Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bagaimana Kelestarian Hutan Mampu Memengaruhi Ketersediaan dan Kualitas Air Kita?

23 Maret 2022   18:01 Diperbarui: 24 Maret 2022   08:39 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perairan di dekat hutan-Photo by Eberhard Grossgasteiger from pexels

Perubahan iklim berdampak pada perubahan arus air dan memengaruhi ketersediaan sumber daya air. Oleh karena itu, hutan merupakan garda terdepan dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Deforestasi besar-besaran dapat memengaruhi pola curah hujan dan meningkatkan intensitas terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung.

Di musim kemarau, hal ini dapat memicu terjadinya bencana kekeringan yang berlanjut pada gagal panen dan kelaparan.

Pelestarian hutan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya erosi tanah dan tanah longsor, terutama di daerah yang rawan degradasi tanah atau daerah dataran tinggi. Akar-akar pepohonan di hutan mampu menyerap dan menahan laju air hujan agar tidak menyebabkan banjir di daerah hilir.

Kerusakan Hutan Primer dan Hilangnya Tutupan Hutan

Kelestarian hutan menjadi hal yang vital dalam menjaga persediaan dan pasokan air bersih bagi umat manusia.

Hutan yang terjaga kelestariannya mampu bertindak sebagai regulator air sehingga ia mampu mengatur, menyokong proses alami dan menyediakan air bersih.

Di Indonesia dan mungkin di negara lain, alih fungsi lahan hutan menjadi kawasan industri, pertambangan, perkebunan sawit dan lain-lain telah membuat debit air sungai, rawa dan danau yang menjadi sumber air bersih bagi masyarakat sekitar menyusut.

Tidak jarang air ikut tercemar limbah sehingga menjadi kotor, berbau dan mematikan organisme yang hidup di perairan tersebut. Padahal selain dimanfaatkan sebagai sumber air bersih, masyarakat juga kerap memanfaatkan perairan sekitar untuk menunjang kegiatan ekonomi, seperti untuk irigasi, budidaya ikan dan sebagainya.

Data terbaru dari University of Maryland yang dikutip dalam situs World Research Institute menunjukkan bahwa daerah tropis mengalami kehilangan tutupan hutan sebanyak 12,2 juta hektar selama tahun 2020. Di tahun yang sama pula tingkat kehilangan hutan primer meningkat 12% dari tahun sebelumnya.

Tahun itu merupakan tahun kedua secara berturut-turut di mana kehilangan hutan primer semakin parah di daerah tropis. Indonesia sendiri bertengger di urutan keempat dunia dengan tingkat kehilangan hutan primer 270.057 hektar pada 2020.

grafik 10 negara dengan tingkat kehilangan hutan primer tertinggi selama 2020-tangkapan layar dari situs research.wri.org
grafik 10 negara dengan tingkat kehilangan hutan primer tertinggi selama 2020-tangkapan layar dari situs research.wri.org
Kerusakan hutan primer dan hilangnya tutupan hutan menyebabkan peningkatan suhu global. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun