Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jilbab dan Obsesi untuk Mengatur Tubuh Perempuan

5 Agustus 2022   17:09 Diperbarui: 8 Agustus 2022   18:04 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan berjilbab-photo by Janko Ferlic from pexels

"Tidak kebablasan" inilah yang bagi saya jadi tanya besar: apa maksudnya dan mengapa ada istilah "agar perempuan tidak kebablasan" tapi jarang (jika tidak ingin dikatakan langka atau tidak ada) saya dengar orang bilang "agar laki-laki tidak kebablasan"? 

Tubuh perempuan masih dipandang sebagai objek seksual yang berpotensi menggoda dan mengundang syahwat serta tindak asusila apabila tidak ditutup rapat. 

Urusan pakaian bagi perempuan seperti tidak lagi merupakan pilihan sadar dan rasional, tapi ketundukan terhadap otoritas, baik masyarakat, agama maupun negara. 

Akibatnya, perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual akan dihakimi dengan standar moral yang patriarkis dan misoginis. Selama masyarakat masih menormalisasi pelecehan seksual, pertanyaan soal pakaian yang dikenakan korban akan selalu ada. 

Padahal masalahnya bukan terletak pada pakaian apa yang korban kenakan, melainkan pikiran kotor pelaku yang mengobjektifikasi tubuh korban. 

Kita lupa bahwa sesungguhnya ada juga yang tidak kalah penting selain mengatur pakaian, perilaku maupun aktivitas perempuan, yaitu mengajarkan pada anak laki-laki sejak dini untuk menjaga pandangan dan menghormati tubuh perempuan. 

Ajarkan bahwa urusan pengendalian diri merupakan tugas dan tanggung jawab setiap orang. 

Dengan demikian, mereka akan tahu bagaimana harus bersikap terhadap perempuan, terlepas dari seperti apa rupa, tubuh, pakaian, kepribadian maupun perilakunya. 

Bukan melulu mengatur dan menundukkan tubuh perempuan lewat sejumlah aturan tapi abai dan lalai dari kewajiban menjaga pandangan serta mengendalikan syahwat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun