Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bagaimana Kelestarian Hutan Mampu Memengaruhi Ketersediaan dan Kualitas Air Kita?

23 Maret 2022   18:01 Diperbarui: 24 Maret 2022   08:39 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
grafik 10 negara dengan tingkat kehilangan hutan primer tertinggi selama 2020-tangkapan layar dari situs research.wri.org

Hasil monitoring yang dilakukan oleh BMKG di stasiun pengamatan Global Atmosphere Watch Kototabang menunjukkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia telah mencapai 411,1 ppm pada awal tahun 2021. 

Meski masih di bawah rata-rata global yang mencapai 415,0 ppm, angka tersebut telah naik secara signifikan sejak tahun 2004. Saat itu konsentrasi GRK masih di angka 372,1 ppm. 

Oleh karena itu, berbagai negara berkomitmen untuk menekan kenaikan suhu global agar tidak lebih dari 2C.

Kenaikan suhu bumi yang mencapai lebih dari 2 derajat Celsius dapat memperparah dampak perubahan iklim, seperti banjir yang terjadi lebih sering dan besar, kekeringan, kelaparan, rusaknya ekosistem, kepunahan pada seluruh rumpun makhluk hidup sekitar 20%-50% dan meningkatnya permukaan air laut akibat es di kutub yang terus mencair.

Wasana Kata

Kelestarian hutan dan ketersediaan air bersih merupakan dua hal yang saling berhubungan. Hal ini terkait dengan fungsi hidrologis hutan yang berperan sebagai tempat penyimpanan air dan mengatur daur air tanah atau mata air.

Kehilangan dan kerusakan hutan yang tidak diatasi dengan baik akan menimbulkan bencana serius bagi umat manusia di masa depan. Dampak perubahan iklim akan lebih parah dan berpotensi membuat manusia mengalami krisis air bersih.

Peringatan Hari Hutan dan Hari Air Sedunia yang berdekatan seharusnya membuat kita introspeksi, apa yang telah kita lakukan untuk menjaga keduanya. Tentu dengan posisi dan kapasitas kita masing-masing.

Kita bisa melakukannya dengan lebih bijak dalam menggunakan air. Matikan keran jika tidak dipakai, mengganti keran yang bocor, manfaatkan air bekas cucian beras atau sayur untuk menyiram tanaman, menampung air hujan sebagai cadangan air di musim kemarau dan sebagainya.

Sementara dari segi regulasi, kita berharap pemerintah benar-benar menjalankan komitmennya terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim dengan mengerem laju deforestasi.

Referensi : 1, 2, 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun