Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Ramadan dan Nafsu Belanja Kita

18 April 2021   12:20 Diperbarui: 29 April 2021   16:30 2725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang berbelanja baju lebaran di mall | Foto oleh Arie Basuki

Apa yang membuat pengeluaran Anda lebih boros saat bulan Ramadan dan Idul Fitri?

Padahal kan di bulan Ramadan Anda puasa, makan cuma saat sahur dan buka. Tapi kok pengeluaran malah makin banyak?

Barangkali ada yang pernah berpikir demikian?

Nyatanya, pengeluaran masyarakat Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebanyak 30% selama Ramadan dan Idul Fitri.

Pengurangan biaya makan karena sehari hanya makan 2 kali, tidak membuat pengeluaran menjadi berkurang secara signifikan.

Biaya makan memang berkurang. Tapi ada biaya lain yang membuat pengeluaran menjadi lebih tinggi dibandingkan saat hari-hari biasa. Pengeluaran apa sajakah itu? 

1.  Buka bersama (bukber) di luar

ilustrasi buka bersama | sumber gambar : lifepal.co.id
ilustrasi buka bersama | sumber gambar : lifepal.co.id

Selama bulan Ramadan kita bisa menerima beberapa undangan bukber. Entah itu bukber alumni SMA, kuliah, bukber kantor, bukber RT/RW, bukber sesama teman satu daerah (untuk anak-anak rantau) sampai bukber dengan teman seperghibahan. 

Uang yang Anda habiskan untuk sekali bukber juga tergantung pada seberapa mewah dan mahal pilihan menu dan tempat yang dipesan.

Sebuah survei independen yang pernah dilakukan tirto.id terhadap masyarakat kelas menengah Jakarta menunjukkan bahwa mayoritas kaum muda Jakarta dengan rentang usia responden 16-30 tahun (sebanyak 56,4% responden) rata-rata mengeluarkan uang tambahan sebesar Rp 1 juta-Rp 3 juta selama bulan Ramadan. Dengan rincian terbesar adalah untuk bukber, yaitu sebesar 89,5%. 

Sebanyak 49,7% untuk membeli pakaian atau sepatu baru serta 40,2% untuk infak atau sedekah.

Dan jangan lupa bahwa ada biaya transport yang dikeluarkan (PP) untuk sampai ke lokasi bukber.

2.  Beli baju baru

Ramadan dan Idul Fitri adalah musimnya mall-mall dan online shop memberikan diskon besar-besaran untuk produk-produk fesyen, seperti baju dan aksesoris.

Pokoknya lebaran tuh belum lengkap kalau nggak beli baju baru. Apalagi dengan adanya promo-promo menarik yang belum tentu bisa diperoleh di luar Ramadan dan idul Fitri.

3.  Mudik

ilustrasi mudik | sumber gambar : m.ayobandung.com
ilustrasi mudik | sumber gambar : m.ayobandung.com

Mudik atau pulang kampung adalah salah satu tradisi yang lazim dilakukan oleh masyarakat yang bekerja atau bersekolah di perantauan. Momen Lebaran menjadi kesempatan yang dinanti untuk pulang kampung agar bisa bersilaturahim dengan keluarga besar.

Oleh karena itu, biaya travel (pembelian tiket mudik/bensin/transportasi) termasuk salah satu dari lima kategori belanja yang volume kenaikannya paling tinggi dibandingkan dengan kategori lainnya.

Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan untuk mudik tergantung dari jarak (makin jauh jarak kota perantauan ke kampung halaman biaya makin besar) dan jenis transportasi yang digunakan (mudik naik bis sama mudik naik pesawat pasti beda harga). 

Belum lagi di kampung halaman biasanya bakal ada "bagi-bagi THR" buat keponakan atau sepupu yang masih kecil, beli oleh-oleh dan untuk kebutuhan lain yang diperlukan selama di kampung halaman.

4. Biaya sosial

Kalau Anda tinggal di desa atau lingkungan masyarakat yang masih memegang erat tradisi kedaerahan, pasti akan ada perayaan-perayaan tertentu untuk menyemarakkan bulan suci Ramadan. 

Seperti yang terjadi di Sigli dan beberapa kabupaten lainnya di Aceh, ada tradisi kenduri pada malam Nuzulul Quran (17 Ramadan), yang jauh hari sebelum hari-H masyarakat sudah mempersiapkan diri. Termasuk patungan uang untuk membeli sapi, kambing atau kerbau yang nantinya akan dimasak saat kenduri. 

Informasi yang lebih lengkap tentang tradisi ini bisa Anda baca di salah satu artikel milik Kompasianer Muhammad Nauval yang berjudul "Merindukan Perayaan Malam Nuzulul Quran dan Kenduri "Peutamat Daroih" di Kampung Halaman".

Nah, barangkali di daerah asal K-ners ada tradisi unik saat Ramadan, silakan sharing di kolom komentar. 

Di komplek perumahan tempat saya tinggal pun Ramadan selalu diperingati dengan berbagai kegiatan. 

Ada buka bersama warga, tadarus Al-Quran, pengajian Nuzulul Quran, khataman dan sebagainya. Dan itu semua butuh sokongan dana juga dari warga (walaupun sebagian pakai kas masjid juga sih). 

Oiya, biaya sosial ini termasuk juga infak dan sedekah.

5.  Zakat fitrah

Zakat fitrah adalah penyempurna dari ibadah puasa Ramadan

Jadi, seorang muslim yang belum membayar zakat sampai akhir batas waktu tanpa alasan yang dapat dibenarkan, segala amal ibadahnya di bulan Ramadan akan ditangguhkan. Sayang sekali bukan, jika hal ini sampai terjadi pada Anda?

Nah, karena zakat fitrah ini wajib ditunaikan, jangan lupa sisihkan sebagian uang atau THR Anda untuk bayar zakat, ya.

6.  Hadiah/bingkisan lebaran

Ramadan dan Idul Fitri menjadi momen di mana orang saling mengirimkan parsel/hampers kepada kerabat atau kolega.

Lalu, kita juga biasanya akan menyediakan kue-kue lebaran di rumah untuk menjamu sanak saudara, kerabat atau tamu yang datang bersilaturahim.

Puasa Sebagai Momentum Latihan Mengendalikan Hawa Nafsu

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian"

(Q.S. Al-Furqan : 67)

Nafsu adalah benda non material, tidak berwujud dan tidak terbatas.

Sementara kita, manusia, dibekali akal untuk mengendalikan nafsu yang tidak terbatas itu agar ia tidak menjadi "liar".

Nafsu tidak selamanya buruk. Karena tanpa hawa nafsu manusia tidak akan bisa bertahan hidup.

Coba bayangkan kalau Anda tidak punya nafsu makan. Anda bisa sakit.

Tanpa nafsu, tidak akan ada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, seni, bahasa dan sebagainya.

Tanpa nafsu, populasi manusia akan punah karena tidak ada lagi bayi lahir.

Jika dilihat dari penyebab tingginya pengeluaran saat Ramadan, sebenarnya bisa kita bedakan menjadi pengeluaran yang penting dan kurang penting.

Zakat fitrah dan biaya sosial termasuk pengeluaran penting. Sebaiknya disisihkan dulu untuk keperluan ini. 

Jika Anda tidak bisa mudik, baik karena masih dalam kondisi pandemi, ada larangan mudik dari pemerintah atau sebab-sebab lain, dana yang seharusnya untuk biaya perjalanan bisa Anda gunakan untuk mencukupi kebutuhan atau ditabung. 

Siapa tahu Lebaran tahun depan kondisi lebih baik sehingga Anda bisa punya dana lebih untuk mudik.

Beli baju baru tidak terlalu penting selama Anda masih punya pakaian yang masih bagus dan layak pakai.

Saya biasanya memang beli baju baru setiap menjelang Lebaran. Tapi, sejak 2019 sampai sekarang, saya tidak membeli baju baru satu potong pun. 

Dan ini juga berlaku di luar Ramadan dan Lebaran.

Awalnya mungkin merasa aneh karena punya baju baru saat lebaran sudah menjadi tradisi. 

Tapi, sejak saya banyak belajar bahwa kebiasaan sering beli baju baru bisa berdampak pada kerusakan lingkungan, saya mulai mengerem keinginan itu.

Lalu, untuk bukber... hmm, agak susah ya kadang buat menolak ajakan teman.

Apalagi yang udah lama nggak ketemu, kangen, ada kesempatan kumpul-kumpul waktu bukber, malah nggak datang. 

Tapi, kalau maksain datang kok ya nggak ada duit.

Kalau nggak datang, dikira sombong. Dighibahin di belakang.

Giliran kita datang, malah ghibahin orang lain yang nggak datang.

Serba salah ya, rekan-rekan.

Tapi untungnya sekarang lagi pandemi. Jadi, kegiatan kumpul-kumpul dibatasi.

Tapi kalau tetap ada gimana?

Saran saya dipilih saja mana yang kira-kira paling tidak menghabiskan banyak uang. Itu kalau dana yang Anda punya terbatas. 

Kalau ingin menolak, tolaklah dengan cara baik-baik dan sopan.

Oiya, buat adik-adik mahasiswa, kalau mau lebih ngirit di tanah rantau, bisa lho cari takjil buka puasa gratis di masjid-masjid besar di kota tempat kalian berada sekarang. 

Kalau di Jogja, biasanya ada di Masjid Syuhada, Masjid Kampus UGM, Masjid Jogokaryan. (Duh, kacau nih mbaknya malah ngajarin yang iya-iya wkwk)

Sejatinya puasa tidak hanya menahan diri dari lapar, dahaga dan hubungan suami-istri di siang hari. Namun juga nafsu-nafsu duniawi lainnya. Termasuk nafsu belanja yang melahirkan konsumerisme puasa.

Apabila berkaca dari survei independen tirto.id yang telah saya paparkan sebelumnya, sungguh ironis ketika pengeluaran kita lebih banyak untuk hal-hal yang konsumtif dibandingkan untuk infak dan sedekah. 

Berangkat dari pemahaman akan ayat Al-Quran di atas, konsumsi berlebihan hanya akan menimbulkan kerusakan.

Bumi kita semakin tua dan rusak. Jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu sehingga berlebihan dalam berkonsumsi, bisa-bisa alam tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan umat manusia.

Sementara populasi manusia terus bertambah dan makin serakah. 

Mengeksploitasi alam tanpa pernah mau menjaga dan merawat.

Jika bulan Ramadan adalah saat di mana kita harus belajar mengendalikan hawa nafsu, akankah setelah Ramadan pergi kita mampu menjadi manusia dengan empati yang lebih terasah? Atau kita akan tetap menjadi manusia serakah?

Referensi : satu, dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun