Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei tentu tidak lepas dari peran dunia pers. Geliat pers tanah air berkaitan erat dengan perkembangan pers Belanda---terutama lewat koran De Locomotief yang menjadi corong suara kaum etis---dan pers Tionghoa---melalui koran Sin Po yang menyuarakan nasionalisme.
Raden Mas Tirto Adhi Soerjo adalah tokoh yang memelopori lahirnya pers nasional dengan menerbitkan Medan Prijaji, sebuah surat kabar nasional pertama yang berbahasa Melayu, pada tahun baru 1907.Â
Medan Prijaji dikenal pula sebagai surat kabar pertama yang dikelola pribumi secara mandiri mulai dari pengasuh, percetakan, penerbitan dan jurnalisnya. Surat kabar ini terbit di bawah badan hukum yang bernama NV (Naamlooze Vennootschap atau Perseroan Terbatas alias PT) Javasche Boekhandel en Drukkerij en Handel in Schrijfbohoeften "Medan Prijaji".
NV tersebut tidak hanya menerbitkan Medan Prijaji tapi juga surat kabar lain, termasuk Soeloeh Keadilan. Melalui Medan Prijaji dan Soeloeh Keadilan, Tirto menjadi pelopor jurnalisme advokasi.Â
Tulisan-tulisannya tajam dan sering berisi pembelaan terhadap kaum tertindas serta kritik terhadap kesewenang-wenangan para pejabat, baik kolonial maupun pribumi. Dia juga merupakan pribumi pertama yang menanamkan kesadaran berbangsa pada para bumiputera melalui pers.
Di kemudian hari, tulisan-tulisannya inilah yang mengantarkannya pada hukuman pengasingan di Maluku tahun 1912. Di tahun itu pula Medan Prijaji terbit untuk yang terakhir kali.Â
Sepulang dari pengasingan dan kembali ke Batavia, pengaruhnya sudah melemah, asetnya disita negara dan teman-temannya menjauh. Tanggal 7 Desember 1918, Tirto Adi Soerjo, sang perintis pers bumiputera berpulang dalam kesunyian akibat depresi akut yang menjangkitinya.
Tantangan Pers Nasional Zaman Kiwari
Sejak sebelum kemerdekaan hingga kiwari, pers nasional menghadapi berbagai tantangan, mulai dari masalah finansial, pembredelan, penyerangan terhadap jurnalis hingga---yang banyak terjadi di era digital---penyebaran informasi lebih menuntut kecepatan sehingga luput dari memenuhi kaidah dan standar jurnalistik.
Biar begitu, kita semua sepakat bahwa pers punya peran besar dalam menciptakan sejarah dan peradaban suatu bangsa. Terbukti bagaimana pers dapat membentuk pendapat umum kemudian melahirkan gerakan-gerakan yang mengantarkan Indonesia pada kemerdekan dari penjajahan.