Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Konflik Desa Wadas dalam Kacamata Ekofeminisme

15 Februari 2022   05:36 Diperbarui: 16 Februari 2022   03:46 2675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga beraktivitas di sekitar rumahnya di Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022). (ANTARA FOTO/HENDRA NURDIYANSYAH)

Korban konflik agraria sebagian besar adalah laki-laki (85%) dan sebesar 15% nya adalah perempuan. Bentuk kekerasan dan kriminalisasi yang mereka alami antara lain, seperti penahanan, penganiayaan, penembakan, dan tidak jarang menimbulkan korban jiwa.

diagram korban konflik agraria berdasarkan gender-tangkapan layar dari catahu KPA 2021
diagram korban konflik agraria berdasarkan gender-tangkapan layar dari catahu KPA 2021

Perempuan dalam Konflik Agraria

Perempuan dan anak-anak merupakan pihak rentan yang paling terdampak dari konflik agraria. 

Sayangnya, penetapan izin pembangunan di lahan milik masyarakat atau daerah padat penduduk, tidak mencantumkan kajian dampak terhadap perempuan dan anak-anak. 

Ketika terjadi bentrok, perempuan juga kerap mengalami kekerasan, baik fisik, verbal maupun seksual sehingga menimbulkan trauma.

Perlawanan atas aktivitas penambangan batu andesit oleh warga Desa Wadas tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan yang tergabung dalam organisasi bernama Wadon Wadas (wadon, dalam bahasa Jawa, artinya perempuan). 

Organisasi yang berdiri pada awal tahun 2021 ini berperan dalam memperkuat perlawanan masyarakat Wadas yang sebelumnya telah mendirikan Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa, organisasi utama) dan Kawula Muda Desa Wadas (Kamu Dewa, organisasi pemuda). 

Ketiga organisasi tersebut ibarat trisula, di mana Wadon Wadas menjadi ujung tombak utama. Para perempuan itulah yang berada di barisan terdepan saat menghadang ratusan polisi yang masuk ke Desa Wadas untuk mengawal tim sosialisasi pengukuran tanah lokasi tambang quarry.

Perlawanan perempuan, sebagaimana yang dilakukan oleh Wadon Wadas, menandakan bahwa perempuan bisa tampil dan terlibat bersama laki-laki dalam keputusan sosial, ekonomi dan politik yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Dalam kajian teori ekofeminisme, perempuan digambarkan memiliki hubungan erat dengan alam bahkan diibaratkan sebagai alam itu sendiri.

Hubungan yang erat itu tergambar melalui kesamaan antara keduanya, di mana peran gender perempuan adalah sebagai pemelihara rumah tangga. Sementara alam dengan segala sumber daya yang terkandung di dalamnya adalah pemelihara sekaligus penunjang kehidupan dan ekosistem di sekitarnya. Itu sebabnya alam sering disebut sebagai "ibu bumi". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun