Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Pemikiran 'Kiri' Berbahaya?

30 September 2022   11:10 Diperbarui: 30 September 2022   11:25 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi buku-buku kiri-foto oleh: Ulfa Rahayu/kumparan

Setiap tanggal 30 September, kita selalu diingatkan kembali akan sejarah kelam 1965 yang menjadi senjakala kekuasaan Presiden Soekarno. 

Sejak rezim Orde Baru (Orba) berkuasa, organisasi, tokoh-tokoh bahkan pemikiran-pemikiran yang disinyalir beraliran kiri ditumpas habis. 

Organisasi berikut underbow-nya dibubarkan. Tokoh-tokohnya ditangkap, dibuang ke Pulau Buru bahkan dieksekusi tanpa pengadilan. Buku-buku yang memuat pemikiran atau tokoh-tokoh kiri dilarang beredar. 

Dua dekade setelah Orba tumbang, razia atas buku-buku kiri dan pembubaran paksa diskusi-diskusi akademik terkait sejarah 1965 masih ada. Hantu PKI dan komunisme digaungkan untuk menebar paranoia dan dijadikan senjata untuk menyerang lawan politik atau siapapun yang dianggap berseberangan. 

Memangnya, pemikiran kiri itu apa sih? Apa dia sejenis demit? Kenapa ia ditakuti? 

Mengutip dari Wikipedia, pemikiran kiri dan kanan sebetulnya berkaitan ideologi, partai atau posisi politik yang diklasifikasikan menjadi sayap kiri dan sayap kanan. Istilah ini berasal dari Prancis, di mana sayap kiri dianggap sebagai "partai gerakan" sedangkan sayap kanan dianggap sebagai "partai keteraturan". 

Adapun ide-ide yang kerap diusung oleh kelompok kiri antara lain kebebasan, persamaan derajat, solidaritas, pembelaan hak-hak, perjuangan sosial, reformasi dan internasionalisme. Isu-isu yang lekat dengan perjuangan kelompok kiri, misalnya antiglobalisasi, antikapitalisme, lingkungan hidup, feminisme, gerakan buruh, demokrasi, sekulerisme dan sebagainya. Komunisme juga termasuk ideologi kiri, tapi bukan satu-satunya. 

Sementara itu, ide-ide yang kerap diasosiasikan dengan kelompok kanan antara lain hierarki, keteraturan, kewajiban, tradisi, nasionalisme dan mematuhi pihak berwenang. Konservatisme, liberalisme klasik, kelompok kanan agama, nasionalisme otoriter, kapitalisme, fasisme, sering dimasukkan dalam spektrum politik sayap kanan, meski soal fasisme ini dibantah oleh sebagian ahli. 

Pertanyaan berikutnya, apakah pemikiran kiri ini sedemikian berbahayanya sampai-sampai harus dilarang? 

Sebenarnya ya, jangankan pemikiran kiri, pemikiran kanan yang ekstrem juga sama berbahayanya. Sama-sama menimbulkan intoleransi, diskriminasi dan tindakan represif. 

Saya pikir menganggap pemikiran kiri berbahaya itu berlebihan. Suka tidak suka,  faktanya republik ini berdiri juga atas pemikiran dan kontribusi orang-orang kiri. 

Ide-ide dan sikap mereka pun sebenarnya progresif, banyak yang baik bahkan layak dipertimbangkan untuk mengatasi berbagai masalah sosial kita hari ini. 

Pemikiran, Sikap dan Kontribusi Tokoh-tokoh Kiri

Jika Anda menganggap jadi pejabat publik itu bisa hidup mewah dan kaya, coba lihat kehidupan Wakil Ketua CC PKI dan Wakil Ketua DPR Gotong Royong, M.H. Lukman. 

Ia tinggal di rumah kontrakan yang kecil dan sering pindah-pindah, makan seadanya, sekalinya bisa makan dengan menu agak 'mewah', hampir bisa dipastikan ada barang berharga di rumah itu yang dijual secara diam-diam.

Saking sederhana hidupnya, bagian rumah tangga DPR yang ketika itu menginspeksi rumah dinasnya di Menteng, kaget menyaksikan isi rumah Lukman yang hampir tidak ada perabotan atau barang berharga. 

Ketika Lukman pada akhirnya mengizinkan berbagai perabotan masuk ke rumah itu, ia mewanti-wanti keluarganya kalau semua benda tersebut adalah inventaris negara, milik rakyat dan suatu saat semua harus dikembalikan. 

Asmoe Tjiptodarsono, pemimpin Barisan Tani Indonesia (BTI)--organisasi tani paling revolusioner pada zamannya--merancang dan menjalankan program-program brilian yang bertujuan menyejahterakan petani. 

Ia memulainya dengan menghancurkan pemikiran klenik dan takhayul yang berkembang di masyarakat desa, memberantas buta huruf (fyi: pada saat itu angka buta huruf di kalangan petani sangat tinggi), koran-koran dan buku-buku masuk desa, pembentukan kantong-kantong kader petani, memperkenalkan koperasi, membangun sekolah dan institut pertanian hingga memahamkan ideologi pada para petani agar petani tidak mudah dibodohi oleh orang-orang licik yang gemar menindas dan merugikan mereka. 

Dengan kata lain, petani dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Tidak hanya soal pertanian tapi juga ekonomi, politik bahkan seni budaya. 

Bagi Asmoe, bertani modern adalah bertani dengan riset. Oleh karena itu, BTI rajin melakukan riset dan inovasi pertanian untuk mengatasi ancaman krisis pangan. 

Adapun inovasi mereka yang paling fenomenal seperti padi gogo (padi yang cocok ditanam di lahan-lahan kering), okulasi singkok karet dengan singkong biasa yang menghasilkan singkok mukibat, penyerbukan bunga jagung dengan tenaga manusia agar tidak hanya mengandalkan tenaga angin, mengenalkan pembuatan pupuk organik agar tidak tergantung pada pupuk buatan pabrik dan sebagainya. 

Ketika kita mengeluhkan betapa menyedihkannya tingkat literasi Indonesia, D.N. Aidit pada saat itu mempelopori gerakan literasi buku dan koran masuk desa. 

Dari proses produksi, penerjemahan sampai distribusi bacaan ke desa-desa dilakukan melalui hierarki partai. 

Melalui buku-buku yang tidak terlalu tebal itu (ada aturan bahwa buku-buku yang masuk ke desa-desa tebalnya tidak boleh lebih dari 50 halaman dan harganya harus terjangkau), masyarakat desa bisa berkenalan dengan Marxisme, realisme kontemporer, teknologi tepat guna, bibit-bibit tanaman pertanian, tanah dan agraria dan sebagainya. 

Aidit percaya bahwa media punya kekuatan untuk mencerdaskan rakyat hingga ke lapisan terbawah. Oleh karena itu, gerakan literasi ini mampu menjangkau hingga ke seluruh sendi kebudayaan dan masyarakat, dari anak-anak, perempuan, masyarakat desa, buruh tani, mahasiswa dan lain-lainnya.

Fakta-fakta sejarah seperti ini memang hampir tidak pernah kita dapatkan di sekolah. Makanya, pemahaman kita soal PKI dan segala sesuatu yang ke-kiri-kiri-an minim sekali. Tahunya adalah mereka itu komunis, tidak beradab, kejam, merongrong Pancasila, anti agama dan ketuhanan. 

Nyatanya, mereka tak seburuk itu. Tentu masih banyak lagi contoh lain selain tiga yang saya sebut di atas dan tidak mungkin saya tulis semua di sini. 

Tapi, kalau Anda tertarik ingin tahu lebih banyak mengenai pemikiran, sikap dan kontribusi tokoh-tokoh kiri lainnya, Anda bisa menyimak kanal YouTube mojokdotco Jasmerah, khususnya yang dibawakan oleh Muhiddin M. Dahlan, penulis sekaligus empunya Warung Arsip. 

tangkapan layar kanal YouTube mojokdotco Jasmerah oleh Muhiddin M. Dahlan-(hasil tangyar oleh Luna Septalisa)
tangkapan layar kanal YouTube mojokdotco Jasmerah oleh Muhiddin M. Dahlan-(hasil tangyar oleh Luna Septalisa)

Nah, untuk tudingan yang terakhir, saya pikir juga kurang tepat.  

Bukan hanya karena komunisme dan atheisme itu berbeda konteks. Sebab, ada lho, tokoh PKI, seorang komunis tapi juga pemeluk agama yang taat. Pengagum Nabi Muhammad Saw sekaligus Karl Marx. Namanya Haji Misbach alias sang Haji Merah. 

Mengutip dari tirto.id, Haji Misbach bukan satu-satunya haji atau kaum religius yang menjadi propagandis PKI (lihat nama-nama lainnya di sini).  

Ini terjadi sebelum kemerdekaan, di mana saat itu interaksi antara komunisme dengan agama, khususnya Islam, justru lebih cair bahkan bisa berdampingan. Entah kenapa setelah tragedi 1965, keduanya selalu dipertentangkan. 

Jika setelah membaca artikel ini ada yang curiga kenapa saya kok kesannya kayak antek PKI 4.0 membela komunisme, saya bukan ingin ideologi itu bangkit lagi dan mengusai negara ini. 

Saya hanya ingin kita bangun dari kebohongan sejarah yang diulang-ulang sampai dianggap jadi kebenaran. 

Saya bersyukur karena tumbuh dewasa di era reformasi, di mana fakta-fakta sejarah 1965 yang banyak dikaburkan dan penuh fitnah, mulai diungkap kebenarannya di berbagai referensi. 

Jadi, apakah semua pemikiran, ide-ide atau gerakan-gerakan kiri itu berbahaya? Sila simpulkan sendiri menurut keyakinan masing-masing. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun