Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah dan Kepulangan

11 November 2020   21:47 Diperbarui: 11 November 2020   21:59 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi rumah-photo by Lina Kivaka from pexels

Aku tidak sedang bercerita tentang sebuah bangunan bertembok kayu, bambu atau batu bata yang dilingkari oleh pagar besi menjulang tinggi atau tanaman yang terpangkas rapi.

Aku juga tidak akan membicarakan tentang atap yang menaungi kita dari hujan dan terik. Tidak pula ingin besar kepala membanggakan apa yang menempel di dinding-dinding, yang tersembunyi dalam laci-laci maupun yang terkunci rapat dalam almari.

Di tanah yang kau kira rumah, selalu terjaga dengan gemerlap lampu-lampunya. Menemani siapa saja yang masih berjibaku dengan realita atau mereka yang mulai kehabisan akal untuk memejamkan mata.

Di tanah yang kau kira rumah, kau kerap mengeluhkan tentang jarak yang membentang, yang memisahkanmu dari keakraban dan melemparkanmu pada keterasingan. Lalu, kemana kita akan pulang?

11/11/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun