Dari situlah kita mengenal istilah ibu kandung, ibu tiri, ibu angkat atau ibu asuh dan ibu ideologis (guru, mentor atau siapapun perempuan yang kamu anggap telah melahirkan pemikiran, karya atau kebaikan yang bermanfaat dan menginspirasi banyak orang).
Jangan lupakan bahwa perempuan yang berkarya, apapun bentuknya, karya-karya itu juga anak-anaknya yang dilahirkan dari pemikiran dan tangannya.
KBBI memberi kita lebih dari satu definisi dan kenyataan memberi kita gambaran bahwa sosok ibu itu tidak bermakna tunggal. Sayangnya, di masyarakat, makna "ibu" seringkali direduksi menjadi sebatas perempuan yang telah bersuami dan melahirkan anak saja. Cara pandang ini sekaligus mereduksi makna dan identitas perempuan bahwa perempuan sejati atau perempuan yang utuh adalah mereka yang telah menjalankan peran dan fungsi sebagai istri dan ibu kandung.
Itu pun masih ditambah dengan syarat lain, seperti harus berada dalam struktur keluarga tradisional, yaitu ada ayah, ibu dan anak-anak.Â
Lagi-lagi, syarat ini meminggirkan identitas ibu tunggal atau janda. Padahal seorang ibu tunggal bukan hanya berstatus sebagai ibu melainkan juga sebagai ayah dan kepala keluarga.Â
Bukannya menguatkan dan merangkul identitas mereka, para ibu tunggal atau janda malah direndahkan dengan berbagai stigma dan stereotipe.
Pemaknaan "ibu" secara sempit berpengaruh juga terhadap cara kita memaknai konsep motherhood (keibuan).Â
Secara sempit, konsep motherhood lebih ditujukan pada peran dan fungsi perempuan di ranah domestik, sebagai pendamping suami, pengatur urusan rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak.Â
Namun, sejatinya konsep motherhood bisa dimaknai secara lebih luas asal kita menyadari kalau peran dan fungsi perempuan bukan terbatas di ranah domestik belaka.
Sisi keibuan para perempuan bisa juga digunakan di lingkungan profesional, akademik, keagamaan dan dalam aktivitas maupun interaksi, baik dengan sesama manusia, hewan, tumbuhan bahkan alam.
Para perempuan pemimpin perusahaan atau negara yang menggunakan sisi keibuan dalam kepemimpinannya bisa membuat suatu kebijakan terasa lebih empatetik dan humanis tapi tetap tegas.