"Kalau kamu nggak punya anak, terus kalau kamu tua dan meninggal, siapa yang mau ngurus kamu?"
"Dia pasti cuma mementingkan diri sendiri. Ntar kalau bangsa ini punah gimana?"
Ya, respon-respon seperti inilah yang sering diterima oleh pasangan suami-istri yang memutuskan untuk tidak memiliki anak atau dikenal dengan istilah childfree marriage.
Cap "egois" sudah sering mereka terima dari lingkungan akibat pilihan yang tidak lazim ini.
Padahal childfree marriage tidak ada hubungannya dengan tingkat keegoisan seseorang. Tidak ada pula bukti empiris yang menyatakan kalau pasangan childfree itu lebih egois dibandingkan pasangan yang memiliki anak.Â
Alasan-alasan Pasangan Memilih Menjalani Childfree Marriage
Hampir semua budaya menganjurkan manusia untuk berkembang biak.Â
Melahirkan anak, selain untuk meneruskan garis keturunan agar tidak punah juga dianggap menjaga keberlangsungan peradaban apabila anak yang dilahirkan adalah anak yang bermanfaat bagi sesama. Oleh karena itu, childfree marriage dianggap seolah dapat memusnahkan peradaban suatu bangsa karena tidak berjalannya fungsi prokreasi.
Ada pun beberapa alasan mengapa pasangan suami-istri memilih untuk tidak memiliki anak antara lain :
- Pertimbangan finansial, yaitu membutuhkan biaya besar untuk membesarkan anak
- Pertimbangan kesehatan fisik dan mental, seperti baby blues syndromeÂ
- Menganggap bahwa masih banyak anak-anak terlantar (bisa jadi merupakan anak-anak yatim-piatu maupun anak-anak yang dengan sengaja "dibuang dan ditelantarkan" oleh orangtuanya) di luar sana yang butuh pertolongan sehingga berpikir lebih baik mengasuh mereka dibanding bikin anak baru
- Populasi manusia di bumi sudah sangat banyak sehingga dengan melahirkan anak berarti akan membuat bumi makin sesak.
- Masalah lingkungan, sosial, ekonomi, politik dan keamanan, membuat mereka tidak tega melahirkan dan membesarkan seorang anak di tengah kondisi dunia yang kejam dan semakin rusak
- Takut tidak dapat menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak
- Ingin lebih bebas dan fokus dalam menjalani hal-hal yang diinginkan, seperti pendidikan, karir, aktif dalam berbagai komunitas atau kegiatan-kegiatan sosial, jalan-jalan keliling dunia dan sebagainya
- Merasa tidak tertarik untuk memiliki anak
Menggugat Definisi 'Perempuan Utuh'
Dalam masyarakat "patriarch", gambaran keluarga ideal selalu terdiri dari ayah, ibu dan anak.Â
Pasangan yang tidak memiliki keturunan---entah karena mereka menjalani childfree marriage atau karena keadaan tertentu (kemandulan, misalnya)---lagi-lagi yang banyak disudutkan adalah perempuan.Â
Makanya, perempuan itu baru bisa diakui sebagai perempuan yang 'utuh' alias benar-benar perempuan sejati kalau sudah menjadi istri dan ibu.