Jangan ragu untuk menanyakan apa yang dapat kita lakukan untuk meringankan beban hidupnya.
Termasuk ketika ia meminta untuk tidak dihubungi atau bertemu dengan banyak orang terlebih dulu. Turuti saja jika itu yang ia inginkan. Biarkan ia mengambil jeda dan berproses untuk menyembuhkan dirinya. Suatu saat ia akan kembali ketika kondisinya lebih tenang dan siap mental.
Oiya, jika memungkinkan, kita bisa memberikan sentuhan fisik yang menenangkan, seperti menggenggam tangan, mengelus-elus kepala atau punggung, menepuk-nepuk bahu (tapi jangan keras-keras, ya) atau memeluk. Ini bisa dilakukan terutama pada anak (oleh orangtua), pasangan atau teman yang sesama jenis (kalau lawan jenis takutnya nanti ada yang baper #eh).
Wasana Kata
Segala sesuatu yang berlebihan memang membahayakan. Walaupun itu adalah sesuatu yang baik, seperti sikap positif. Positivity yang berlebihan cenderung mengabaikan emosi negatif sehingga membuat kita tidak peka pada kondisi-kondisi tersebut.
Menerima dan memvalidasi emosi negatif itu perlu dilakukan. Namun kita juga tidak boleh lupa untuk menyembuhkan diri agar tidak terus-menerus terperangkap dalam penjara bernama kesedihan, kemarahan, ketakutan, kekhawatiran dan emosi negatif lain yang berlebihan.
Lalu, berhati-hatilah ketika hendak menyemangati mereka yang tengah tidak baik-baik saja. Jangan sampai kata-kata yang kita anggap "positif dan bijak" malah menjadi racun bagi mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI