Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hampir

5 November 2020   16:21 Diperbarui: 5 November 2020   16:26 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by Valentin Lacoste from unsplash

Aku ingin menghapus dan mengganti namamu pada lembar catatan hidup. Setelah penghujung September yang kelabu itu, nasib menjungkirbalikkan kita di titik nadir. Kita kembali menjadi orang asing satu sama lain. Tegur sapa yang sesekali dan sebaris percakapan yang dirasa penting.

Bulan ini hujan turun lebih sering. Jadi, jangan biarkan hatimu membeku dalam gigil meski hari-hari mulai dingin. Jika kau tak mampu menyalakan api unggun, cukuplah temaram lilin dan sayup-sayup kidung menerangi bilikmu yang sunyi.

Saat harapanmu menipis dan akhirnya raib sama sekali, kau bisa sejenak berhenti. Sudahlah, kau dan aku sama-sama tidak mengerti mengapa Tuhan meletakkan jeda sehingga kita hanya sebatas "hampir".

05/11/2020

*) Catatan : 


Titik nadir : titik yang paling rendah dari bulatan cakrawala (bola langit) yang terletak tepat di bawah kaki pengamat; titik kaki

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun