh, bahkan dalam jangka waktu tiga tahun setelah penelitian pertama kali dilakukan.

Penelitian lain ditunjukkan oleh Kopernik dalam "Alternative Packaging Solutions: Experiment Result" bahwa plastik, baik yang berlabel compastable, oxo-biodegradable maupun biodegradable, tidak terdegradasi ke tingkat yang signifikan dalam periode eksperimen selama 6 bulan di lingkungan pengujian manapun. 

Plastik yang dalam laporan tersebut diklaim akan hancur menjadi potongan-potongan kecil atau mikroplastik, ternyata tetap berada di alam dalam bentuknya yang sangat kecil sehingga sulit dilihat oleh mata telanjang.

Ukurannya yang sangat kecil membuat mikroplastik mudah masuk ke tubuh manusia, salah satunya melalui makanan, misalnya mengkonsumsi ikan dari perairan yang tercemar limbah plastik. 

Hal tersebut juga didukung dengan penelitian Eka Chlara Budiarti dari Ecological Observation and Wetlands Conservation yang menunjukkan bahwa mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui beberapa cara antara lain pernapasan, pencernaan dan paparan terhadap benda plastik yang sudah mengalami pelapukan. Karena tidak dapat dicerna dan diserap tubuh, akumulasi endapan mikroplastik dalam tubuh dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti tumor bahkan kanker.

Mengatasi masalah sampah plastik memang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak. Sebagai konsumen dan masyarakat, kita tetap dapat berkontribusi menjaga lingkungan dari limbah domestik, khususnya dengan mengurangi sampah plastik melalui beberapa cara berikut ini.

1. Membawa kantong belanja sendiri 

tote bag sebagai pengganti plastik kresek untuk belanja-sumber gambar: Artem Prodez from pexels
tote bag sebagai pengganti plastik kresek untuk belanja-sumber gambar: Artem Prodez from pexels
Tas kresek memang praktis untuk membawa barang belanjaan dan sudah tersedia di tempat kita berbelanja. Namun, penggunaannya dapat berkontribusi pada peningkatan sampah plastik di lingkungan. Belum lagi kalau kita berbelanja banyak barang dan menggunakan beberapa kresek untuk membungkusnya. Membawa kantong belanja sendiri menjadi cara paling sederhana dan mudah untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai.

2. Membawa tempat minum sendiri 

biasakan untuk bawa minum sendiri-sumber gambar: Julia Sakelli from pexels
biasakan untuk bawa minum sendiri-sumber gambar: Julia Sakelli from pexels
Ketika kita haus dan membutuhkan air minum, kita bisa membeli air mineral botol di toko atau minimarket. Ketimbang menambah kontribusi sampah plastik kemasan air mineral, alangkah lebih baik jika kita mulai membiasakan diri membawa minum sendiri. Selain baik bagi lingkungan, membawa minum sendiri bisa menghemat pengeluaran. 

Beberapa coffee shop saat ini juga ada yang membolehkan bahkan memberi diskon bagi pembeli yang menggunakan tumblr sendiri. Jadi, buat anda yang suka jajan kopi kekinian, anda bisa pakai cara ini untuk pembelian secara take away.

3. Mengurangi penggunaan alat makan dan sedotan plastik dari layanan pesan antar makanan

mengurangi penggunaan alat makan plastik-sumber: Min An from pexels
mengurangi penggunaan alat makan plastik-sumber: Min An from pexels
Kemajuan teknologi membuat hampir segala keperluan dan transaksi dapat dilakukan melalui smartphone. Perut lapar tapi malas keluar rumah? 

Tinggal ambil smartphone, buka aplikasi dan manfaatkan layanan pesan antar makanan. Selain makanan atau minuman yang kita pesan, tak jarang penjual juga memberikan alat makan atau sedotan plastik di dalamnya. Jika kita berada di rumah, kita bisa pakai alat makan milik sendiri sehingga jangan lupa beri catatan "tanpa alat makan/sedotan plastik" ketika memesan makanan atau minuman secara daring.

4. Memilih cara pengemasan yang lebih ramah lingkungan ketika berbelanja daring

Bungkus plastik, termasuk bubble wrap memang kerap digunakan oleh online store untuk membungkus paket barang. Sayangnya, kadang barang dibungkus dengan plastik tebal atau berlapis sehingga menghasilkan banyak sampah. 

Jika memungkinkan, pilih toko yang menyediakan beragam opsi pengemasan atau tanyakan kepada penjual apakah mereka memiliki cara pengemasan lain selain dengan plastik, seperti dengan kardus, kertas, kain dan sebagainya. Apabila barang yang dibeli lebih dari satu, minta penjual untuk menggunakan kemasan yang lebih besar agar barang belanjaan bisa dimasukkan sekaligus dalam satu wadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun