"Tidak kebablasan" inilah yang bagi saya jadi tanya besar: apa maksudnya dan mengapa ada istilah "agar perempuan tidak kebablasan" tapi jarang (jika tidak ingin dikatakan langka atau tidak ada) saya dengar orang bilang "agar laki-laki tidak kebablasan"?Â
Tubuh perempuan masih dipandang sebagai objek seksual yang berpotensi menggoda dan mengundang syahwat serta tindak asusila apabila tidak ditutup rapat.Â
Urusan pakaian bagi perempuan seperti tidak lagi merupakan pilihan sadar dan rasional, tapi ketundukan terhadap otoritas, baik masyarakat, agama maupun negara.Â
Akibatnya, perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual akan dihakimi dengan standar moral yang patriarkis dan misoginis. Selama masyarakat masih menormalisasi pelecehan seksual, pertanyaan soal pakaian yang dikenakan korban akan selalu ada.Â
Padahal masalahnya bukan terletak pada pakaian apa yang korban kenakan, melainkan pikiran kotor pelaku yang mengobjektifikasi tubuh korban.Â
Kita lupa bahwa sesungguhnya ada juga yang tidak kalah penting selain mengatur pakaian, perilaku maupun aktivitas perempuan, yaitu mengajarkan pada anak laki-laki sejak dini untuk menjaga pandangan dan menghormati tubuh perempuan.Â
Ajarkan bahwa urusan pengendalian diri merupakan tugas dan tanggung jawab setiap orang.Â
Dengan demikian, mereka akan tahu bagaimana harus bersikap terhadap perempuan, terlepas dari seperti apa rupa, tubuh, pakaian, kepribadian maupun perilakunya.Â
Bukan melulu mengatur dan menundukkan tubuh perempuan lewat sejumlah aturan tapi abai dan lalai dari kewajiban menjaga pandangan serta mengendalikan syahwat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H