6 Juli 2019 menjadi hari di mana saya bergabung dengan rumah besar Kompasiana. Tulisan pertama sebagai penanda debut saya adalah sebuah puisi berjudul Mengapa Aku Merasa Sepi? (yang kalau saya baca hari ini kok rasanya saya cengeng amat).
Namanya masih anak baru, pengetahuan dan pengalaman masih minim, tulisan-tulisan saya tentu belum sebaik dan sehebat Kompasianer lain yang lebih senior (sekarang juga masih belum sebaik dan sehebat mereka sih). Makanya, tulisan sedikit pembaca dan tidak dilabel pun sudah biasa pada saat itu.
Satu hal yang membuat saya tetap bertahan di Kompasiana adalah dukungan dari rekan-rekan Kompasianer, baik melalui penilaian maupun komentar pada tulisan-tulisan saya.Â
Meski tulisan ala kadarnya, apresiasi dari Kompasianer membuat saya termotivasi untuk belajar. Membaca dan mengamati berbagai karya para Kompasianer juga membuat saya terpacu untuk menemukan dan membentuk identitas tulisan saya sendiri.
Per hari ini, Senin, 24 Oktober 2022, sudah 398 artikel yang saya hasilkan, dengan tulisan berlabel pilihan sebanyak 346 artikel (135 diantaranya naik tingkat menjadi Artikel Utama) dan sisanya tidak berlabel. Ditambah satu tulisan ini menjadi 399. Angka-angka lainnya dapat Anda simak pada hasil tangkapan layar berikut.
Nah, melalui artikel spesial ulang tahun ini, Â saya akan meng-highlight beberapa pengalaman yang paling berkesan selama tiga tahun lebih menjadi warga Kompasiana.
Menjadi Responden untuk Penelitian Mahasiswa
Ada seorang mahasiswa menghubungi saya via surel pada awal Desember 2020 lalu, bertanya apakah saya bersedia menjadi responden penelitian untuk skripsinya. Kata adik itu, dia tertarik untuk mengajak saya bekerja sama setelah membaca salah satu artikel saya di Kompasiana, tepatnya yang ini.
Saya seperti mendapat kejutan dobel pada bulan yang sama karena beberapa hari kemudian, admin membirukan akun saya.
Sebagaimana kata Buya Hamka, "Menulislah! Biarkan tulisanmu mengalir menemui takdirnya", saya pikir tulisan yang baik dan bermanfaat akan sampai pada hal-hal yang baik. Kalaupun bertemu dengan sesuatu yang tidak baik (misalnya, tulisan dijiplak pihak lain), saya yakin tetap lebih banyak kebaikannya daripada keburukannya. Dan tulisan saya itu setidaknya menjadi bukti atas ungkapan tersebut.
Bergabung dengan Komunitas Inspirasiana
Kompasiana ternyata juga menjadi rumah bagi banyak komunitas. Salah satu komunitas yang ada di Kompasiana dan yang saya ikuti adalah Inspirasiana.
Bergabung di komunitas ternyata sangat membantu saya dalam mengembangkan kemampuan menulis. Hal ini tidak lepas dari iklim komunitas yang suportif dan selalu menghargai kontribusi anggota sesepele apapun.
Satu hal yang paling saya senangi dari bergabung di komunitas ini adalah kami sering berkolaborasi menulis karya bersama, termasuk dua bunga rampai yang berisi tulisan-tulisan anggota Inspirasiana. Lumayan kan, bisa menambah pengalaman dan portfolio literasi kita.
Menjadi Nominee Best in Opinion 2021
Ketika menemukan nama saya dalam daftar nominee ini, saya mengira hanya mimpi. Saya sampai berpikir kalau orang-orang yang mengajukan atau memilih saya jangan-jangan lagi nge-lindur.
Meski saya tidak juara, saya sudah cukup senang bisa berbagi panggung dengan nominee lainnya. Saya tidak menganggap mereka sebagai saingan sehingga siapapun yang jadi juara, saya ikut senang.
Toh, saya bisa sampai ke tahap itu bukan hanya karena tulisan-tulisan saya, melainkan karena dukungan dari Kompasianer dan kuasa Tuhan.
Bagi saya, menjadi nominee tidak seharusnya berhenti pada euforia semata. Di satu sisi ada kebanggaan, sedangkan di sisi lainnya ada tanggung jawab untuk tidak terlena dengan pencapaian itu.
Terdaftar dalam Kompasiana Infinite Program Secara Otomatis
Baru-baru ini, Kompasiana meluncurkan program baru yang memberi kesempatan bagi karya-karya Kompasianer untuk ditayangkan di platform media arus utama milik grup Kompas Gramedia.Â
Sebelum program ini diluncurkan, awal tahun 2022 lalu saya mendapat surel yang berisi penawaran content extention dari Kompasiana. Pada waktu itu, programnya memang masih terbatas untuk beberapa Kompasianer terpilih saja. Itu sebabnya saya (dan beberapa Kompasianer yang mendapat tawaran) tidak perlu mendaftar lagi untuk mengikuti program ini.
Syukurlah, sekarang sudah ada program Infinite sehingga memungkinkan lebih banyak Kompasianer untuk mendapat kesempatan serupa.
Selain empat hal di atas, sebetulnya masih banyak lagi cerita suka duka selama berkompasiana yang tidak semua bisa saya ungkapkan dalam artikel ini. Yang jelas, saya bersyukur bisa menjadi bagian dari Kompasiana.
Senang sekali bisa mengenal dan menyimak cerita-cerita menarik dari Kompasianer-Kompasianer hebat di seluruh Indonesia. Cerita dari Kompasianer yang berdomisili di luar negeri pun tidak kalah menarik dan membuka wawasan.
Akhirulkalam, saya ucapkan selamat ulang tahun untuk Kompasiana. Semoga semakin maju dan tetap menjadi ruang beropini yang ramah bagi para Kompasianer.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI