Lalu, apa yang dapat kita pelajari dari perempuan hebat ini?
Pertama, ketaatan dan kesabaran
Ditinggalkan bersama bayinya di tempat yang kering, tandus dan tidak berpenghuni, tidak lantas membuat Sayyidah Hajar mengeluh. Beliau bersabar dan menjalaninya sebagai bentuk ketaatan kepada perintah Allah.
Kondisi lingkungan yang kering dan tanpa tanda-tanda kehidupan nyatanya tidak membuat Sayyidah Hajar hanya pasrah menunggu pertolongan tanpa melakukan ikhtiar. Buktinya, Sayyidah Hajar berlari bolak-balik sampai tujuh kali dari Bukit Safa ke Marwah demi bisa memperoleh setetes air untuk puteranya yang menangis karena lapar dan haus.
Perjuangan beliau ini sekaligus mengajarkan pada kita bahwa makna sabar bukan berarti diam saja, pasrah atau tidak berusaha.
Islam mengajarkan pada kita untuk ikhtiar sebelum tawakal. Berusaha sebaik mungkin, hasilnya serahkan kepada Allah. Jika hasil yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan yang kita kehendaki, barulah kita bersabar atas keputusan-Nya.
Andai Sayyidah Hajar tidak mengusahakan apa-apa, mungkin tidak akan ada Sa'i dalam rangkaian ibadah haji dan umrah. Jika Sayyidah Hajar tidak berbuat sesuatu, entah apa yang akan terjadi padanya dan puteranya yang masih bayi. Sebab Allah sendiri berfirman bahwa Dia tidak akan mengubah nasib seseorang atau suatu kaum yang tidak mengusahakan adanya perubahan (Surat Ar-Ra'd: 11).
Ketika mengetahui perihal mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Ismail, Sayyidah Hajar justru membuktikan betapa beliau adalah seorang perempuan dengan kualitas spiritual, emosional dan rasional yang luar biasa. Bayangkan jika itu terjadi pada seorang ibu seperti Anda, apa yang akan Anda lakukan?
Sayyidah Hajar dengan naluri keibuannya mungkin akan menolak dan melakukan segala cara untuk mengelak dari perintah Allah itu. Namun, karena ketakwaannya, Sayyidah Hajar dikisahkan mengasah pedang yang akan dipakai untuk menyembelih hingga benar-benar tajam agar tidak membuat sang anak tersiksa.
Sungguh suatu ujian yang tidak mudah bagi seorang ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkan seorang anak, jauh pula dari suami. Tiba-tiba datang hari di mana anak yang dirawat dengan kasih sayang itu harus dikurbankan. Ibu mana yang sanggup bersikap seteguh Sayyidah Hajar?
Meskipun hanya disebutkan secara tersirat dalam Al-Quran dan petunjuk tentangnya lebih banyak dikaitkan dengan kelahiran serta kehidupan puteranya, bukan berarti sosok Sayyidah Hajar boleh dilupakan dalam sejarah.Â