Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

4 Dosa Finansial Selama Ramadhan yang Membuat Pengeluaran Semakin Boros

16 April 2023   06:17 Diperbarui: 16 April 2023   06:22 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pengeluaran semakin boros-photo by Karolina Grabowska from pexels 

Halo, K-ners!

Bagaimana puasa hari ini? Bagaimana kabar THR (bukan samber THR Kompasiana, lho ya)? Aman kan? 

Pernah tidak K-ners menghitung (secara kasar) dan membandingkan pengeluaran selama Ramadhan dengan di sebelas bulan lainnya? Mana pengeluaran yang lebih besar? 

Mungkin di sini ada yang bertanya-tanya mengapa pengeluaran di bulan Ramadhan malah membengkak? Padahal selama bulan Ramadhan konsumsi makan dan minum berkurang sehingga ekspektasinya pasti pengeluaran lebih hemat. 

Jika K-ners merasakan hal demikian, K-ners tidak sendiri. Pengeluaran membengkak selama Ramadhan memang dialami oleh mayoritas masyarakat Indonesia. 

Hal ini turut didukung oleh hasil survei Populix yang dikutip dalam Katadata (01/04/2022), menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen Indonesia melonjak hingga 50% saat Ramadhan. 

Survei yang dilakukan terhadap 1.492 responden berusia 18-55 tahun dari 1-9 Maret 20222 tersebut menunjukkan mayoritas responden (sebanyak 43%) memiliki pengeluaran sekitar 25-50% lebih tinggi saat Ramadhan dibandingkan pengeluaran di bulan biasanya. Bahkan ada pula 27% responden yang pengeluarannya saat Ramadhan mencapai lebih dari 50% dibandingkan pengeluaran di bulan biasanya. 

Adapun sebanyak 19% responden yang menyatakan kalau pengeluarannya saat Ramadhan dengan bulan-bulan lain tidak ada perbedaan. Sementara itu, hanya 11% responden saja yang menyatakan pengeluarannya justru berkurang 25% saat Ramadhan. 

Proporsi rincian pengeluaran selama bulan Ramadhan juga dapat diketahui dari hasil survei Goodstats yang menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar masyarakat Indonesia adalah buka bersama (bukber) sebesar 55,3%. 

Di urutan kedua adalah pengeluaran untuk infaq/sedekah dan belanja pakaian serta sepatu yang masing-masing sebesar 14,9%. 

Berikutnya, disusul oleh pengeluaran untuk sahur on the road (SOTR) sebesar 8,3%. Sisanya, digunakan untuk memberikan hadiah lebaran (3,3%) dan kebutuhan lainnya (3%). () 

Memang benar, ada beberapa faktor penyebab membengkaknya pengeluaran selama Ramadhan yang tidak dapat kita kendalikan seperti harga-harga barang yang naik setiap Ramadhan dan Idul Fitri seperti gula pasir, telur, daging ayam, daging sapi, minyak goreng, tepung terigu, cabai dan sebagainya; kenaikan harga tiket transportasi umum untuk mudik lebaran; kenaikan harga BBM (akan berpengaruh juga pada pengeluaran pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi) dan lain-lain. 

Untuk hal-hal yang di luar kendali seperti di atas, kita tentu tidak bisa berbuat banyak. Nah, bagaimana dengan hal-hal yang sebenarnya dapat kita kendalikan tapi malah jadi kebablasan dan akhirnya bikin boncos pengeluaran? Dosa finansial apa saja yang kerap kita lakukan di bulan Ramadhan? 

1. Tidak memiliki perencanaan keuangan yang jelas

Bagi pekerja, Ramadhan menjadi bulan yang ditunggu karena adanya pembagian THR. Selain itu, mereka juga masih tetap mendapat gaji. Dengan gaji dan THR yang diperoleh inilah mereka dapat menggunakannya untuk berbagai keperluan seperti membayar zakat, mudik, memberi hadiah lebaran atau oleh-oleh untuk orangtua/saudara/keponakan di kampung halaman, membeli baju lebaran dan sebagainya.

Mereka yang cermat, biasanya akan memisahkan antara penggunaan uang gaji dan THR sehingga lebih mudah untuk memantau dan mengevaluasi pengeluaran yang dilakukan. Ditambah dengan memiliki rencana keuangan yang jelas, mereka juga terbantu dalam membuat keputusan seperti apakah perlu mencari pendapatan tambahan selama Ramadhan? jika iya, usaha apa yang akan dilakukan? modal apa saja yang diperlukan? berapa persen alokasi uang THR untuk beli baju dan sepatu baru? dan sebagainya.

Tanpa perencanaan keuangan yang jelas, bisa dipastikan akan ada pengeluaran yang over spending dan under spending. Masih untung kalau yang under spending adalah belanja-belanja yang tidak terlalu penting. Bagaimana kalau pengeluaran yang lebih penting malah terabaikan karena terlalu konsumtif di bulan Ramadhan? Padahal Ramadhan seharusnya bisa jadi momentum yang baik untuk introspeksi gaya hidup dan kebiasaan belanja kita. 

2. Terlalu sering ikut buka bersama 

ilustrasi bukber-photo by fauxels from pexels
ilustrasi bukber-photo by fauxels from pexels
Ramadhan adalah saat yang baik untuk menyambung kembali tali silaturahmi. Salah satu caranya adalah melalui kegiatan buka bersama (bukber). Ada bukber dengan teman-teman SMA, kuliah, kerja, bukber dengan keluarga besar, bukber dengan teman seperghibahan dan masih banyak lagi.

Misal, pengeluaran untuk sekali bukber rata-rata Rp 50.000-Rp 100.000 di rumah makan atau kafe. Sekali dua kali ikut pasti tidak terasa. Coba kalau semua undangan bukber diladeni.

Menerima ajakan bukber tidak dilarang. Namun, kalau mau hemat, cukup prioritaskan saja beberapa agenda bukber, misalnya bukber dengan keluarga besar atau rekan kerja kantor yang sekarang. 

3. Berlebihan dalam belanja makanan saat berbuka

Buka puasa belum lengkap rasanya kalau tidak ditemani dengan aneka takjil dan hidangan khas Ramadhan. Apalagi banyak jajanan menggugah selera yang dijajakan di sore hari menjelang waktu berbuka. Kondisi menahan lapar dan dahaga seharian memang bisa membuat kita kalap ingin membeli dan menyantap apapun yang tersaji di depan mata.

Hal ini bukan hanya bikin pengeluaran bengkak, melainkan juga rentan buang-buang makanan. Kalap waktu membeli, tapi tidak mampu menghabiskan semua. Masih mending kalau beli banyak makanan untuk sekalian dibagi-bagi ke orang lain. Bagaimana kalau makanan yang tidak habis itu hanya berakhir di tong sampah? Sudah boros, mubadzir, merusak lingkungan pula karena berkontribusi meningkatkan volume sampah makanan. 

4. Mudah tergoda diskon dan promo 

ilustrasi promo dan diskon belanja online-sumber gambar: kompas.com
ilustrasi promo dan diskon belanja online-sumber gambar: kompas.com

Toko-toko, baik online maupun offline biasanya gencar memberikan diskon dan berbagai promo menarik selama Ramadhan hingga Idul Fitri. Ditambah dengan habis terima THR, maka makin mudah kalap dalam berbelanja.

Barang yang dibeli pun belum tentu dibutuhkan. Ada yang membeli karena merasa barangnya lucu dan akhirnya cuma dipakai sekali. Setelahnya hanya ditumpuk di lemari. Ada juga yang beli ini itu karena ingin pamer, entah ke tetangga, sanak saudara di kampung atau di media sosial. 

Jika ingin terhindar dari dosa finansial di atas, susunlah prioritas pengeluaran. 

Ketimbang THR cuma dihabiskan untuk memenuhi nafsu konsumtif dan impulsif, penggunaannya bisa diprioritaskan untuk zakat, infaq dan sedekah (ZIS); menambah tabungan atau investasi; membayar cicilan utang; memberi hadiah (semampunya) kepada orangtua/saudara/keponakan; biaya perjalanan dan kebutuhan untuk mudik dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun