Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Suku Bunga Tabungan 0%: Menabung di Bank Digital atau Investasi?

21 September 2022   12:12 Diperbarui: 11 Oktober 2022   18:36 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi investasi saham-photo by mikhail nilov from pexels

Di tengah upaya untuk mewujudkan cashless society, kepemilikan rekening bank memang sangat penting. Dengan demikian, kebijakan bunga tabungan 0% pun justru tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank. 

Hal ini disebabkan oleh pergeseran fungsi dan tujuan menabung di bank, dari yang awalnya agar bisa mendapat keuntungan berupa bunga tabungan berubah menjadi lebih transaksional. 

Maksudnya, menabung di bank bukan lagi demi mendapat bunga, melainkan demi kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai transaksi, seperti belanja daring, membayar tagihan rutin bulanan (listrik, PDAM, langganan internet dll), membayar pajak, membayar SPP bagi teman-teman mahasiswa, isi ulang dompet digital sampai untuk keperluan investasi dan mendapatkan kredit. 

Apalagi ketika kondisi pandemi Covid-19 lalu, masyarakat cenderung menyimpan uangnya di bank dibanding berbelanja. 

Meski penerapan bunga 0% ini berbeda-beda di tiap bank, tapi rata-rata bunga yang diberikan hanya di kisaran 0%-1%, tergantung nominal simpanannya. 

Di bank-bank besar, seperti Mandiri dan BCA, nominal simpanan sebesar lebih dari Rp 1 miliar pun bunganya tidak sampai 1%. 

Coba bayangkan saja, dari sekian banyak masyarakat pemilik rekening bank, siapa sih yang punya simpanan lebih dari Rp 1 miliar? Pasti hanya sebagian kecil bukan? 

Kalaupun tetap ingin mendapat keuntungan dari bunga tabungan, silakan coba buka rekening tabungan di bank digital. Bunga yang ditawarkan memang cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang hanya mencapai 3,5%. 

PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), misalnya, bisa menawarkan bunga hingga 8% per tahun untuk pengguna baru. 

Promo menarik bagi pengguna baru juga ditawarkan oleh Bank Jago dengan bunga 7% selama tiga bulan. 

Adapun fitur menarik yang dapat ditemukan di aplikasi Bank Jago adalah fitur kantong yang berguna untuk membantu pengguna mengatur keuangannya. Kantong-kantong tersebut bisa dibagi sesuai dengan tujuan dan kebutuhan masing-masing, misalnya kantong untuk pengeluaran sehari-hari, menabung, berbagi dan sebagainya. 

Akun Bank Jago yang terhubung dengan aplikasi investasi reksa dana Bibit juga memudahkan pengguna untuk rutin berinvestasi setiap bulannya (dengan mengaktifkan fitur autodebet). 

Bank digital besutan CT Corp, Allo Bank menawarkan bunga tabungan hingga 4% dan tidak ada biaya administrasi. 

Sementara itu, untuk produk deposito sendiri bunganya mencapai 6% dengan saldo minimal Rp 10 juta. Tenornya pun beragam, mulai dari 1 bulan hingga 2 tahun sehingga dapat dipilih sesuai kebutuhan. 

Sedikit berbeda dengan bank-bank digital lainnya, Bank BCA Digital yang merupakan anak usaha BCA, memberikan bunga tabungan (produk bluSaving dan bluGether) masing-masing sebesar 3% per tahun. 

Sementara untuk produk simpanan berjangka, bluDeposit, bunga yang diberikan mencapai 4% per tahun. 

Aplikasi Blu juga dilengkapi dengan fitur laporan keuangan dan tracker sehingga pengguna dapat mengetahui kondisi arus kas maupun rangkuman portfolio keuangan bulanannya. 

Prosedur pembukaan rekening bank digital pun tidak serumit bank konvensional yang mengharuskan calon nasabah untuk datang ke kantor cabang terdekat, menyiapkan dokumen tertentu dan memerlukan tanda tangan asli dari calon nasabah yang bersangkutan. 

Membuka rekening bank digital cukup membutuhkan alamat surel, nomor handphone aktif, foto/hasil pindai KTP, NPWP, dan melengkapi biodata, yang semua prosesnya dilakukan secara daring. 

Namun, di balik kemudahan dan keuntungannya, bank digital punya beberapa kelemahan, seperti tidak dapat melayani transaksi atau simpanan dalam bentuk mata uang asing dan belum tersedia produk atau layanan kredit. 

Meski syarat pembukaan rekening bank konvensional lebih rumit, bunga yang sangat kecil bahkan 0% dan biaya administrasi yang besar, menyimpan uang di rekening bank masih menjadi opsi teraman. 

Bagaimana dengan dompet digital atau e-wallet? 

Menyimpan uang di dompet digital mungkin bisa jadi alternatif lain bagi Anda yang tidak ingin uangnya tergerus biaya administrasi. Namun, jumlah yang bisa disimpan di akun dompet digital juga terbatas. 

Gopay, misalnya, untuk pengguna yang belum upgrade ke Gopay plus, batas saldo maksimalnya hanya Rp 2 juta sedangkan yang sudah upgrade maksimal Rp 20 juta. 

OVO, maksimal isi ulang (top-up) untuk jenis akun Club' hanya Rp 2 juta dan Rp 20 juta untuk akun premier. Sementara untuk limit transaksi masuk bulanannya, maksimal Rp 20 juta untuk akun Club' dan Rp 40 juta untuk akun premier. 

Namun, memiliki saldo dompet digital yang kelewat besar lebih rentan kebobolan sehingga saldo terkuras. 

Dengan demikian, nominal uang yang disimpan di dompet digital sebaiknya dibatasi saja sesuai dengan keperluan tertentu, seperti untuk transportasi, pesan makanan dan pengiriman paket dalam kota atau jarak dekat. 

Lalu, adakah cara lain untuk mendapatkan keuntungan dari menabung? 

Oh, tentu ada. Namun, bukan menabung namanya, melainkan investasi. 

Instrumen investasinya bisa dipilih sendiri sesuai dengan kebutuhan, tujuan keuangan, profil risiko dan modal yang Anda punya (baca: modal waktu, harta atau uang, ilmu dan pengalaman). 

Penting juga untuk mengetahui profil risiko Anda sebelum memutuskan berinvestasi. 

Jika Anda adalah investor dengan profil risiko rendah, silahkan berinvestasi pada reksa dana pasar uang (RDPU), deposito atau surat utang negara. Untuk profil risiko sedang atau moderat, bisa pilih reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran atau saham blue chip (LQ45). Sementara untuk investor dengan profil risiko tinggi bisa berinvestasi saham, reksa dana saham atau derivatif. 

Berapa keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut? 

Untuk deposito, besaran keuntungan yang diperoleh dari suku bunga tergantung pada masing-masing bank dan tenor simpanannya. 

Di bank-bank plat merah seperti Bank Mandiri, misalnya, memberikan suku bunga 2,25% untuk tenor 1 dan 3 bulan dengan nominal di bawah Rp 100 juta. Sementara untuk tenor 6-24 bulan dengan jumlah simpanan lebih dari Rp 100 juta, suku bunganya mencapai 2,5%. 

Adapun BCA yang memberikan suku bunga yang sama, yaitu 1,9% per tahun untuk semua tenor dan nominal simpanan yang berlaku sejak 20 Januari 2022. 

BNI mencatatkan suku bunga deposito untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan sebesar 2,25% serta 2,5% untuk jangka waktu 6, 12 dan 24 bulan yang berlaku sejak 3 Januari 2022. 

Sedikit lebih tinggi dibanding tiga bank besar yang disebutkan sebelumnya, BRI memberikan suku bunga deposito di angka 2,25% untuk jangka waktu 1 bulan dan semua nominal simpanan. Untuk tenor 3 bulan ditetapkan sebesar 2,3%. Tenor 6 dan 12 bulan suku bunganya 2,5%, sedangkan suku bunga untuk tenor 24 dan 36 bulan sebesar 2,75%. 

Reksa dana memiliki imbal hasil (return) yang lebih tinggi dari deposito, dengan rata-rata potensi imbal hasil sekitar 7%-8%, bahkan ada yang 9% per tahun, tergantung jenis reksa dananya. Imbal hasil reksa dana paling kecil dimiliki oleh RDPU dengan rata-rata 4,5%-5,5% per tahun. *)

Untuk investasi saham, perhitungan keuntungannya berbeda dan sedikit lebih rumit. 

Ada dua jenis keuntungan yang Anda dapatkan dari investasi saham, yaitu dividen dan capital gain.

Dividen adalah jenis keuntungan yang diperoleh dari pembagian keuntungan yang sahamnya dibeli oleh investor. 

Sementara capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari menjual saham di harga yang lebih tinggi dari harga saat pembelian awal. 

Persentase keuntungannya dapat dihitung dengan cara nominal keuntungan saham dibagi modal awal pembelian saham dikali 100%.

Kalau mau tahu seperti apa contoh perhitungannya, silakan klik dan baca sendiri di salah satu referensi yang saya cantumkan di bawah. Sudah capek saya ngetik artikel sepanjang ini. 

Semoga bermanfaat. 

Catatan: 

*) Berdasarkan data historis 

Referensi : 1, 2, 3, 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun