Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dari Gak Pede Sampai Dikenal Suka Menulis Isu Perempuan dan Gender

25 Oktober 2023   11:27 Diperbarui: 25 Oktober 2023   11:30 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: start up stock photos from pexels

Pertama kali tahu ada blog keroyokan bernama Kompasiana dari adik tingkat di kampus. Dia yang juga satu organisasi dengan saya pernah mengirimkan utas tulisannya di Kompasiana ke grup organisasi. Dari situlah saya mulai kepo tulisan-tulisan lainnya. Ternyata banyak artikel menarik dengan beragam topik tersedia di sini.

Meski sudah cukup lama mengenal dan menjadi silent reader Kompasiana (dari 2015 kalau tidak salah), saya baru berani bergabung pada 6 Juli 2019. Kok lama banget 2019 baru gabung? Ya, itu karena saya sempat gak pede dengan tulisan sendiri. Waktu itu saya berpikir kalau mau menulis di Kompasiana harus sudah level penulis pro. Sepertinya saya overthinking, belum apa-apa sudah takut duluan dengan respon yang akan didapat.

Sekadar latihan, saya coba saja membuat blog pribadi. Saya usahakan untuk menulis secara rutin (meski tidak setiap hari) apa saja yang terlintas di pikiran. Setelah merasa lebih pede dan yakin, saya pun membuat akun Kompasiana. Tulisan pertama saya tayangkan sehari setelah saya membuat akun. Alhamdulillah, tulisan pertama itu dilabel pilihan dan mendapat respon yang baik.

Meski di awal-awal dulu tulisan saya cukup sering tidak mendapat label, saya tetap merasakan kepuasan tersendiri ketika ada Kompasianer lain yang mau membaca, memberi rating dan komentar. Interaksi dengan sesama Kompasianer juga terasa cair dan menyenangkan, meskipun banyak dari mereka yang lebih senior dan berpengalaman.

Kini, sudah empat tahun saya menghuni rumah bersama Kompasiana. Seiring berjalannya waktu, citra sebagai penulis opini yang sering mengangkat isu perempuan dan gender mulai melekat pada diri saya. Sampai-sampai ketika saya dinominasikan di kategori Best in Opinion 2022 lalu, keterangan yang tertera juga menyebutkan kesetaraan gender sebagai isu yang kerap saya angkat dalam tulisan. 

screenshot K-Awards 2022 (profil Luna Septalisa)-sumber gambar: kompasianival.kompasiana.com/award 2022
screenshot K-Awards 2022 (profil Luna Septalisa)-sumber gambar: kompasianival.kompasiana.com/award 2022

Ketertarikan pada isu ini berawal dari seringnya menonton konten YouTube Gitasav tentang feminisme (I know she's kinda controversial for some reasons, but, yeah...). Bahkan tulisan pertama saya yang berhubungan dengan feminisme terinspirasi dari salah satu konten YouTube nya, yaitu tentang colorisme (pemikiran atau sikap yang menganggap bahwa warna kulit tertentu lebih baik dari warna kulit lainnya). Sampai saat ini, tulisan tersebut memiliki jumlah views lebih dari 6.000 dan nangkring di halaman pertama mesin pencari.

Setahun setelah tulisan tersebut menjadi jejak digital di Kompasiana, seorang mahasiswi menghubungi saya via email dan meminta saya menjadi responden penelitiannya. Dia bilang, dia kepikiran meminta saya jadi responden setelah membaca artikel tersebut.

Selain konten Beropini Gitasav, saya juga suka mengikuti kolom Mencatat Pengalaman Perempuan dan esai-esai Kalis Mardiasih yang tayang di Mojok.co. Bisa dibilang, mereka berdua yang mula-mula membuka pemikiran saya bahwa banyak perempuan yang masih 'terjajah'. Bahkan, bisa jadi kita atau perempuan-perempuan terdekat kita termasuk dari yang 'terjajah', tapi kita tidak menyadarinya.

Sering sekali saya dengar nasihat untuk menulis sesuatu yang dekat dengan kita. Karena saya perempuan, tentu ada banyak keresahan yang saya tangkap di balik identitas keperempuanan ini. Masalah ketubuhan dan biologis perempuan, standar kecantikan sampai kekerasan seksual yang banyak menyerang perempuan. Kadang ketika menulis topik lain pun saya menyelipkan sudut pandang feminisme, seperti artikel tentang ageisme di dunia kerja dan konflik Wadas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun