Bicarakan apakah kamu atau calon pasanganmu punya masalah kesehatan mental? Apakah punya penyakit bawaan? Â Â
Hal pertama dan utama yang harus dipikirkan adalah: kamu bisa menerima kondisi dia yang seperti itu tidak?Â
Coba bayangkan, seandainya suatu saat kondisi mentalnya kambuh bagaimana? Kamu tahu tidak apa yang harus dilakukan? Misal dia butuh terapi atau menjalani pengobatan rutin, apa kamu cukup sabar dan telaten dalam mendampinginya?Â
3. Hubungan seksual
Ya, kamu tidak salah baca.Â
Berbicara soal seks sebelum menikah memang 'ngeri-ngeri sedap'.Â
Namun, ini harus dilakukan kalau kamu dan dia tidak ingin menyesal setelah menikah nanti karena pandangan dan ekspektasi seks yang tidak sesuai dengan yang dibayangkan.Â
Hubungan seksual adalah salah satu kunci keharmonisan pernikahan sehingga memiliki kehidupan seks yang membuat satu sama lain merasa bahagia dan nyaman itu penting. Lalu, apa saja yang perlu dibahas?Â
- Kesehatan reproduksi: apakah kamu atau dia punya riwayat penyakit menular seksual? Apakah kamu atau dia mengalami masalah kesehatan reproduksi akibat infeksi jamur atau bakteri?
- Pengalaman seksual
Pertanyaan soal keperawanan atau keperjakaan calon pasangan memang masih dianggap tabu. Namun, lebih baik berterus terang di awal daripada hubungan pernikahanmu kelak dipenuhi keraguan dan prasangka. - Fantasi seks: normal atau tidak?Â
Ukuran normal atau tidak bisa jadi berbeda pada setiap orang. Tergantung bagaimana kamu memandang dan menyikapinya. Daripada kaget atau kecewa karena fantasi seks yang tidak seperti yang diekspektasikan, mending dibicarakan. - Batasan terhadap hubungan dengan lawan jenis
Bicarakan tentang definisi perselingkuhan itu seperti apa. Hubungan dengan lawan jenis seperti apa yang masih bisa ditoleransi.
Apakah suami boleh mengantar teman perempuannya yang pulang kemalaman? Apakah istri boleh boncengan dengan teman laki-lakinya? Apakah kalau pasangan chat atau nge-love dan komen postingan mantan di medsos termasuk selingkuh? Diskusikan!
4. Rencana Memiliki AnakÂ
Tuntutan sosial mengharuskan perempuan yang telah menikah untuk segera punya anak.Â
Namun, apakah semua perempuan ingin jadi ibu? Belum tentu.Â
Keputusan soal ingin punya anak atau childfree, jumlah anak yang diinginkan, jarak antar kelahiran anak satu dengan lainnya, seharusnya dibuat bersama.Â
Jika sama-sama setuju untuk punya anak, bagaimana pola pengasuhannya? Jika tidak bisa punya anak secara normal, apakah mau pakai metode bayi tabung atau adopsi anak? Lalu, soal penggunaan alat kontrasepsi untuk mengendalikan kelahiran atau pencegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) juga baik untuk didiskusikan.Â