Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Makanan dan Ancaman Kerusakan Lingkungan yang Mengintai Kita

30 Oktober 2020   14:05 Diperbarui: 11 Mei 2022   23:41 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sampah pangan-unsplash.com

Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementan dan sumber lain, tiap satu orang Indonesia rata-rata bisa menghasilkan sampah makanan 300 kg per tahun. Peningkatan sampah makanan mencapai 10% lebih tinggi ketika bulan Ramadhan dan lebaran. 

Adapun penyumbang sampah makanan terbesar di Indonesia merupakan masyarakat kelas menengah keatas dan kerap menyisakan makanan saat makan di restoran atau acara keluarga, seperti pesta pernikahan. 

Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. 

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan angka kelaparan masyarakat Indonesia masih cukup tinggi. Dengan banyaknya sampah makanan yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia, rupanya masih ada 13,8% balita kurang gizi, 3,9% balita dengan gizi buruk dan sebanyak 34,74% rumah tangga di Indonesia masih mengandalkan bantuan beras miskin (Raskin) dari pemerintah. 

Apa itu Sampah Makanan? 

Sampah makanan (food waste) dapat didefinisikan sebagai hilangnya sejumlah pangan antara rantai pasok pangan, mulai dari proses produksi agrikultur, penanganan dan penyimpanan pasca panen, proses distribusi dan terbuangnya makanan layak konsumsi akibat kesalahan konsumen. Kesalahan konsumen yang dapat menimbulkan food waste antara lain perilaku konsumtif dan pengolahan pangan yang buruk. 

Penyimpanan pangan yang tidak tepat, memasak atau membeli makanan dalam jumlah besar namun tidak dihabiskan kerap memberi andil dalam menyumbangkan sampah. Seperti yang sering ditemukan di restoran atau pesta pernikahan dimana orang membeli atau mengambil makanan dalam jumlah banyak namun tidak dihabiskan dengan alasan sudah kenyang atau makanannya kurang enak. 

Isu Lingkungan Akibat Sampah Pangan

Sampah pangan telah menjadi isu global dan menarik perhatian banyak kalangan terutama lembaga-lembaga yang bergerak di bidang ketahanan pangan dan lingkungan hidup. Persoalan sampah pangan bukan hanya soal mubazir atau tidak, namun bisa berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan. 

Di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), sampah pangan yang bercampur dengan sampah non organik dapat menghasilkan limpasan cairan beracun leachate yang berbahaya bagi lingkungan, terutama bagi sistem perairan. 

Cairan leachate yang masuk ke perairan, seperti danau, sungai dan rawa-rawa dapat menyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh kelebihan nutrien akibat meningkatnya limbah fosfat dalam ekosistem air. 

Eutrofikasi dapat mengakibatkan perubahan warna air menjadi kehijauan, keruh dan berbau tidak sedap sehingga kualitas air menurun. Hal ini juga berdampak pada rendahnya konsentrasi oksigen terlarut sehingga makhluk hidup, seperti ikan dan spesies lainnya mati. 

Sampah pangan juga berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca sehingga mendorong terjadinya pemanasan global, perubahan iklim, dan kepunahan beberapa spesies flora dan fauna. 

Perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca turut mengakibatkan terjadinya bencana alam di dalam negeri, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan penurunan ketersediaan air yang signifikan di Jawa dan Bali. 

Agama Melarang Kita Bersikap Melampaui Batas

Saya pikir tidak ada ajaran agama manapun yang mengajarkan umatnya untuk berlaku boros dan membuang-buang makanan. Sebagaimana halnya yang terdapat dalam ayat Al-Quran berikut ini. 

"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya" (Al-Quran Surat Al-Isra (17) : 26-27) 

Tanggal 29 Oktober 2020 kemarin, umat Islam baru saja memperingati Maulid Nabi. Peringatan yang selalu ada setiap tahun ini, seharusnya tidak hanya menjadi peringatan yang bersifat seremonial belaka. 

Lebih penting lagi adalah memanfaatkan momentum ini untuk introspeksi seberapa jauh kita telah meneladani sifat-sifat mulia Nabi Muhammad Saw. 

Termasuk sikap Rasulullah yang tidak pernah berlebih-lebihan, seperti dalam urusan makan dan minum, sebagaimana sabdanya, "Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaklah sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas." 

Cara Mengurangi Sampah Pangan

Kebiasaan membuang-buang makanan selain merupakan pemborosan juga berdampak serius terhadap kerusakan lingkungan. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini akan mengganggu keselamatan hidup umat manusia, hewan, tumbuhan dan keseimbangan alam. 

Lalu, apa saja yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah pangan? 

1. Perhatikan penyimpanan bahan makanan di kulkas 

ilustrasi penyimpanan makanan di kulkas-popsugar.com
ilustrasi penyimpanan makanan di kulkas-popsugar.com

Cara menyimpan yang salah dapat menyebabkan bahan pangan menjadi tidak bisa sepenuhnya digunakan sehingga ada yang terbuang. Untuk menghindarinya, Anda dapat melakukan beberapa cara berikut. 

Sayuran

  • Sebelum dimasukkan kulkas, cuci dan keringkan sayuran terlebih dulu
  • Bungkus dengan kertas atau plastik berlubang agar mendapat aliran udara (khusus jamur, bungkus dengan kertas karena akan cepat busuk kalau dibungkus plastik)
  • Simpan sayuran dalam bentuk utuh sesuai jenisnya dalam rak penyimpanan (misalnya, rak penyimpanan paling bawah untuk sayur berdaun hijau, rak atasnya untuk sayuran berkadar air sedikit dan sebagainya)
  • Jangan menyimpan sayuran dan buah di rak penyimpanan yang sama
  • Jangan menyimpan tomat, bumbu dapur, kemangi, bawang-bawangan dan kentang di kulkas

Daging

  • Apabila Anda memiliki stok daging berlimpah seperti saat Idul Adha, sebaiknya daging dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil atau sesuaikan dengan porsi sekeluarga
  • Simpan potongan daging tersebut ke dalam plastik dan masukkan ke freezer
  • Jika ada yang ingin dimasak, taruhlah di rak yang suhunya lebih tinggi dari suhu freezer (rak bawah freezer yang biasanya untuk menaruh ikan dan daging)

Ikan dan Ayam

  • Pilihlah ikan dan ayam yang segar (untuk ikan, lihat apakah insangnya berwarna merah segar atau tidak)
  • Cuci dan bersihkan ikan dan ayam dengan air mengalir
  • Lumuri dengan sedikit garam dan air perasan jeruk nipis
  • Potong-potong menjadi beberapa bagian dan simpan di dalam plastik lalu masukkan ke kulkas

2. Usahakan untuk mengolah semua bagian makanan

Misalnya, tulang sapi, tulang ayam dan kulit udang yang dicampur air lalu direbus dapat menjadi kaldu. Nasi sisa dapat dimasak menjadi nasi goreng. Atau memanfaatkan sampah sayur dan buah menjadi kompos. 

3. Berbelanja, memasak dan makan secukupnya

Belanja secukupnya, terutama bahan-bahan makanan yang tidak bisa disimpan lama. 

Memasak secukupnya, sesuaikan dengan porsi sekeluarga. Kalau pun harus masak banyak karena ingin menjamu tamu atau ada hajatan, sesuaikan dengan jumlah tamu yang hadir (buat estimasinya). 

Makan secukupnya, kalau Anda tidak bisa menghabiskan porsi makanan yang banyak, jangan ambil banyak-banyak. Lebih baik ambil sedikit dulu lalu habiskan. Jika masih kurang kenyang, silakan ambil lagi lalu habiskan. 

4. Jika Anda punya makanan berlebih, bagikan kepada kerabat, kawan, tetangga atau orang-orang yang membutuhkan. 

Anda juga bisa memberikannya pada hewan, jika makanan itu sudah tidak layak dikonsumsi manusia. 

5. Jika Anda makan di restoran, kafe atau rumah makan dan makanan yang dipesan tidak habis, minta kepada pelayan untuk dibungkus saja. 

Referensi: Satu, Dua, Tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun