Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ruang Laktasi: Kebutuhan Ibu Menyusui dan Solusi atas Breastfeeding Shaming

10 Oktober 2022   16:54 Diperbarui: 11 Oktober 2022   05:11 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ruang laktasi-source: Wikipedia English

Meski Pakistan punya aturan ketat terkait memperlihatkan bagian tubuh tertentu (terkait dengan penerapan syariat Islam), mereka masih dapat menerima dan menghormati perempuan yang menyusui di ruang publik asal dilakukan secara diam-diam. 

Nah, bagaimana dengan di Indonesia? 

Seingat saya, selama ini saya belum pernah menemukan pemandangan seperti itu di tempat umum. 

Saya juga tidak tahu apakah ada perbedaan pandangan antara masyarakat kota dengan desa atau budaya dan kebiasaan masyarakat tertentu terkait hal ini. Kalau ada yang paham, boleh beritahu di kolom komentar. 

Kalau normal dan dilindungi undang-undang, mengapa masih ada breastfeeding shaming? 

Pertama, seksualisasi payudara perempuan 

seksualisasi terhadap payudara perempuan memicu breastfeeding shaming-photo by alina matveycheva from pexels
seksualisasi terhadap payudara perempuan memicu breastfeeding shaming-photo by alina matveycheva from pexels
Dalam budaya Barat, mulai abad ke-19, payudara perempuan lebih dominan digambarkan dari sisi fungsi seksualnya dibandingkan fungsi biologisnya. 

Hal itu sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh male gaze yang lazim digunakan dalam industri hiburan dan iklan. 

Male gaze sendiri adalah kondisi di mana perempuan di media dilihat dari sudut pandang laki-laki. Di sinilah perempuan diposisikan sebagai objek pasif dari hasrat laki-laki. 

Contoh penerapannya yang khas dalam film adalah bidikan close-up kamera yang mengarah dan terpaku pada tubuh perempuan. Biasanya difokuskan pada bagian tubuh yang dianggap menggoda, terutama payudara dan terus ke bawah ke area pinggul. 

Namun, seksualisasi payudara perempuan bukan hanya ada dalam budaya Barat yang dilanggengkan melalui produk hiburan dan iklan. Lebih tepatnya, pandangan ini mengakar dalam masyarakat patriarki yang mewajarkan objektifikasi atas tubuh perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun