Januari
Januari mengucapkan selamat datang saat aku membuka mata
pada suatu pagi yang habis dimandikan oleh hujan semalam
"Selamat tahun baru. Semoga kau tak lagi membawa masa lalu."
Februari, Maret, April
Rasanya baru kemarin aku membuat resolusi
satu, untuk lebih tabah dari hujan bulan Juni;
dua, untuk lebih ikhlas melepas yang fana;
tiga, untuk tetap menulis ingatan agar tak hilang ditelan zaman
"Sepertinya kau melupakan sesuatu. Dia yang seharusnya sudah jauh, mengapa masih hidup dalam kepalamu?"
Mei, Juni, Juli
Debu kemarau mengubur jejak dan seluruh percakapan kita
setelah melalui perseteruan yang berlarat-larat dengan hujan yang ngotot ingin menyuburkan kenangan
Ingin kusiapkan perkabungan, batu nisan, lagu kematian dan sekuntum bunga
untuk percakapan kita yang mati
dan sosokmu yang kini menjadi anonim
Agustus
Aku tidak harus larut dalam euforia
Tidak semestinya kalah oleh resah
Aku hanya perlu melesapkannya dalam kata-kata
September
Musim peralihan, pada suatu hari tanpa perayaan
Bolehkah aku menangis untuk kelahiran kembali dan panggilan ilahi yang belum sempat kupenuhi sedangkan jarak antara hidup dan mati sedekat nadi?
Oktober, November
Sudah sejauh ini aku menandai tanggal dengan kesedihan dan kebahagiaan
Sedikit pencapaian kecil-kecilan dan kekalahan yang kupikir tidak buruk juga
Desember
Seremoni ingatan tentang dua ribu dua puluh dua
Desember yang akan berkemas
membungkus sepi, luka, bahagia, rindu, patah hati dan cinta
untuk ditukar dengan hari esok dan harapan
Semoga rencana bukan hanya di atas kertas
Menjelang akhir tahun 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI