Ada stigma yang melekat pada anak organisasi, seperti jarang masuk kelas, sukanya ikut demo, kuliahnya keteteran dan IPK nya jelek. Masa sih?Â
Sebagai seorang yang sejak kecil terbiasa aktif di berbagai kegiatan di luar sekolah, ketika kuliah pun saya tentu tidak mau kalau cuma jadi mahasiswa kupu-kupu (kuiiah pulang kuliah pulang). Ya, minimal saya bisalah ikut dan berkontribusi di satu organisasi.
Bagi saya itu lebih baik daripada ikut banyak organisasi tapi tidak fokus dan maksimal (baik di organisasinya maupun kuliah). Tapi saya juga tidak menyalahkan teman-teman yang bisa ikut banyak organisasi dan tetap bekerja secara maksimal serta masih bisa mengamankan nilai akademiknya.
Ada banyak organisasi di kampus yang bisa kita ikuti, baik di tingkat fakultas maupun universitas, seperti BEM, himpunan mahasiswa, organisasi keagamaan, pers mahasiswa, kelompok studi dan berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Kita bebas memilih organisasi apa yang sesuai dengan minat kita.
Waktu masih jadi mahasiswa saya pernah mengikuti dua organisasi, yaitu BEM Fakultas Ekonomi dan Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI). Di KSEI lah saya diamanahi sebagai pengurus harian Divisi Penelitian dan Pengembangan Wawasan Intelektual (PPWI).Â
Meskipun melelahkan, saya senang menjalaninya. Bukan hanya karena sesuai dengan minat saya melainkan juga faktor internal organisasi yang positif, solid dan sudah seperti keluarga sendiri. Sampai sekarang pun saya masih menjalin komunikasi dan silaturahim dengan mereka.
Selain itu, dengan berorganisasi saya bisa belajar banyak hal yang tidak diperoleh di dalam kelas. Berdasarkan pengalaman pribadi, berikut hal-hal yang saya pelajari selama berorganisasi.
1. Kedisiplinan dan manajemen waktu
Menyeimbangkan antara kuliah dan organisasi memang gampang-gampang susah. Apalagi dengan posisi saya sebagai pengurus yang tentu punya tanggung jawab lebih banyak daripada anggota.