Perubahan iklim adalah terjadinya perubahan pada suhu, curah hujan, pola angin dan berbagai efek lain secara drastis.Â
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan perubahan iklim sebagai gejala yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia.Â
Perubahan ini tidak terjadi dalam waktu singkat tetapi secara perlahan-lahan dalam kurun waktu yang panjang, antara 50-100 tahun.
Penggunaan kendaraan bermotor, konsumsi makanan yang meninggalkan sampah, penggunaan listrik dan air yang berlebihan akan menghasilkan jejak karbon berupa gas-gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), methana (CH4), kluorofluorokarbon (CFC), dinitrogen oksida (N2O) dan sebagainya.
Gas rumah kaca sebenarnya merupakan gas-gas di atmosfer yang berfungsi menangkap energi matahari agar tidak kembali seutuhnya ke atmosfer sehingga menjaga suhu bumi tetap stabil.
Namun tingginya konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer membuat lapisan atmosfer menebal sehingga panas bumi lebih banyak yang terperangkap di atmosfer. Akibatnya suhu bumi meningkat sehingga terjadilah pemanasan global.
Pemanasan global inilah yang turut mendorong terjadinya perubahan iklim. Salah satu yang paling kentara adalah pergeseran musim, di mana musim kemarau berlangsung lebih panjang sehingga menyebabkan bencana kekeringan.Â
Sementara pada musim hujan tingkat curah hujan sangat tinggi dengan waktu yang lebih singkat dari waktu normalnya sehingga menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Di negara-negara empat musim, perubahan iklim menyebabkan suhu udara saat musim panas terasa lebih panas hingga memicu terjadinya gelombang panas (heat wave) yang tidak jarang bisa memakan korban.
Mungkinkah Kita Hidup Tanpa Jejak Karbon?
Pada dasarnya jejak karbon dalam jumlah normal tidak membahayakan. Jika jumlahnya berlebihan dapat menimbulkan perubahan bahkan kerusakan pada lingkungan.
Saya pikir hampir semua aktivitas manusia modern akan meninggalkan jejak karbon sehingga mustahil untuk menghilangkannya sama sekali.Â