Semakin banyak aktivitas manusia semakin tinggi pula emisi karbon yang dihasilkan. Semakin tinggi emisi karbon yang dihasilkan, semakin besar pula dampaknya terhadap perubahan iklim.
Jejak karbon dapat dihitung secara tahunan yang nantinya akan diperoleh hasil berapa kg emisi karbondioksida yang kita hasilkan selama setahun (kgCO2e).Â
Kita dapat menghitungnya dengan bantuan kalkulator jejak karbon yang banyak tersedia di internet.Â
Ada dua jenis jejak karbon yang dihasilkan oleh manusia, yaitu jejak karbon primer dan jejak karbon sekunder.Â
Jejak karbon primer adalah jejak karbon yang berasal dari proses pembakaran langsung bahan bakar fosil, seperti penggunaan kendaraan bermotor. Sementara jejak karbon sekunder adalah jejak karbon yang berasal dari siklus produk-produk yang digunakan sehari-hari, mulai dari proses pembuatan hingga penguraian, contohnya konsumsi makanan.
Jejak karbon yang berasal dari penggunaan kendaraan bermotor dapat diketahui dari jenis transportasi (kendaraan pribadi atau umum) dan berapa liter bahan bakar yang digunakan (dilihat dari rata-rata jarak tempuh pergi-pulang untuk melakukan aktivitas harian, seperti ke kantor, mengantar anak sekolah, berbelanja, ke pusat kebugaran dan sebagainya).
Jejak karbon juga dapat kita temukan dalam sepiring makanan yang kita makan sehari-hari.Â
Ada beberapa jenis bahan makanan yang mengandung jejak karbon tinggi dan rendah. Daging merah, terutama daging sapi dan domba, mengandung jejak karbon paling tinggi dibanding jenis makanan lainnya. Sementara jejak karbon terendah terdapat pada sayur dan buah-buahan.
Adapun aktivitas lainnya yang meninggalkan jejak karbon adalah penggunaan listrik dan air.Â
Jejak karbon yang berasal dari penggunaan listrik tergantung dari jenis pembangkit listrik yang digunakan (batu bara, bahan bakar diesel, nuklir, tenaga surya, air, angin dan sebagainya).