Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Childfree Marriage dan Gugatan Atas Definisi "Menjadi Perempuan Utuh"

16 Maret 2021   11:03 Diperbarui: 16 Maret 2021   11:55 2933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pasangan childfree marriage-extramile.thehartford.com

"Kalau kamu nggak punya anak, terus kalau kamu tua dan meninggal, siapa yang mau ngurus kamu?"

"Dia pasti cuma mementingkan diri sendiri. Ntar kalau bangsa ini punah gimana?"

Ya, respon-respon seperti inilah yang sering diterima oleh pasangan suami-istri yang memutuskan untuk tidak memiliki anak atau dikenal dengan istilah childfree marriage.

Cap "egois" sudah sering mereka terima dari lingkungan akibat pilihan yang tidak lazim ini.

Padahal childfree marriage tidak ada hubungannya dengan tingkat keegoisan seseorang. Tidak ada pula bukti empiris yang menyatakan kalau pasangan childfree itu lebih egois dibandingkan pasangan yang memiliki anak. 

Alasan-alasan Pasangan Memilih Menjalani Childfree Marriage

Hampir semua budaya menganjurkan manusia untuk berkembang biak. 

Melahirkan anak, selain untuk meneruskan garis keturunan agar tidak punah juga dianggap menjaga keberlangsungan peradaban apabila anak yang dilahirkan adalah anak yang bermanfaat bagi sesama. Oleh karena itu, childfree marriage dianggap seolah dapat memusnahkan peradaban suatu bangsa karena tidak berjalannya fungsi prokreasi.

Ada pun beberapa alasan mengapa pasangan suami-istri memilih untuk tidak memiliki anak antara lain :

  • Pertimbangan finansial, yaitu membutuhkan biaya besar untuk membesarkan anak
  • Pertimbangan kesehatan fisik dan mental, seperti baby blues syndrome 
  • Menganggap bahwa masih banyak anak-anak terlantar (bisa jadi merupakan anak-anak yatim-piatu maupun anak-anak yang dengan sengaja "dibuang dan ditelantarkan" oleh orangtuanya) di luar sana yang butuh pertolongan sehingga berpikir lebih baik mengasuh mereka dibanding bikin anak baru
  • Populasi manusia di bumi sudah sangat banyak sehingga dengan melahirkan anak berarti akan membuat bumi makin sesak.
  • Masalah lingkungan, sosial, ekonomi, politik dan keamanan, membuat mereka tidak tega melahirkan dan membesarkan seorang anak di tengah kondisi dunia yang kejam dan semakin rusak
  • Takut tidak dapat menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak
  • Ingin lebih bebas dan fokus dalam menjalani hal-hal yang diinginkan, seperti pendidikan, karir, aktif dalam berbagai komunitas atau kegiatan-kegiatan sosial, jalan-jalan keliling dunia dan sebagainya
  • Merasa tidak tertarik untuk memiliki anak

Menggugat Definisi 'Perempuan Utuh'

Dalam masyarakat "patriarch", gambaran keluarga ideal selalu terdiri dari ayah, ibu dan anak. 

Pasangan yang tidak memiliki keturunan---entah karena mereka menjalani childfree marriage atau karena keadaan tertentu (kemandulan, misalnya)---lagi-lagi yang banyak disudutkan adalah perempuan. 

Makanya, perempuan itu baru bisa diakui sebagai perempuan yang 'utuh' alias benar-benar perempuan sejati kalau sudah menjadi istri dan ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun