Nah, sebenarnya, tes-tes kepribadian yang banyak beredar di internet itu ilmiah gak sih? Kok hasilnya bisa relate banget sama banyak orang? Kenapa orang-orang suka mencobanya?
Tes-tes yang kerap menamakan dirinya sebagai tes psikologi atau tes kepribadian dengan klaim-klaim akurat dan telah banyak dimanfaatkan untuk pengembangan diri, nyatanya masih sering dipertanyakan status keilmiahannya.
Ambilah contoh Tes MBTI sebagai tes kepribadian terpopuler di jagat maya saat ini. Beberapa pihak menilai bahwa MBTI adalah pseudoscience sehingga tidak disarankan untuk dipakai dalam pengembangan diri maupun rekrutmen calon karyawan. Namun, tidak sedikit juga yang menyangkal dan membantah tudingan tersebut.
Begitu pula dengan tes usia mental yang sedang viral. Psikolog Muflihah Fahmi, sebagaimana dikutip dari Mojok, membenarkan adanya istilah usia mental dalam disiplin ilmu psikologi.Â
Namun, pengukurannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Pengukuran usia mental dapat dilakukan dengan alat ukur bernama Weschler Intelligence Scale for Children (WISC) bagi anak-anak dan Weschler Adult Intelligence Scale (WAIS) bagi orang dewasa.
Ada metode, cara, tahapan, dasar teori, indikator dan item yang perlu dites dan diuji coba untuk dapat digunakan dalam pengukuran psikologi. Oleh karena itu, Muflihah menyatakan bahwa tes usia mental yang beredar di medsos sebaiknya digunakan sebagai hiburan saja.
Alasan Tes Kepribadian Banyak Disukai
Selain demi hiburan, tes-tes kepribadian yang beredar di internet umumnya disukai oleh mereka yang merasa kurang mengenal dirinya.
Melakukan tes kepribadian, minat, dan bakat serta konseling pengembangan diri ke psikolog itu mahal dan tidak semua orang punya modal untuk mengaksesnya. Berbeda dengan tes-tes kepribadian yang beredar di dunia maya yang gratis dan praktis.
Tidak menutup kemungkinan juga kalau orang-orang yang mengenal dirinya dengan baik tapi masih suka coba-coba mengisi tes kepribadian.
Bedanya, mereka yang kurang mengenal dirinya cenderung lebih gampang percaya dengan hasil tes atau stereotipe tentang kepribadian tertentu. Sementara yang mengenal dirinya dengan baik cenderung lebih cuek.
Mereka memandangnya dengan lebih santai tapi logis. Alih-alih menganggapnya sebagai sesuatu yang mutlak, mereka menjadikannya sebagai hiburan atau motivasi untuk terus mengenal dan memperbaiki diri. Sebab mereka tahu kalau mengenal dan memperbaiki diri adalah proses yang harus terus dijalani selama hidup.